Minggu, 26 Oktober 2014

Pindah kos nggak ya? x_x Bingung..

Diposting oleh Eka Suzanna di 20.30 0 komentar
Aaaaa... pusing! :/

Sudah dari sebulanan ini pikiran untuk pindah kost terus-terusan berputar di kepalaku.. tapi aku juga nggak yakin 100% untuk pindah. Bukan karena nggak tahu mau pindah kemana, karena kost bergelimpangan dimana-mana tinggal pilih aja. Masalahnyaaaaa... nggak semudah itu. Selain ribet pindahannya (barangku banyak banget), juga masalah kenyamanan. Kenyamanan itu mahal, loh! x_x Susah dapetnya~ Jadi berat rasanya untuk dipertaruhkan...

I mean, emang gampang aja untuk nyari kos baru yang lebih bagus, lebih berkualitas (dan lebih mahal pastinya -,-), dll. TAPI, apa jaminannya kos-an yang baru itu akan membuat kita nyaman? Minimal sekurangnya senyaman kos yang lama?

Boleh aja kos yang baru bagus kualitasnya, tapi kenyamannya belum tentu sama enaknya :/

Kenyamanan itu relatif yaa.. Kalau bagi aku nyaman, belum tentu bagi orang lain nyaman. Yang bagi aku nyaman, bisa saja tak nyaman buat orang kebanyakan. Dan ini memang terbukti..

Seleraku itu emang suka aneh dari orang kebanyakan (mungkin karena aku emang 'aneh').

Aku gak suka kos yang rame, aku sukanya SENDIRI. Aku suka suasana yang sepi, dan aku suka 'dicuekin'. Maksudnya, aku suka diabaikan aja gitu keberadaannya (tapi jangan terlalu mengabaikan yaa ^^;),  anggap aku lagi bertapa di kamar, jangan ganggu-ganggu. Aku nggak suka ngobrol basa-basi gitu kalau nggak penting-penting banget, jadi jangan ngetuk pintu kamarku untuk nyapa-nyapa kalau nggak ada hal penting, alias cuma mau ngobrol-ngobrol santai sore. Bukannya aku nggak suka bergaul yaa.. tentu saja aku masih normal, masih suka berkawan, suka bercerita, dll, tapi jangan OVER, alias gak sepanjang hari all the time gitu. Aku juga butuh waktu untuk diriku sendiri. Nahh... sifatku ini, kalau kubawa ke kos yang banyak kamar rame-rame itu pada umumnya pasti aku sudah dibenci sama seluruh penghuni kos kan?? Pasti aku sudah diasingkan, dan dianggap sombong. Pokoknya pasti nggak bakal ada yang bisa menerima kebiasaanku yang 'aneh' ini, yang sukanya berkurung di kamar sendirian. Mereka bakal nggak suka. Apalagi kos itu kan biasanya penghuninya dari golongan mana saja. Beda usia, beda latar belakang, beda karakter, dan beda 'profesi'. Bisa saja ada yang seorang karyawati 24-25 tahun, ada yang anak kuliah masih junior, ada yang sudah senior sibuk dengan skripsi, ada yang anak kuliah jurusan dan dari kampus lain... atau yang dari profesi lainnya lagi.. pokoknya kalau kita milih kos 'rame-rame' ya harus nerima bahwa kita tinggal dan bertetangga dengan berbagai makhluk asing. Jadi gak bisa untuk gak basa-basi kalau gak mau dicap sombong. Masalahnya.... itu bukan aku banget. Itu kenapa aku gak mau dan gak akan pernah mau tinggal di kos 'rame-rame', karena aku sadar diri akan 'sifatku' dan juga aku tak akan nyaman dengan keadaan itu.

Makanya, pusing, kan?

Nyari kos yang kamarnya cuma satu atau sendiri itu 'susaaah', malah nyaris tak ada. (Sebenarnya banyak, hanya saja tak terekspose biasanya, kita kudu nyari ke pelosok-pelosok dulu dan yang beginian butuh bantuan orang 'dalem', misalnya mengerahkan seluruh kawan kita untuk bantu ngasih info. Biasanya beberapa di antaranya pasti ada info, walau jarang sih emang kos yang cuma punya kamar SATU/SENDIRI, pasti biasanya adalah 4-5 kamar temannya). Rata-rata kos itu pasti banyak kamar... yang membuat kita mau tak mau mesti berbaur dengan sesama penghuni.

Mau kudu nyari lagi (alias kalau bahasanya pak Jokowi: blusukan), gak sempat dan gak ada waktu. Bulan ini bulan terakhir masa kontrakku di koss yang sekarang. Harus segera diputuskan, mau pindah atau nggak. Sedangkan untuk nyari kos 'sendiri', aku mesti blusukan kan... Itu pun kalau nemu juga aku tetap ragu untuk pindah.. T.T

Kos idamanku itu:

1. Kamar SENDIRI (gak rame-rame)
2. WC/Kamar mandi di dalam
3. Nyaman, alias aku bisa bersemedi di kamar tanpa harus ada gangguan. Kata lainnya, di sekitar kamar nggak ada sosok yang akan ngajakkin aku basa-basi cerita apa lah... Pokoknya lingkungannya harus yang 'damai' ngebiarin aku sendirian.
4. Kalau mau butuh apa-apa atau kemana-mana, nggak susah.

Dan semuanya itu dimiliki oleh kos-anku yang sekarang.

Ini ya kelebihan yang aku suka di kosan-ku yang sekarang:

1. Kamar SENDIRI di lantai 2.
2. Hampir jarang ada yang ganggu-ganggu aku (karena mereka sudah tahu kebiasaanku yang senang sendiri di kamar saja)
3. Mau kemana-mana semua dekat dan ada. Mau makan apa? Semua ada. Banyak banget warung makan bertebaran, mulai dari sate sampai soto, ada. Mau makan buah? Sayur? Ada pasar dekat. Mau beli baju segala macam? Ada pasar dekat. Apotik bergelimpangan, rumah sakit dekat juga ada, banyak toko... pokoknya serba ada! Dan itu cuma jalan kaki doang 3-5 menit. Supermarket bertebaran. Mau salon, banyak. Laundry pun ada. Warnet ada. Apa lagi? Silahkan tanya.
4. Aku sudah kenal baik lingkungannya (karena dah tinggal lama). Sudah akrab, sudah terbiasa, sudah mesra.. Rasanya aman, dan nyaman. Bahkan keluar jam 1 malam pun aku berani (kalau kepepet kelaperan tengah malam dan gak ada makanan di kos) saking aman dan nyamannya lingkungan sekitar. 
5. Aku bisa beli/bawa alat elektronik apa saja yang aku butuhkan, misalnya TV, magic com, printer, kipas angin, setrika, kulkas dll
6. Tempatnya tenang, tertutup jauh dari keramaian.. (buat aku ya).


Kekurangannya? 

1. Kamarnya jelek! Dindingnya kotorrr...karena kalau musim hujan rembes gitu airnya, jadinya kotor, dan rusak, bercak-bercak gitu. Dinding yang pembatas dengan kamar mandi juga rusak, kayak botel-botel gitu. Gak sedap dipandang lah.. -_-
2. Kalau mau keluar agak susah. Karena kalau pulang, trus pintunya dikunci, aku harus ketok-ketok dulu dan itu malesin banget. Tapi setelah kupikir, kos lain mungkin lebih ribet dari ini.
3. Air! Agak-agak susah.. walau nggak susah banget. Cuma, tetap aja nyebelin rasanya. Penginnya punya kos yang airnya enak gitu, selalu ada kalau dinyalakan/dibutuhkan, nggak yang kadang mati, trus harus nunggu nyala dulu beberapa jam..
4. Dan ini sih yang paling bikin aku kayaknya akhirnya kepikiran untuk pindah. Harga kosnya naik.  Saya terang-terangan aja deh di sini.. awalnya 3,5 juta (padahal itu menurutku sudah mahal, loh, karena kos temanku rata-rata 1,5juta-an), dan sekarang dinaikkan jadi 5 juta setahun -_- Gak ikhlas banget sebenarnya bayar segitu.. karena kondisi kamar dan fasilitas yang didapat menurutku gak sesuai. Kamar (sudah) jelek. Fasilitas gak ada sama sekali. Waktu pertama aku sewa, aku cuma dapat satu kasur, satu bantal, satu guling, dan lemari, itu pun agak bapuk. Kalau fasilitasnya cuma itu, dengan harga segitu... kayaknya kemahalan.. iya, nggak sih? :/
Kasian aja sama orang tuaku bayar segitu.. (padahal kamar dan fasilitasnya gak bagus-bagus amat). Kayak nyekek orang tua. Emang orang tuaku gak komplain, waktu aku kasih tahu mereka soal ini, mereka iya-iya aja, gak ada rasa kesal atau keberatan. Tapi sebagai anak ya.. anak mana yang tega ngebebanin orang tuanya? Sudahnya bayar kuliah, ini itu tetek bengek lainnya (apalagi bulan ini aku pergi check up).. Jadilah aku terpikirkan untuk pindah kos, pengennya nyari yang lebih murah.

Itu aja, sih...

Dan sebenarnya keempat kekurangan itu bisa aku toleransi setelah dipikir-pikir. Kamar jelek, dan dinding botel? Tak ada apa-apanya dibandingkan harga sebuah 'kenyamanan' yang belum tentu ditemukan di tempat lain. Seperti kataku di atas, kalau pun tinggal di kos bagus, cantik, berkualitas, tapi tak bikin nyaman, ya buat apa? Apa enaknya? Kos yang bagus dan cantik kamarnya mah bergelimpangan, tapi ya itu tadi.. kenyamanan belum tentu sama. Kosnya ada banyak kamar dan you know, aku benci itu. Ada pagar rumahnya, dan aku juga benci ini. Ribet kalau pas keluar malam pasti (walau aku jarang banget keluar malam, kecuali kalau lagi pengin belanja sesuatu ke pasar/supermarket, itu juga sebulan sekali kayaknya). Harus bersosialisasi lagi dengan lingkungan baru...rrr.... -_- Dan satu lagi, ibu kosnya belum tentu bisa sepengertian ibu kos ku yang sekarang.

Bukan bearti ibu kos yang sekarang sempurna baik banget yaaaaa, tapi yaaa minimal dah ngertiin aku banget, segala kebiasaanku yang mungkin tak disuka orang, dia bisa ngerti itu dan terima. Alias, aku sama ibu kosnya dah bisa beradaptasi satu sama lain. Aku tau sifat dia, dia tau sifat aku.

Masalah susah keluar, aku juga jarang banget keluar sebenarnya.  Kalau cuma ngetok-ngetok gitu, ya gapapa lah dari pada harus tinggal di kos yang kayak aku bilang di dua paragraf sebelumnya.. hiii..

Masalah air? Ya.. susah, tapi juga nggak susah banget. Alias, bukan perkara besar. Setidaknya aku gak pernah yang sampai gak mandi dan gosok gigi hanya karena gak ada air, gak separah itu, kok. Aku cuma sebel kalau pas mau wudhu, airnya pas mati.. duh... harus nunggu kan satu jam-dua jam. Jadi nggak bisa sholat tepat waktu, sholatnya jadi ngikutin jadwal si air ini. Tapi ya masih oke lah.. setidaknya aku gak pernah yang panik karena gak bisa wudhu, sebab airnya gak yang mati lama gitu.

Nahhh gimana, dong?? T.T Setelah nulis ini aku jadi makin bingung antara mau pindah kos atau tidakk...

Sebenarnya ada satu kos yang aku incar. Dekat sini juga... Kosnya kamar banyak, sih, dan pakai pagar. Tapi karena masih satu komplek dengan kos-anku yang sekarang, lingkungannya masih sama, yang berarti kalau aku pindah ke sana, aku cuma perlu belajar basa-basi sedikit sama penghuni kos lain. Masalah lingkungan gak perlu adaptasi lagi karena kan sama saja dengan yang sekarang.

Duh, tambah pusing saya... x_x


Satu lagi.. masalah harga sewa. Aku tadinya pikir (5 juta setahun) itu mahal. Mahal nggak, sih tuh? Karena setelah aku cek di google, kost-kost lain malah semua lebih mahal lagi. Rata-rata bayar bulanan, 500ribu. Kalau setahun kan, mau 6 juta berarti. Belum lagi tetek bengek lainnya, seperti aturan-aturan tertentu.. (kos rame-rame itu pasti ada aturan-aturan yang mesti ditaati) bahkan ada yang tak boleh bawa barang elektronik banyak-banyak... Duh. Aku kan,.. ya emang sih gak banyak elektroniknya, cuma laptop, hape, sama rice cooker. Tapi aku gak suka ada aturan gitu / dilarang-larang. Karena bisa aja suatu saat aku mau pakai printer, pengen nonton TV, butuh kulkas dll kan...

Nah, kalau di kosku yang sekarang, aku mau bawa segambreng elektronik juga gak masalah sama sekali. Trus gak ada aturan apa-apa, serius.

Jadi, gimana? Makin bingung saya.. :(

Mungkin kalian kalau baca ini, mikirnya aku tuh kayaknya gak ada masalah dengan kos yang sekarang. Jadi mestinya gak perlu lah rewel segitunya mau pindah, ya kan? Emang.. tapi sebenarnya ada yang bikin aku kesal. Bulan kemarin aku dimarahin sama ibu kos karena aku nyalakan air kran pas hari Idul adha, padahal pas jam 6 pagi-nya sudah dilarang untuk buka air. Karena saluran airnya (kayaknya) gak tau gimana itu ngarahnya ke jalan samping, dan di situ ada yang lagi potong kurban, jadinya kalau dibuka airnya bakal ngalir dan kena ke siapapun itu yang ada di situ (nggak tau deh persisnya gimana kok bisa kena -_-). Ya aku nurut, nggak ada buka air dari pagi. Tapi, pas siang, pas dzuhur, aku dengar pada bubaran karena istirahat sholat dulu. Sepi tuh. Aku kan juga mau sholat.. gimana mau wudhu kalau tak buka air? Aku buka lah jadinya, kupikir kan cuma sebentar. Lahhh... pas mau siap-siap sholat, ibu kost naik ke kamar dan ngomel-ngomel "jangan buka air! Kena orang semua di bawah..blablababla.." Menghardik gitu. Kan aku sebel dan agak sedih... Masa marah-marah gitu cuma gara-gara aku buka air (yang itu pun cuma sebentar). Mbok ya dikasih tau baik-baik aja, kita juga pasti sudah dengar, kok -_- Nggak perlu marah-marah.

Walau sudah lama kejadiannya, aku tetap masih ada rasa tak senang hati kalau ingat.



Rabu, 15 Oktober 2014

Me and ODOJ :)

Diposting oleh Eka Suzanna di 08.51 0 komentar


            Sudah dari lama sebenarnya aku tahu tentang kegiatan ODOJ ini. Tahu, tapi juga tak benar-benar tahu. Hehe.
            Dulu, sering beberapa kali aku melihat status orang (yang biasanya ibu-ibu gaul, tapi islamic), update di jejaringan sosialnya tentang kegiatan ODOJ yang ia jalani bersama rekan-rekannya. Nah, dari saat itu aku mulai mengerti sedikit, bahwa ODOJ ini kepanjangannya adalah One Day One Juz, yang kegiatannya adalah membaca Al-Qur’an. Tapi, Cuma sebatas itu saja yang aku tahu saat itu, selebihnya aku tak paham, dan tak berniat juga cari tahu. Aku sama sekali tak penasaran dan tak ada minat, haha, saat itu, ya!
            Sepertinya sejak itu aku sering mendengar selentingan, atau selewat saja tentang ODOJ, tapi ya udah, lewat aja. Aku tak ambil pusing. Bahkan sampai dengar ada artis-artis yang juga ikut berkecimpung dalam kegiatan ini, makin ramai lah yang promosi ODOJ sambil menggembar-gemborkan bahwa si artis-artis ini ikut, yang maksudnya, artis-artis aja pada join loohh, masa kamu nggak?
            Aku tetap cuek.
            Waktu berjalan, dan terus berjalan lamaaa.... sampai akhirnya bulan lalu, aku tak akan ceritakan detailnya, tapi aku merasa saat itu seperti aku diberikan petunjuk oleh Tuhan. Aku dipanggil-panggil untuk mendekat padanya, dan terus dituntun perlahan. Membuat aku semakin hari semakin ingin mendekat padanya, seakan-akan kini mata dan hatiku dibuka begitu lebar. Aku yang selama ini buta dan tuli, kini seakan-akan benar-benar melihat dan mendengarkan-Nya, tepatnya segala perintah dan larangan-Nya.  
            Mau nangis kalau menulis bagian ini.... ehe :’)
            Hm.. mau nangis kalau ingat aku yang dulu, di bulan-bulan sebelumnya. Mungkin orang akan terkejut kalau tahu... Aku selama ini tak pernah menjalankan sholat 5 waktu. Pernah, tapi lebih banyak tidak pernahnya. Terakhir kali aku sholat 5 waktu adalah waktu bulan Ramadhan tahun lalu (bukan yang tahun ini), dan itu juga terakhir kali aku menyentuh Al-Qur’an. Entah kesambet apa aku saat itu (bulan Ramadhan tahun lalu), seakan aku diketuk hatinya, mulai memperhatikan sholat (aku saat itu tak meninggalkan satu sholat pun), dan setiap hari membaca Al-qur’an. Tapi..... tak tahu kenapa, itu hanya bertahan setengah bulan. Tepatnya hingga aku mendapatkan menstruasi. Kan kalau datang bulan, tak boleh sholat, baca Al-Qur’an, dan puasa. Eh.. ternyata bablas sampai lebaran, sampai habis Ramadhan. Bahkan bablas sampai ketemu Ramadhan lagi (Ramadhan tahun ini aku hanya puasa, tapi tak sholat, dan tak baca Al-Qur’an), hingga terakhir sebulan yang lalu, sampai mungkin aku diberi hidayah kalau bahasa kerennya ^^;.
            Aku sih tak pernah tahu apa itu hidayah dan bagaimana bentuknya, dan apakah hidayah itu benar-benar ada, dan bagaimana datangnya. Tapi, yang aku tahu, mata, hati, dan telingaku semuanya kini telah dibuka oleh Tuhan. Tak tau kenapa, sekarang aku selalu haus ilmu agama (terhitung sejak malam aku merasa dipanggil-panggil oleh Tuhan untuk mendekat padanya). Sejak itu aku hampir setiap saat selalu browsing soal agama, apapun itu yang aku ingin tahu. Aku beli buku-buku agama, termasuk buku tentang ilmu paling dasar, yaitu tentang sholat wajib ^^;. Aku haus ilmu agama, dan ingin mempelajarinya dari mulai yang dasar-dasar. Aku tak tahu kenapa, dan ada apa dengan diriku. Tapi, aku tak peduli, dan justru aku sangat bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan, karena aku merasa menjadi makhluk beruntung yang termasuk dalam golongan diberikan petunjuk olehnya. Niat berhijab pun langsung muncul tepat di malam aku merasa terpanggil itu, hanya saja terealisasinya baru tanggal 10 Sepertember lalu, walau mungkin belum Syar’i sepenuhnya.

            Aku ingin menutup aurat, dan menjalankan sholat 5 waktu, serta lain-lainnya. Kedua hal itu sudah kujalankan sambil aku terus belajar dan mencari hal apa lagi yang perlu aku lakukan.
            Al-qur’an. Aku mendadak haus akan isinya. Selama ini aku tak pernah tahu apa isi Al-Qur’an. Ya... aku tahu, isinya adalah hal-hal baik, dan segala petunjuk dari Tuhan. Tapi, aku tak pernah benar-benar membacanya. Selama ini aku hanya baca tulisan arabnya, tak pernah mau tahu apa maknanya. Jadi, menurutku itu belum bisa dibilang sudah membaca Al-Qur’an. Untuk apa baca Al-Qur’an kalau tak tahu apa yang dibaca, ya kan?
            Aku pun turut memantapkan niat bahwa aku akan membaca Al-Qur’an setiap hari dan memahami isinya. Tapi, aku tahu, sebagai manusia biasa, godaan itu bisa datang kapan saja. Aku sangat tahu, pasti akan ada masanya nanti aku mulai malas membaca Al-Qur’an, alias imanku goyah. Karena aku manusia biasa. Oleh sebab itu, aku segera mau antisipasi. Aku langsung teringat sama grup ODOJ ini. Ingatnya pun tak sengaja.
            Sejak haus ilmu agama, aku rajin follow twitter yang ngetweet tentang agama, sampai akhirnya tak sengaja ketemu lah aku dengan account ODOJ. Aku langsung tertarik untuk bertanya, dan join. Waktu itu aku pikir ODOJ ini adalah kegiatan baca 1 hari 1 juz, seperti yang dulu aku bayangkan. Bertanya lah aku tentang grup dan cara daftar, dan kemudian disuruh isi biodata. Waktu itu tanggal 12 September. Aku sudah isi biodata lengkap, tak ada balasan. Aku tunggu dengan sabar, karena siapa tahu memang di sana ada prosedurnya tersendiri sehingga butuh waktu lama. Eh, sampai hari esok, hari esok, esok, esok, dan seteruusssnya, tak ada kabar sama sekali. Aku mulai tak paham, dan agak gondok. Jujur saja, sempat terbersit, niat nggak sih sebenarnya bikin kegiatan kayak gini? Ada orang mau gabung, tapi kok nggak dilayani??. Aku dianggurin, dicuekin, sama sekali tak ada diurus. Aku sampai bolak-balik baca biodataku yang kukirim via WA, apa yang salah? Tak ada. Semua biodata kutulis dengan lengkap dan sangat jujur. Jadi, kenapa tak direspon??
            Entah... sampai detik ini aku tak tahu sebabnya.
            Sejak itu aku il-feel berat sama ODOJ ini. Ternyata tak sefriendly yang aku pikir. Aku sampai suudzon, bahwa visi-misi mereka yang katanya ingin mengajak banyak orang untuk lebih dekat dan mengenal Al-Qur’an itu (supaya konsisten baca 1 juz tiap hari), sepertinya Cuma kata pengantar saja, alias bualan semata. Karena, aku mau mendaftar tapi tak direspon. Cuma disuruh isi biodata, setelah itu adminnya hilang. Sebenarnya, bisa saja aku bertanya lagi ya, kan? Kenapa tak dibalas, dll. Ya, aku sudah il-feel. Dan menurut aku, bukan aku yang harus ngejar-ngejar dia untuk menanyakan apakah aku sudah terdaftar? Itu kan tugas dan tanggung jawab sebagai admin yang mesti melayani. Yang penting, aku sudah isi biodata, dan harusnya si admin ini memproses diriku, bukan dibiarkan begitu saja.
            Hm.. mungkin kesannya, aku punya penyakit hati yang sangat jelek ya? ^^; Iya, aku tahu... that’s why aku bilang, aku manusia biasa. Aku masih ada rasa emosi, dan penyakit hati yang bisa mendatangiku kapan saja, walau sekarang sudah jauhhh lebih baik dari dulu. Karena, sekarang aku lumayan bisa mengontrol segala penyakit hatiku, dan tiap aku suudzon dan merasa kesal pada admin ODOJ ini, aku langsung istighfar dan memohon pada Tuhan supaya hatiku dijaga, karena sesungguhnya aku tak bermaksud marah atau berpikiran jelek. Aku pun coba berpikir, bahwa mungkin ada alasan tersendiri kenapa si admin tak mengurusku. Mungkin yang daftar banyak, jadinya dia agak kewalahan mendaftarkan satu-satu? Atau apa lah.. Dan ini terpenting, mungkin Tuhan tak izinkan aku untuk masuk grup ODOJ pada saat itu, atau mungkin belum waktunya. Entah lah. Tapi yang pasti aku percaya dan meyakini, selalu ada makna dari semua kejadian kan, yang kadang kita mungkin tak tahu, dan tak perlu tahu juga.
            Aku pun memutuskan tak peduli lagi sama si ODOJ, dan malah berpikir, ya sudah lah.. buat apa juga gabung ODOJ? Toh, kalau mau baca 1 hari 1 Juz juga bisa sendiri, tanpa harus gabung ke grup segala ya kan?? Lagian kalau gabung grup itu, kok kesannya kayak mau banget orang-orang tahu kalau kita baca 1 hari 1 juz? Dan lagi, niatnya jadi nggak bener, dong.. Baca Al-Qur’an itu kan harus ikhlas dan karena Allah, bukan karena gabung ODOJ. Kalau gabung ODOJ, berarti aku khatam bukan demi Tuhan dan diri sendiri, tapi demi grup ini yang mengharuskan aku baca 1 juz tiap hari. Dan berbagai pikiran lainnya,..  karena aku sedang kesal dan juga menghibur diri sendiri dengan meyakinkan bahwa tak guna masuk grup ODOJ. Kalau mau baca 1 hari 1 Juz, tanpa masuk grup ODOJ juga aku pasti bisa, gitu tekadku.
Kemudian aku mulai lupa dengan grup itu, dan sibuk dengan kegiatan yang semakin hari semakin haus ilmu agama. Hadis-hadis dan buku-buku agama kulahap sedikit demi sedikit. Baca Al-Qur’annya? Belum terealisasikan juga (yang katanya mau baca 1 hari 1 juz pasti bisaaa walau Cuma sendiri..), hahahaha.
Sampai suatu hari, aku dapat mention dari mbak Ifha (waktu itu belum kenal), yang bertanya apakah aku sudah tergabung dalam ODOJ, dan apakah aku mau bergabung dengan grupnya?
            Nahhh... aku langsung girang waktu itu, dan berpikir, oh, mungkin menurut Tuhan ini lah waktu yang tepat. Aku pun mengiyakan. Setelah itu langsung chit-chat sama mbak Ifha, isi biodata, dan aku banyak tanya, sebenarnya ODOJ itu bagaimana sistemnya? Karena aku buta sama sekali.
            Dan ternyataaaa.... ODOJ itu adalah kegiatan Tilawah. Yang mana anggotanya 30 orang, dan satu orang tiap hari baca 1 juz, sehingga tiap hari jadi khatam  30 Juz.
            Aku kaget. Hahaha.
            Karena, aku berpikir grup ini baca 1 hari 1 juz, tapi untuk diri sendiri masing-masing, alias misalnya aku baca hari ini juz 1, besok juz 2, dan seterusnya sampai juz 30, lalu aku khatam, dan ulang lagi, lalu khatam lagi, begitu seterusnya. Ternyata ini Tilawah, yang tak beda sih sistemnya, sama saja seperti yang aku pikirkan, hanya saja maknanya jadi beda. Apalagi aku langsung dikasih jatah juz 5, langsung kaget season dua lagi. Aku pikir tadinya aku akan mulai dari awal, Juz 1.. Dan aku memang inginnya itu baca berurutan, tak mau langsung Juz 5. Aku takut, apa baca Al-Qur’an boleh langsung lompat ke juz sekian gitu?
            Aku langsung mencari tahu, apakah boleh baca Al-Qur’an tak berurutan? Dan alhamdulillah.. dari apa yang aku tangkap, sepertinya tak apa, hanya saja dianjurkan kalau bisa bacanya berurutan. Tapi, dari hadis-hadis yang aku baca, aku sering menemukan kalau Rasulullah selalu membaca Al-Qur’an secara acak, alias dia membaca apa yang dia suka atau apa yang ia mau baca saat itu, bahasa kerennya suka-suka beliau. Dan lagi, Rasulullah tak pernah bersabda tentang metode membaca Al-Qur’an (setidaknya belum kutemukan hingga saat ini). Rasulullah tak ada melarang maupun memerintah tentang bagaimana baiknya kita membaca Al-Quran, haruskah berurutan, haruskah 1 hari 1 juz dan lain-lain. Rasulullah hanya pernah bilang, bahwa kita mesti membaca Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh, dengan benar (yakni sesuai tajwid-nya), dan beliau pun juga hanya mengatakan bahwa membaca Al-Qur’an itu berpahala, yang berarti kalau dilakukan adalah suatu kebaikan, bukan suatu kewajiban layaknya sholat lima waktu.
            Dalam Al-Qur’an pun tak ada ketentuan bagaimana kita harus membaca Al-Qur’an. Allah hanya pernah berfirman.. “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil (73)]
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca Al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
Rasulullah juga tak bilang bahwa baca 1 juz, atau pun 1 surah, ataupun 1 ayat adalah baik. Beliau hanya bilang, membaca 1 huruf dari Al-Qur’an, maka akan diganjar dengan 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan.
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)
Subhanallah...
Lihat? Tidak ada dikatakan satu juz, satu surah, maupun satu ayat, melainkan satu huruf!! Bayangkan bila kita khatam, sudah berapa huruf yang kita baca, dan berapa kebaikan yang kita peroleh?? Bahkan, baru membaca basmalah setiap mengawali membaca Al-Qur’an dan sebuah Surah, sudah berapa huruf tuh, coba? 19 huruf ya? Nahhh! Yang berarti kita melakukan 19 kebaikan dari hanya dengan membaca basmalah saja, (yang mudah-mudahan dilipat gandakan jadi 190 kebaikan sebaga balasan, amiinn). Apalagi kalau baca 1 juz? Apalagi kalau khatam?? Sudah berapa juta kebaikan yang kita peroleh?? Sudah berapa ratus juta?? Sudah, tak usah hitung, kalkulator sekalipun tak akan mampu menghitungnya.
Subhanallah..
Maka, dari ini sangat menunjukan dengan jelas, bahwa muslim siapapun yang membaca Al-Qur’an, baik paham atau tidak paham, maka dia akan mendapatkan ganjaran pahala sebagaimana yang dijanjikan. Dan tak peduli ia baca berapa juz, berapa surah, maupun berapa ayat, yang terpenting adalah berapa huruf Al-Qur’an yang ia baca? Dari ini, aku mengambil kesimpulan bahwa yang dilihat adalah hurufnya. Bukan dari apakah kita membacanya berurutan atau tidak. Kalau memang tak boleh membaca Al-Qur’an secara acak dan mesti berurutan dari juz 1-30, tentu Allah dan Rasul-Nya sudah memberikan sabda ketegasan yang sangat jelas tentang hal ini.
Itu sebabnya, aku yang tadinya ragu, akhirnya benar-benar mantap join grup mbak Ifha. Lagipun aku berpikir, tanpa join grup ODOJ, belum tentu aku membaca Al-Qur’an, karena buktinya sejak dari kemarin niat membaca sendiri, tak kunjung terealisasikan juga ^^; Aku rasa aku memang butuh sedikit pecutan atau sesuatu yang bisa memaksaku untuk membaca Al-Qur’an setiap hari..
Nah.. kalau dipikir, itu niat sudah kurang baik, atau tepatnya kurang lurus. Baca Al-Qur’an hanya kalau masuk grup ODOJ, dan itupun memaksa, karena suka tak suka, mau tak mau kan mesti habis 1 juz setiap hari.
Aku kembali ragu, dan takut, karena aku pernah baca sebuah kisah atau hadis (aku lupa darimana sumbernya), bahwa kegiatan ibadah apapun, kalau niatnya bukan karena lillahitaalah maka tak akan ada gunanya. Tempat kita akan tetap di neraka. Dalam hadis itu dikisahkan, Allah sedang menghisab amal setiap orang. Ada yang mati karena jihad, ditanya : “Untuk apa kau melakukan itu (jihad)?” “Untukmu ya Allah.” Allah yang maha tahu, langsung murka. “Bohong! Kau melakukan itu karena ingin dipandang berani oleh orang-orang.” Lalu ia dilempar ke neraka. Begitu juga dengan yang lain, ada yang sangat dermawan semasa hidupnya, tapi Allah bilang ia melakukan itu hanya karena ingin dipandang sebagai sosok dermawan, maka berakhir lah ia di neraka.
Jadi, kegiatan ibadah apapun itu, kalau niatnya sudah salah dan bukan karena Allah, tak ada bedanya dengan para kafir.
Aku langsung takut, dan benar-benar menekankan, ya Allah... aku memang ingin membaca Al-Qur’an karena-Mu, dan karena ingin tahu isi kandungan Al-Qur’an yang selama ini aku tak tahu. Aku masuk grup ODOJ ini bukan karena ada niat apa-apa, sumpah. Tahu sistem ODOJ itu bagaimana saja awalnya aku tak tahu. Aku masuk grup ini memang untuk supaya ada pemicu yang menekanku untuk konsisten membaca Al-Qur’an Mu, tapi tujuanku membaca Al-Qur’an bukan demi grup ini atau adminnya yang tiap saat merekap siapa saja yang sudah kholas.
Karena itu, sejak pertama kali masuk, aku berusaha meluruskan niat (walau memang tak ada niat macam-macam), bahwa saya membaca Al-Qur’an demi Tuhan dan agama saya, bukan siapa-siapa.
Pada hari pertama, mungkin karena masih ‘kagok’, aku sampai ‘keteteran’ hahaha ^^;
Pada hari pertama itu, malam sebelumnya, sebelum tidur, aku sudah menghabiskan kalau tak salah 5 lembar. Sisa 5 lembar lagi, dan aku percaya diri banget bisa menyelesaikannya besok tepat waktu. Malah aku masih santai esoknya, ya karena masih kagok kali ya, dan belum menyesuaikan diri, jadi aku masih terbawa habitku yang lama, yang santai, padahal masih ada 5 lembar lagi yang mesti dibaca. Pikiran waktu itu, nanti sore saja habis Ashar baru lanjut. Tinggal 5 lembar ini, gitu pikirku.. hahaha ^^; Istilahnya, ahhhh, kecillll... gampang lah ntar bacanya, sebentar juga kelar.
Hiahahaha..  Ngeremehin banget ye?? ^^;
Taunya, gimana? Kagak kelar tepat waktu! Hahaha.
Mungkin kalau bacanya normal dan cepat ya bisa kelar sebentar doang. Paling 5 lembar itu setengah jam lah. Sayangnya, aku lupa, kalau aku itu membaca Al-Qur’an begitu hati-hati, benar-benar berusaha ngikutin tanda bacanya dengan baik, dan menyerap maknanya (alias menghayati, dan juga baca terjemahannya). Ya jadinya ya lamaaa ^^; 1 jam waktu berjalan belum kelar tuh ngabisin 5 lembar, haha. Saking menghayati hurufnya satu demi satu dan maknanya per paragraf demi paragraf. Sampai nggak sadar hape yang disillent sudah kedap-kedip layarnya, karena beruntun chat WA masuk dari anak-anak ODOJ, dan ketua grupnya, mbak Ifha, yang pada nanyain ‘bagaimana, mbak Eka? Sudah selesai belum?’
Aku juga waktu itu sebenarnya salah ‘jam’ sih. Aku ingat tadinya batas baca Al-Qur’an itu jam 8 malam, ternyata jam 6 ^^. Karena mikirnya, jam 8, ya aku masih santai-santai aja walau sekilas melihat layar hape kedap-kedip. Ada rasa kesal juga sempat terlintas, ini orang kok pada nggak sabar banget? Emang dipikir baca Al-Qur’an itu bisa diburu-buru? Aku kan mau bacanya pelan-pelan dan dengan khusyuk, plus tak lupa menyerap terjemahannya. Tapi kalau digeber-geber ‘sudah selesai?’ kesannya kayak disuruh buru-buru, nah, gimana tuh? Jadi nggak bermakna dong baca Al-Qur’annya kalau mesti cepat-cepat baca..
Begitu lah kira-kira sempat suara hatiku mengomel, ehehe. Maklumin yaa.. anak baru waktu itu, jadi belum paham apa-apa.
            Setelah laporan begitu selesai baca, Cuma telat 10 menitan, mbak Ifha beri penjelasan ulang tentang peraturan ODOJ kalau batas kholas pribadi itu jam 6 sore WIB, sedangkan jam 8 malam itu batas kholas grup kalau-kalau ada yang meminta perpanjangan waktu, nah baru saya ngeh, dan manggut-manggut ^^;. Hadeeeehh... kemarin kemana aja ya pas mbak Ifha jelasin panjang lebar? Hahaha. *sungkem*
            Esoknya, tentu saja aku laporan sudah tamatin juz, jauhh sebelum waktunya. Tak mungkin lah aku mengulangi kesalahan yang sama, kan aku lebih pandai dari Keledai :p
Sejak hari pertama itu, sampai sekarang aku tak pernah yang namanya terlambat, apalagi diuber-uber sama anak-anak karena belum laporan. Haha. Sebab? Selain karena aku orangnya menjunjung komitmen, aku pun setiap hari selalu berusaha menjadi lebih baik, dan juga terus-terusan memperbaiki dan meluruskan niat supaya tak melenceng kemana-mana. Dari awal aku gabung ODOJ, niat aku Cuma satu, yaitu supaya aku membaca Al-Qur’an setiap hari, minimal ada menyentuhnya dalam sehari. Karena aku ingin hari-hariku diisi ilmu dari Al-Qur’an, menyerapnya, walau sedikit-sedikit tak apa, yang penting ada. Untuk itu lah aku gabung ODOJ, tak ada niat lain dan bukan karena niat lain. Masalah tentang mesti laporan tiap hari, dan ada batasan waktunya, menurutku itu terpisah lagi dari niat. Itu adalah suatu bentuk komitmen tersendiri pada grup ODOJ ini. Komitmenku pada Tuhan (untuk terus menimba ilmu dan membaca Al-Qur’an), dengan komitmenku pada grup ODOJ (untuk laporan tepat waktu, dan kholas setiap hari), adalah dua hal berbeda. Dan aku akan menjaga keduanya. Itu sebab, aku tak pernah melanggar salah satunya. Merasa susah sedikit pun tidak. Ternyata tak seperti yang aku dengar dari orang, yang mana banyak yang gugur karena kesulitan menghabiskan 1 juz dalam sehari, kesulitan membagi waktu, dan alasan-alasan lain. Aku tak ada menemukan kendala, alhamdulillah. Aku bisa segera beradaptasi, bahkan langsung menjadi kebiasaanku.
Menurutku, kalau dibilang susah membagi waktu, rasanya terlalu berlebihan. ^^; Aku terbengong-bengong sendiri melihat banyak yang mengeluhkan itu. Banyak yang tak bisa jaga komitmen, dan sering telat laporan, dengan alasan klise sulit membagi waktu. Kenapa ya? Apakah sesulit itu menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur’an? Padahal waktu ada 24 jam, dan membaca 1 juz itu Cuma butuh 1 jam (kalau mau marathon bacanya dalam sekali duduk), kalau mengikuti standar kecepatanku membaca yaa.. Mungkin kalau yang sudah lebih jago dan lebih cepat, malah bisa hanya kurang dari setengah jam kali.
Caraku membagi waktu kalau memang tak mau marathon membaca dalam sekali duduk, baca lah setiap sebelum tidur misalnya 2-3 lembar halaman. Lalu lanjut habis tahajud/shubuh, 4-5 lembar. Sisanya dihabiskan saat sebelum/sesudah Dzuhur. Nah, sebelum Ashar, sudah selesai tuh.
Itu caraku. Aku memang selalu membaca Al-Qur’an setiap habis sholat. Kalau kalian punya cara lain yang lebih cocok dengan kalian, ya silahkan. ^^;
Sekarang, hari ini.. hmm.. belum ada sebulan aku masuk grup ODOJ. Baru 23 hari. Yang berarti, baru sekitar 23 Juz yang aku baca. Rasanya gimana? Ya positif. Aku jadi membaca dan menyentuh Al-Qur’an setiap hari. Aku bahkan sampai hapal isinya (terjemahannya yaaa, bukan ayatnya ^^;) karena selalu baca berulang-ulang. Ada ilmu agama yang masuk ke kepalaku, alhamdulillah.. Jadi semakin banyak hal yang kutahu. Kesimpulannya? Tak ada efek negatif yang aku terima dari masuk grup ODOJ ini. Sama sekali tak ada. Justru ini menjadi suatu kegiatan positif buatku. Kalau waktu itu aku tak masuk grup ODOJ, mungkin aku tak akan rutin baca Al-Qur’an hingga bisa selesai 23 Juz seperti sekarang, dan bahkan terparahnya mungkin aku sampai detik ini belum juga menyentuh Al-Quran dan membacanya barang satu ayat pun. J

Sangat jauh berbeda diriku yang sebelum join, dengan yang sesudah join. Kalau dulu, sebelum join grup ini, aku merasa kayaknya suatu hal yang mustahil seorang EKA mampu baca 1 juz setiap hari secara rutin berturut-turut. Dulu, setiap bulan Ramadhan, aku selalu menargetkan untuk habiskan 1 juz per hari. Nyatanya? Tak pernah mencapai. Selalu Cuma semangat di awal, dan langsung melemah keesokan harinya. Paling bertahan sampai juz 5. Jadi, rasanya waktu itu suatu hal yang berat banget buat aku untuk menargetkan diri baca 1 juz per hari. 10 lembar itu kayaknya kebanyakan. Namanya penyakit manusia kan, malas dan lemah semangat ^^; Selalu ada banyak alasan. Yang capek lah, yang selalu bilang ‘nanti deh.. nanti deh..’ yang akhirnya tak kunjung dilakukan juga, haha.
Tapi, nyatanya? Begitu join grup ini.. 3 hari setelah join, anggapanku langsung berubah. Baca 1 juz per hari itu ternyata ringgaaaaannn sangat, bukan masalah besar. Apalagi kalau dengan niat karena Allah, karena ingin tahu firman-firmannya, ingin mendalami Al-Qur’an, dll.. beugh.. 10 lembar sehari itu tak ada apa-apanya. Muluuuussssss. Malah belakangan, aku jadi selalu tergiur ingin ambil lelang, apalagi kalau yang dilelang adalah juz yang belum aku baca, atau juz yang aku suka isi (terjemahan)-nya, walau sampai saat ini aku baru 3-4 kali kayaknya ikutan ambil lelang. Selalu sajaaa ada 2-3 orang dari grup yang punyanya kena lelang, dengan alasan klise, tak ada kabar laporan walau biasanya mereka akan muncul dengan alasan ‘lupa laporan’ atau ‘signal kacrut’. Nah, alasan-alasan itu yang bikin aku juga yang sempat antara tergiur tapi malas juga mau ngambil. Karena pernah aku ambil 1 juz (ini waktu pertama kali aku ikut ambil lelang), eh, passss banget aku selesai habiskan 1 juz itu, pass si empunya juz datang laporan bahwa dia sudah kholas, tapi baru laporan. Kesal kan.. hahaha. Bukannya nggak ikhlas, Cuma ya entah kenapa aku kesal. Dan aku memang sebenarnya tak suka ambil lelangan (walau kepengin), karena aku beranggapan, mereka-mereka itu mestinya bertanggung jawab! Kesal rasanya, kok nggak bisa jaga komitmen masing-masing? Dan lagi, aku merasa ambil lelangan itu tak bisa dibenarkan. Itu sudah benar-benar sistem membaca Al-Qur’an yang salah. Karena itu aku tak pernah ambil, selain karena pengin mereka bertanggung jawab sendiri dengan juz-nya masing-masing, aku juga jujur aja awalnya ada rasa egois. Kasarnya, aku nggak peduli sama juz orang lain, yang penting adalah bagianku sudah kubaca. Apalagi niatku masuk ODOJ adalah supaya rutin baca 1 juz per hari, bukannya giat ambil lelangan Cuma demi supaya grup kami kholas 30 juz tiap hari. Menurutku sistem begitu adalah sistem yang salah. Dan itu juga sudah banyak dikritik ulama, katanya itu bidhah. Makanya aku cuek-cuek aja, grup kami khatam atau tidak, i don’t care, yang penting saya baca 1 juz tiap hari. Hehe. Kalau gitu, kenapa akhirnya aku turut ambil lelangan?? Jujur, semata-mata hanya karena kasihan sama mbak Ifha yang pada hari itu sendirian ambil lelang. Tak ada yang berinisiatif ambil lelang, entah kenapa. Sementara mbak Arsih yang (aku salut) selalu bantu mbak Ifha ambil lelangan dalam jumlah banyak, pada masa tu kalau tak salah sedang ada acara, jadi tak bisa. Jadilah sepertinya mbak Ifha sendiri yang harus ambil lelang, karena itu member lain pada tak ada muncul. Dan waktu itu lelang yang diambil ada 3 juz kalau tak salah, dan mbak ifha sudah ambil mau 2 juz (sampai aku terbengong-bengong kagum, hebat ya dia bisa baca mau 2 juz dalam waktu satu jam-an), akhirnya aku langsung kasihan, dan bilang aku mau ambil yang sisa 1 juz. Sejak itu, walau masih tak setuju dengan sistem lelang, akhirnya aku ikut turut bantu ambil lelang, sambil meluruskan niat supaya ikhlas. Dengan baca lelangan, kan tilawahku semakin terlatih (lebih lancar baca tajwidnya), dan juga aku selalu ingat sabda Nabi bahwa 1 huruf itu ada 10 kebaikan, inshaAllah.
Hilang sudah rasa ragu, berganti dengan semangat untuk selalu menyelesaikan 1 juz tiap hari. Rasa takut salah di awal-awal perlahan sirna, karena aku menyakini, semua itu sebenarnya tergantung dari niat kita sendiri. Lagipun, menurut saya, jauh lebih baik ikut ODOJ, daripada tak menyentuh Al-Qur’an sama sekali. Jadi ya... mungkin banyak orang yang mengkritik ODOJ ini, dikata bidhah lah, riya lah, dan sebagainya.. Aku bisa paham mereka J Karena awalnya aku pun memiliki keraguan yang sama tentang ODOJ persis seperti mereka J Pesan aku pada orang yang masih berpikiran negatif pada komunitas ini, adalah.. “Jangan mudah suudzon, dan cobalah belajar berpikir positif.” Kalau memang merasa lebih baik akhlaknya, tentu tahu bahwa suudzon itu tak baik, dan kita diwajibkan untuk selalu berprasangka baik. Mengkritik boleh, tapi tidak dengan menghujat J Saya harap orang-orang sekarang bisa juga mulai belajar untuk berargumen dengan bahasa yang baik. Bukan ngejudge!
Masalah komunitas ini tampak riya dan bidhah, itu tergantung pandangan masing-masing. Lagipula ada kabar baik, sekarang sistem di ODOJ sudah tak ada lelang-lelangan lagi dan tak bertujuan tilawah berkelompok lagi :) Ahamdulillah~
Kalau sebelumnya kan, 1 grup anggota 30 orang, ini mesti pada kholas semua, supaya grup tilawahnya khatam 30 juz, dan kalau ada yang tak mencapai target bacaannya, itu bisa dilelang ke member lain. Nah.. kalau ini aku sudah bilang di awal, aku tak setuju dengan sistem ini. Ini sudah jelas sangat bidhahnya, karena cara membaca Al-Qur’annya itu benar-benar tak bisa dibenarkan. Masa ada sistem lelang-lelangan? Lalu tilawahnya via on line pula (yang mana kita tak tahu apa benar si A, B, C, D, E dll itu beneran baca juz nya sampai selesai, atau tidak? Tak ada saksi). Tilawah yang aku tahu itu kita mendengarkan orang yang membaca juz (dalam satu ruangan), bukannya Cuma sekadar lapor-laporan di whatsapp memberitahu kalau sudah baca/kholas.
Tapi, alhamdulillahnya.. sistem itu sudah dihapus. Tak ada lagi rasa kewajiban untuk khatam 30 juz per kelompok. Jadi juga tak ada lagi lelang-lelangan. Sekarang fokus ke diri masing-masing aja, fokus ke juz yang dibaca. Tapi, tetap, bacanya 1 hari 1 juz. Dan ini lah yang memang aku mau :) Masalah bohong, memang masih akan ada kemungkinan orang yang ‘berbohong’ yaaa. Misalnya dia hari ini mesti baca juz 5, tapi dia tak baca, atau belum selesai baca, tapi laporan kholas. Nahh.. kalau yang begini, ya itu urusan dia sama Tuhan :) Tak usah pusingkan masalah orang lain sih kalau kata aku, pikirkan diri sendiri aja. Jadi aku tak peduli, mereka kholas atau tidak, bohong atau tidak, i dont care..  Yang penting aku baca juz bagianku, dan aku jujur, dan niatnya karena Allah SWT. Sudah, cukup itu. :)
Semoga komunitas ODOJ ini semakin memberi manfaat yang baik untuk banyak orang ke depannya, sistemnya juga semakin baik, dan juga makin diperbanyak event yang berhubungan dengan islami dan bisa mengajak orang dalam kebaikan :) Dan tentu, semoga komunitas ini diberkahi Allah SWT, Amiiinn.




{الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)}
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30).

Terima kasih kunjungannya~ :)

 

bOLLywood-giRL.coM © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor