Sudah dari lama sebenarnya aku tahu
tentang kegiatan ODOJ ini. Tahu, tapi juga tak
benar-benar tahu. Hehe.
Dulu, sering beberapa kali aku
melihat status orang (yang biasanya ibu-ibu gaul, tapi islamic), update di
jejaringan sosialnya tentang kegiatan ODOJ yang ia jalani bersama
rekan-rekannya. Nah, dari saat itu aku mulai mengerti sedikit, bahwa ODOJ ini
kepanjangannya adalah One Day One Juz, yang kegiatannya adalah membaca
Al-Qur’an. Tapi, Cuma sebatas itu saja yang aku tahu saat itu, selebihnya aku
tak paham, dan tak berniat juga cari tahu. Aku sama sekali tak penasaran dan
tak ada minat, haha, saat itu, ya!
Sepertinya sejak itu aku sering
mendengar selentingan, atau selewat saja
tentang ODOJ, tapi ya udah, lewat aja.
Aku tak ambil pusing. Bahkan sampai dengar ada artis-artis yang juga ikut
berkecimpung dalam kegiatan ini, makin ramai lah yang promosi ODOJ sambil
menggembar-gemborkan bahwa si artis-artis ini ikut, yang maksudnya, artis-artis aja pada join loohh, masa kamu
nggak?
Aku
tetap cuek.
Waktu berjalan, dan terus berjalan
lamaaa.... sampai akhirnya bulan lalu, aku tak akan ceritakan detailnya, tapi
aku merasa saat itu seperti aku diberikan petunjuk oleh Tuhan. Aku dipanggil-panggil untuk mendekat padanya,
dan terus dituntun perlahan. Membuat aku semakin hari semakin ingin mendekat
padanya, seakan-akan kini mata dan hatiku dibuka begitu lebar. Aku yang selama
ini buta dan tuli, kini seakan-akan benar-benar melihat dan mendengarkan-Nya,
tepatnya segala perintah dan larangan-Nya.
Mau nangis kalau menulis bagian
ini.... ehe :’)
Hm.. mau nangis kalau ingat aku yang
dulu, di bulan-bulan sebelumnya.
Mungkin orang akan terkejut kalau tahu... Aku selama ini tak pernah menjalankan
sholat 5 waktu. Pernah, tapi lebih banyak tidak pernahnya. Terakhir kali aku
sholat 5 waktu adalah waktu bulan Ramadhan tahun lalu (bukan yang tahun ini),
dan itu juga terakhir kali aku menyentuh Al-Qur’an. Entah kesambet apa aku saat
itu (bulan Ramadhan tahun lalu), seakan aku diketuk hatinya, mulai
memperhatikan sholat (aku saat itu tak meninggalkan satu sholat pun), dan
setiap hari membaca Al-qur’an. Tapi..... tak tahu kenapa, itu hanya bertahan
setengah bulan. Tepatnya hingga aku mendapatkan menstruasi. Kan kalau datang bulan, tak boleh sholat, baca
Al-Qur’an, dan puasa. Eh.. ternyata bablas sampai lebaran, sampai habis
Ramadhan. Bahkan bablas sampai ketemu Ramadhan lagi (Ramadhan tahun ini aku
hanya puasa, tapi tak sholat, dan tak baca Al-Qur’an), hingga terakhir sebulan
yang lalu, sampai mungkin aku diberi hidayah
kalau bahasa kerennya ^^;.
Aku sih tak pernah tahu apa itu
hidayah dan bagaimana bentuknya, dan apakah hidayah itu benar-benar ada, dan
bagaimana datangnya. Tapi, yang aku tahu, mata, hati, dan telingaku semuanya
kini telah dibuka oleh Tuhan. Tak tau kenapa, sekarang aku selalu haus ilmu
agama (terhitung sejak malam aku merasa dipanggil-panggil oleh Tuhan untuk
mendekat padanya). Sejak itu aku hampir setiap saat selalu browsing soal agama, apapun itu yang aku ingin tahu. Aku beli
buku-buku agama, termasuk buku tentang ilmu paling dasar, yaitu tentang sholat
wajib ^^;. Aku haus ilmu agama, dan ingin mempelajarinya dari mulai yang dasar-dasar.
Aku tak tahu kenapa, dan ada apa dengan diriku. Tapi, aku tak peduli, dan
justru aku sangat bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan, karena aku merasa
menjadi makhluk beruntung yang termasuk dalam golongan diberikan petunjuk
olehnya. Niat berhijab pun langsung muncul tepat di malam aku merasa terpanggil itu, hanya saja
terealisasinya baru tanggal 10 Sepertember lalu, walau mungkin belum Syar’i
sepenuhnya.
Aku ingin menutup aurat, dan
menjalankan sholat 5 waktu, serta lain-lainnya. Kedua hal itu sudah kujalankan
sambil aku terus belajar dan mencari hal apa lagi yang perlu aku lakukan.
Al-qur’an. Aku mendadak haus akan
isinya. Selama ini aku tak pernah tahu apa isi Al-Qur’an. Ya... aku tahu,
isinya adalah hal-hal baik, dan segala petunjuk dari Tuhan. Tapi, aku tak
pernah benar-benar membacanya. Selama
ini aku hanya baca tulisan arabnya, tak pernah mau tahu apa maknanya. Jadi,
menurutku itu belum bisa dibilang sudah membaca Al-Qur’an. Untuk apa baca
Al-Qur’an kalau tak tahu apa yang dibaca, ya kan?
Aku pun turut memantapkan niat bahwa
aku akan membaca Al-Qur’an setiap hari dan memahami
isinya. Tapi, aku tahu, sebagai manusia biasa, godaan itu bisa datang kapan
saja. Aku sangat tahu, pasti akan ada masanya nanti aku mulai malas membaca
Al-Qur’an, alias imanku goyah. Karena aku manusia biasa. Oleh sebab itu, aku
segera mau antisipasi. Aku langsung teringat sama grup ODOJ ini. Ingatnya pun
tak sengaja.
Sejak haus ilmu agama, aku rajin follow twitter yang ngetweet tentang
agama, sampai akhirnya tak sengaja
ketemu lah aku dengan account ODOJ.
Aku langsung tertarik untuk bertanya, dan join.
Waktu itu aku pikir ODOJ ini adalah kegiatan baca 1 hari 1 juz, seperti yang
dulu aku bayangkan. Bertanya lah aku tentang grup dan cara daftar, dan kemudian
disuruh isi biodata. Waktu itu tanggal 12 September. Aku sudah isi biodata lengkap,
tak ada balasan. Aku tunggu dengan sabar, karena siapa tahu memang di sana ada
prosedurnya tersendiri sehingga butuh waktu lama. Eh, sampai hari esok, hari
esok, esok, esok, dan seteruusssnya, tak ada kabar sama sekali. Aku mulai tak
paham, dan agak gondok. Jujur saja, sempat terbersit, niat nggak sih sebenarnya bikin kegiatan kayak gini? Ada orang mau
gabung, tapi kok nggak dilayani??. Aku dianggurin, dicuekin, sama sekali
tak ada diurus. Aku sampai bolak-balik baca biodataku yang kukirim via WA, apa yang
salah? Tak ada. Semua biodata kutulis dengan lengkap dan sangat jujur. Jadi,
kenapa tak direspon??
Entah... sampai detik ini aku tak
tahu sebabnya.
Sejak itu aku il-feel berat sama
ODOJ ini. Ternyata tak sefriendly
yang aku pikir. Aku sampai suudzon, bahwa visi-misi mereka yang katanya ingin
mengajak banyak orang untuk lebih dekat dan mengenal Al-Qur’an itu (supaya
konsisten baca 1 juz tiap hari), sepertinya Cuma kata pengantar saja, alias
bualan semata. Karena, aku mau mendaftar tapi tak direspon. Cuma disuruh isi
biodata, setelah itu adminnya hilang.
Sebenarnya, bisa saja aku bertanya lagi ya, kan? Kenapa tak dibalas, dll. Ya,
aku sudah il-feel. Dan menurut aku, bukan aku yang harus ngejar-ngejar dia
untuk menanyakan apakah aku sudah terdaftar? Itu kan tugas dan tanggung jawab
sebagai admin yang mesti melayani. Yang penting, aku sudah isi biodata, dan
harusnya si admin ini memproses diriku,
bukan dibiarkan begitu saja.
Hm.. mungkin kesannya, aku punya
penyakit hati yang sangat jelek ya? ^^; Iya, aku tahu... that’s why aku bilang, aku manusia biasa. Aku masih ada rasa emosi,
dan penyakit hati yang bisa mendatangiku kapan saja, walau sekarang sudah
jauhhh lebih baik dari dulu. Karena, sekarang aku lumayan bisa mengontrol
segala penyakit hatiku, dan tiap aku suudzon dan merasa kesal pada admin ODOJ
ini, aku langsung istighfar dan memohon pada Tuhan supaya hatiku dijaga, karena
sesungguhnya aku tak bermaksud marah atau berpikiran jelek. Aku pun coba
berpikir, bahwa mungkin ada alasan tersendiri kenapa si admin tak mengurusku.
Mungkin yang daftar banyak, jadinya dia agak kewalahan mendaftarkan satu-satu?
Atau apa lah.. Dan ini terpenting, mungkin Tuhan tak izinkan aku untuk masuk
grup ODOJ pada saat itu, atau mungkin
belum waktunya. Entah lah. Tapi yang pasti aku percaya dan meyakini, selalu ada
makna dari semua kejadian kan, yang
kadang kita mungkin tak tahu, dan tak perlu tahu juga.
Aku pun memutuskan tak peduli lagi
sama si ODOJ, dan malah berpikir, ya
sudah lah.. buat apa juga gabung ODOJ? Toh, kalau mau baca 1 hari 1 Juz juga
bisa sendiri, tanpa harus gabung ke grup segala ya kan?? Lagian kalau gabung
grup itu, kok kesannya kayak mau banget orang-orang tahu kalau kita baca 1 hari
1 juz? Dan lagi, niatnya jadi nggak bener, dong.. Baca Al-Qur’an itu kan harus
ikhlas dan karena Allah, bukan karena gabung ODOJ. Kalau gabung ODOJ, berarti
aku khatam bukan demi Tuhan dan diri sendiri, tapi demi grup ini yang
mengharuskan aku baca 1 juz tiap hari. Dan berbagai pikiran lainnya,.. karena aku sedang kesal dan juga menghibur
diri sendiri dengan meyakinkan bahwa tak guna masuk grup ODOJ. Kalau mau baca 1
hari 1 Juz, tanpa masuk grup ODOJ juga aku pasti bisa, gitu tekadku.
Kemudian
aku mulai lupa dengan grup itu, dan sibuk dengan kegiatan yang semakin hari
semakin haus ilmu agama. Hadis-hadis dan buku-buku agama kulahap sedikit demi
sedikit. Baca Al-Qur’annya? Belum terealisasikan juga (yang katanya mau baca 1
hari 1 juz pasti bisaaa walau Cuma sendiri..), hahahaha.
Sampai
suatu hari, aku dapat mention dari mbak Ifha (waktu itu belum kenal), yang
bertanya apakah aku sudah tergabung dalam ODOJ, dan apakah aku mau bergabung
dengan grupnya?
Nahhh... aku langsung girang waktu itu, dan berpikir, oh,
mungkin menurut Tuhan ini lah waktu yang tepat. Aku pun mengiyakan. Setelah itu
langsung chit-chat sama mbak Ifha,
isi biodata, dan aku banyak tanya, sebenarnya ODOJ itu bagaimana sistemnya?
Karena aku buta sama sekali.
Dan ternyataaaa.... ODOJ itu adalah
kegiatan Tilawah. Yang mana anggotanya 30 orang, dan satu orang tiap hari baca
1 juz, sehingga tiap hari jadi khatam 30 Juz.
Aku kaget. Hahaha.
Karena, aku berpikir grup ini baca 1
hari 1 juz, tapi untuk diri sendiri masing-masing, alias misalnya aku baca hari
ini juz 1, besok juz 2, dan seterusnya sampai juz 30, lalu aku khatam, dan
ulang lagi, lalu khatam lagi, begitu seterusnya. Ternyata ini Tilawah, yang tak
beda sih sistemnya, sama saja seperti yang aku pikirkan, hanya saja maknanya jadi beda. Apalagi aku langsung
dikasih jatah juz 5, langsung kaget season
dua lagi. Aku pikir tadinya aku akan mulai dari awal, Juz 1.. Dan aku
memang inginnya itu baca berurutan, tak mau langsung Juz 5. Aku takut, apa baca
Al-Qur’an boleh langsung lompat ke juz sekian
gitu?
Aku langsung mencari tahu, apakah
boleh baca Al-Qur’an tak berurutan? Dan alhamdulillah.. dari apa yang aku
tangkap, sepertinya tak apa, hanya
saja dianjurkan kalau bisa bacanya berurutan. Tapi, dari hadis-hadis yang aku
baca, aku sering menemukan kalau Rasulullah selalu membaca Al-Qur’an secara
acak, alias dia membaca apa yang dia suka atau apa yang ia mau baca saat itu,
bahasa kerennya suka-suka beliau. Dan
lagi, Rasulullah tak pernah bersabda tentang metode membaca Al-Qur’an (setidaknya belum kutemukan hingga saat
ini). Rasulullah tak ada melarang maupun memerintah tentang bagaimana baiknya
kita membaca Al-Quran, haruskah berurutan, haruskah 1 hari 1 juz dan lain-lain.
Rasulullah hanya pernah bilang, bahwa kita mesti membaca Al-Qur’an dengan
sungguh-sungguh, dengan benar (yakni sesuai tajwid-nya), dan beliau pun juga
hanya mengatakan bahwa membaca Al-Qur’an itu berpahala, yang berarti kalau dilakukan
adalah suatu kebaikan, bukan suatu kewajiban layaknya sholat lima waktu.
Dalam Al-Qur’an pun tak ada
ketentuan bagaimana kita harus membaca Al-Qur’an. Allah hanya pernah
berfirman.. “Dan bacalah Al-Qur’an itu
dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil (73)]
Ayat
ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca
Al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan
setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
Rasulullah
juga tak bilang bahwa baca 1 juz, atau pun 1 surah, ataupun 1 ayat adalah baik.
Beliau hanya bilang, membaca 1 huruf dari Al-Qur’an, maka akan diganjar dengan
1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan.
“Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa
yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan
tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak
mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Laam
satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di
dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)
Subhanallah...
Lihat?
Tidak ada dikatakan satu juz, satu surah, maupun satu ayat, melainkan satu
huruf!! Bayangkan bila kita khatam, sudah berapa huruf yang kita baca, dan
berapa kebaikan yang kita peroleh?? Bahkan, baru membaca basmalah setiap mengawali membaca Al-Qur’an dan sebuah Surah, sudah
berapa huruf tuh, coba? 19 huruf ya? Nahhh! Yang berarti kita melakukan 19
kebaikan dari hanya dengan membaca basmalah saja, (yang mudah-mudahan dilipat
gandakan jadi 190 kebaikan sebaga balasan, amiinn). Apalagi kalau baca 1 juz?
Apalagi kalau khatam?? Sudah berapa juta kebaikan yang kita peroleh?? Sudah
berapa ratus juta?? Sudah, tak usah hitung, kalkulator sekalipun tak akan mampu
menghitungnya.
Subhanallah..
Maka,
dari ini sangat menunjukan dengan jelas, bahwa muslim siapapun yang membaca Al-Qur’an,
baik paham atau tidak paham, maka dia akan mendapatkan ganjaran pahala
sebagaimana yang dijanjikan. Dan tak peduli ia baca berapa juz, berapa surah,
maupun berapa ayat, yang terpenting adalah berapa huruf Al-Qur’an yang ia baca?
Dari ini, aku mengambil kesimpulan bahwa yang dilihat adalah hurufnya. Bukan
dari apakah kita membacanya berurutan atau tidak. Kalau memang tak boleh
membaca Al-Qur’an secara acak dan mesti berurutan dari juz 1-30, tentu Allah
dan Rasul-Nya sudah memberikan sabda ketegasan yang sangat jelas tentang hal
ini.
Itu
sebabnya, aku yang tadinya ragu, akhirnya benar-benar mantap join grup mbak
Ifha. Lagipun aku berpikir, tanpa join grup ODOJ, belum tentu aku membaca
Al-Qur’an, karena buktinya sejak dari kemarin niat membaca sendiri, tak kunjung terealisasikan juga ^^; Aku rasa aku memang
butuh sedikit pecutan atau sesuatu yang bisa memaksaku untuk membaca Al-Qur’an
setiap hari..
Nah..
kalau dipikir, itu niat sudah kurang
baik, atau tepatnya kurang lurus.
Baca Al-Qur’an hanya kalau masuk grup ODOJ, dan itupun memaksa, karena suka tak suka, mau tak mau kan mesti habis 1 juz
setiap hari.
Aku
kembali ragu, dan takut, karena aku pernah baca sebuah kisah atau hadis (aku
lupa darimana sumbernya), bahwa kegiatan ibadah apapun, kalau niatnya bukan
karena lillahitaalah maka tak akan ada gunanya. Tempat kita akan tetap di
neraka. Dalam hadis itu dikisahkan, Allah sedang menghisab amal setiap orang.
Ada yang mati karena jihad, ditanya :
“Untuk apa kau melakukan itu (jihad)?” “Untukmu ya Allah.” Allah yang maha
tahu, langsung murka. “Bohong! Kau
melakukan itu karena ingin dipandang berani oleh orang-orang.” Lalu ia
dilempar ke neraka. Begitu juga dengan yang lain, ada yang sangat dermawan
semasa hidupnya, tapi Allah bilang ia melakukan itu hanya karena ingin
dipandang sebagai sosok dermawan, maka berakhir lah ia di neraka.
Jadi,
kegiatan ibadah apapun itu, kalau niatnya sudah salah dan bukan karena Allah,
tak ada bedanya dengan para kafir.
Aku
langsung takut, dan benar-benar menekankan, ya Allah...
aku memang ingin membaca Al-Qur’an karena-Mu, dan karena ingin tahu isi
kandungan Al-Qur’an yang selama ini aku tak tahu. Aku masuk grup ODOJ ini bukan
karena ada niat apa-apa, sumpah.
Tahu sistem ODOJ itu bagaimana saja awalnya aku tak
tahu. Aku masuk grup ini memang untuk supaya ada pemicu yang menekanku untuk
konsisten membaca Al-Qur’an Mu, tapi tujuanku membaca Al-Qur’an bukan demi grup
ini atau adminnya yang tiap saat merekap siapa saja yang sudah kholas.
Karena
itu, sejak pertama kali masuk, aku berusaha meluruskan niat (walau memang tak
ada niat macam-macam), bahwa saya membaca Al-Qur’an demi Tuhan dan agama saya,
bukan siapa-siapa.
Pada
hari pertama, mungkin karena masih ‘kagok’, aku sampai ‘keteteran’ hahaha ^^;
Pada
hari pertama itu, malam sebelumnya, sebelum tidur, aku sudah menghabiskan kalau
tak salah 5 lembar. Sisa 5 lembar lagi, dan aku percaya diri banget bisa
menyelesaikannya besok tepat waktu. Malah aku masih santai esoknya, ya karena
masih kagok kali ya, dan belum menyesuaikan diri, jadi aku masih terbawa habitku yang lama, yang santai, padahal masih ada 5 lembar lagi
yang mesti dibaca. Pikiran waktu itu, nanti sore saja habis Ashar baru lanjut. Tinggal 5 lembar ini, gitu pikirku..
hahaha ^^; Istilahnya, ahhhh, kecillll...
gampang lah ntar bacanya, sebentar juga kelar.
Hiahahaha.. Ngeremehin banget ye?? ^^;
Taunya,
gimana? Kagak kelar tepat waktu! Hahaha.
Mungkin
kalau bacanya normal dan cepat ya
bisa kelar sebentar doang. Paling 5 lembar itu setengah jam lah. Sayangnya, aku
lupa, kalau aku itu membaca Al-Qur’an begitu hati-hati, benar-benar berusaha
ngikutin tanda bacanya dengan baik, dan menyerap maknanya (alias menghayati,
dan juga baca terjemahannya). Ya jadinya ya lamaaa ^^; 1 jam waktu berjalan
belum kelar tuh ngabisin 5 lembar, haha. Saking menghayati hurufnya satu demi
satu dan maknanya per paragraf demi paragraf. Sampai nggak sadar hape yang disillent sudah kedap-kedip layarnya,
karena beruntun chat WA masuk dari anak-anak ODOJ, dan ketua grupnya, mbak Ifha,
yang pada nanyain ‘bagaimana, mbak Eka? Sudah selesai belum?’
Aku
juga waktu itu sebenarnya salah ‘jam’ sih. Aku ingat tadinya batas baca
Al-Qur’an itu jam 8 malam, ternyata jam 6 ^^. Karena mikirnya, jam 8, ya aku
masih santai-santai aja walau sekilas melihat layar hape kedap-kedip. Ada rasa
kesal juga sempat terlintas, ini orang
kok pada nggak sabar banget? Emang dipikir baca Al-Qur’an itu bisa diburu-buru?
Aku kan mau bacanya pelan-pelan dan dengan khusyuk, plus tak lupa menyerap
terjemahannya. Tapi kalau digeber-geber ‘sudah selesai?’ kesannya kayak disuruh
buru-buru, nah, gimana tuh? Jadi nggak bermakna dong baca Al-Qur’annya kalau
mesti cepat-cepat baca..
Begitu
lah kira-kira sempat suara hatiku mengomel, ehehe. Maklumin yaa.. anak baru
waktu itu, jadi belum paham apa-apa.
Setelah laporan begitu selesai baca,
Cuma telat 10 menitan, mbak Ifha beri
penjelasan ulang tentang peraturan
ODOJ kalau batas kholas pribadi itu
jam 6 sore WIB, sedangkan jam 8 malam itu batas kholas grup kalau-kalau ada yang meminta perpanjangan waktu, nah
baru saya ngeh, dan manggut-manggut
^^;. Hadeeeehh... kemarin kemana aja ya pas mbak Ifha jelasin panjang lebar?
Hahaha. *sungkem*
Esoknya, tentu saja aku laporan
sudah tamatin juz, jauhh sebelum
waktunya. Tak mungkin lah aku mengulangi kesalahan yang sama, kan aku lebih
pandai dari Keledai :p
Sejak
hari pertama itu, sampai sekarang aku
tak pernah yang namanya terlambat, apalagi diuber-uber sama anak-anak karena
belum laporan. Haha. Sebab? Selain karena aku orangnya menjunjung komitmen, aku
pun setiap hari selalu berusaha menjadi lebih baik, dan juga terus-terusan
memperbaiki dan meluruskan niat supaya tak melenceng kemana-mana. Dari awal aku
gabung ODOJ, niat aku Cuma satu, yaitu supaya aku membaca Al-Qur’an setiap
hari, minimal ada menyentuhnya dalam sehari. Karena aku ingin hari-hariku diisi
ilmu dari Al-Qur’an, menyerapnya, walau sedikit-sedikit tak apa, yang penting
ada. Untuk itu lah aku gabung ODOJ, tak ada niat lain dan bukan karena niat
lain. Masalah tentang mesti laporan tiap hari, dan ada batasan waktunya,
menurutku itu terpisah lagi dari niat. Itu adalah suatu bentuk komitmen
tersendiri pada grup ODOJ ini. Komitmenku pada Tuhan (untuk terus menimba ilmu
dan membaca Al-Qur’an), dengan komitmenku pada grup ODOJ (untuk laporan tepat
waktu, dan kholas setiap hari), adalah dua hal berbeda. Dan aku akan menjaga
keduanya. Itu sebab, aku tak pernah melanggar salah satunya. Merasa susah
sedikit pun tidak. Ternyata tak seperti yang aku dengar dari orang, yang mana banyak yang gugur karena kesulitan
menghabiskan 1 juz dalam sehari, kesulitan membagi waktu, dan alasan-alasan
lain. Aku tak ada menemukan kendala, alhamdulillah. Aku bisa segera
beradaptasi, bahkan langsung menjadi kebiasaanku.
Menurutku,
kalau dibilang susah membagi waktu,
rasanya terlalu berlebihan. ^^; Aku terbengong-bengong sendiri melihat banyak
yang mengeluhkan itu. Banyak yang tak bisa jaga komitmen, dan sering telat
laporan, dengan alasan klise sulit
membagi waktu. Kenapa ya? Apakah sesulit itu menyempatkan diri untuk membaca
Al-Qur’an? Padahal waktu ada 24 jam, dan membaca 1 juz itu Cuma butuh 1 jam
(kalau mau marathon bacanya dalam sekali duduk), kalau mengikuti standar
kecepatanku membaca yaa.. Mungkin kalau yang sudah lebih jago dan lebih cepat,
malah bisa hanya kurang dari setengah jam kali.
Caraku
membagi waktu kalau memang tak mau marathon membaca dalam sekali duduk, baca
lah setiap sebelum tidur misalnya 2-3 lembar halaman. Lalu lanjut habis
tahajud/shubuh, 4-5 lembar. Sisanya dihabiskan saat sebelum/sesudah Dzuhur.
Nah, sebelum Ashar, sudah selesai tuh.
Itu
caraku. Aku memang selalu membaca Al-Qur’an setiap habis sholat. Kalau kalian
punya cara lain yang lebih cocok dengan kalian, ya silahkan. ^^;
Sekarang,
hari ini.. hmm.. belum ada sebulan aku masuk grup ODOJ. Baru 23 hari. Yang
berarti, baru sekitar 23 Juz yang aku baca. Rasanya gimana? Ya positif. Aku
jadi membaca dan menyentuh Al-Qur’an setiap hari. Aku bahkan sampai hapal
isinya (terjemahannya yaaa, bukan ayatnya ^^;) karena selalu baca
berulang-ulang. Ada ilmu agama yang masuk ke kepalaku, alhamdulillah.. Jadi
semakin banyak hal yang kutahu. Kesimpulannya? Tak ada efek negatif yang aku
terima dari masuk grup ODOJ ini. Sama sekali tak ada. Justru ini menjadi suatu
kegiatan positif buatku. Kalau waktu itu aku tak masuk grup ODOJ, mungkin aku
tak akan rutin baca Al-Qur’an hingga bisa selesai 23 Juz seperti sekarang, dan
bahkan terparahnya mungkin aku sampai detik ini belum juga menyentuh Al-Quran
dan membacanya barang satu ayat pun. J
Sangat
jauh berbeda diriku yang sebelum join, dengan
yang sesudah join. Kalau dulu,
sebelum join grup ini, aku merasa kayaknya suatu hal yang mustahil seorang EKA
mampu baca 1 juz setiap hari secara rutin berturut-turut. Dulu, setiap bulan
Ramadhan, aku selalu menargetkan untuk habiskan 1 juz per hari. Nyatanya? Tak
pernah mencapai. Selalu Cuma semangat di awal, dan langsung melemah keesokan
harinya. Paling bertahan sampai juz 5. Jadi, rasanya waktu itu suatu hal yang berat banget buat aku untuk menargetkan
diri baca 1 juz per hari. 10 lembar itu kayaknya kebanyakan. Namanya penyakit
manusia kan, malas dan lemah semangat ^^; Selalu ada banyak alasan. Yang capek
lah, yang selalu bilang ‘nanti deh.. nanti deh..’ yang akhirnya tak kunjung dilakukan
juga, haha.
Tapi,
nyatanya? Begitu join grup ini.. 3 hari setelah join, anggapanku langsung
berubah. Baca 1 juz per hari itu ternyata ringgaaaaannn sangat, bukan masalah
besar. Apalagi kalau dengan niat karena Allah, karena ingin tahu firman-firmannya,
ingin mendalami Al-Qur’an, dll.. beugh.. 10 lembar sehari itu tak ada
apa-apanya. Muluuuussssss. Malah belakangan, aku jadi selalu tergiur ingin
ambil lelang, apalagi kalau yang dilelang adalah juz yang belum aku baca, atau
juz yang aku suka isi (terjemahan)-nya, walau sampai saat ini aku baru 3-4 kali
kayaknya ikutan ambil lelang. Selalu sajaaa ada 2-3 orang dari grup yang punyanya
kena lelang, dengan alasan klise, tak ada kabar laporan walau biasanya mereka
akan muncul dengan alasan ‘lupa laporan’ atau ‘signal kacrut’. Nah,
alasan-alasan itu yang bikin aku juga yang sempat antara tergiur tapi malas
juga mau ngambil. Karena pernah aku ambil 1 juz (ini waktu pertama kali aku
ikut ambil lelang), eh, passss banget aku selesai habiskan 1 juz itu, pass si
empunya juz datang laporan bahwa dia sudah kholas,
tapi baru laporan. Kesal kan.. hahaha. Bukannya nggak ikhlas, Cuma ya entah
kenapa aku kesal. Dan aku memang sebenarnya tak suka ambil lelangan (walau
kepengin), karena aku beranggapan, mereka-mereka itu mestinya bertanggung
jawab! Kesal rasanya, kok nggak bisa jaga komitmen masing-masing? Dan lagi, aku
merasa ambil lelangan itu tak bisa dibenarkan.
Itu sudah benar-benar sistem membaca Al-Qur’an yang salah. Karena itu aku
tak pernah ambil, selain karena pengin mereka bertanggung jawab sendiri dengan
juz-nya masing-masing, aku juga jujur aja awalnya ada rasa egois. Kasarnya, aku nggak peduli sama juz orang lain, yang penting
adalah bagianku sudah kubaca. Apalagi niatku masuk ODOJ adalah supaya rutin
baca 1 juz per hari, bukannya giat ambil lelangan Cuma demi supaya grup kami
kholas 30 juz tiap hari. Menurutku sistem begitu adalah sistem yang salah. Dan
itu juga sudah banyak dikritik ulama, katanya itu bidhah. Makanya aku cuek-cuek aja, grup kami khatam atau tidak, i don’t care, yang penting saya baca 1
juz tiap hari. Hehe. Kalau gitu, kenapa akhirnya aku turut ambil lelangan??
Jujur, semata-mata hanya karena kasihan sama mbak Ifha yang pada hari itu
sendirian ambil lelang. Tak ada yang berinisiatif ambil lelang, entah kenapa.
Sementara mbak Arsih yang (aku salut) selalu bantu mbak Ifha ambil lelangan
dalam jumlah banyak, pada masa tu kalau tak salah sedang ada acara, jadi tak
bisa. Jadilah sepertinya mbak Ifha
sendiri yang harus ambil lelang, karena itu member lain pada tak ada muncul.
Dan waktu itu lelang yang diambil ada 3 juz kalau tak salah, dan mbak ifha
sudah ambil mau 2 juz (sampai aku terbengong-bengong kagum, hebat ya dia bisa
baca mau 2 juz dalam waktu satu jam-an), akhirnya aku langsung kasihan, dan
bilang aku mau ambil yang sisa 1 juz. Sejak itu, walau masih tak setuju dengan
sistem lelang, akhirnya aku ikut turut bantu ambil lelang, sambil meluruskan
niat supaya ikhlas. Dengan baca lelangan, kan tilawahku semakin terlatih (lebih lancar baca tajwidnya), dan juga
aku selalu ingat sabda Nabi bahwa 1 huruf itu ada 10 kebaikan, inshaAllah.
Hilang sudah rasa ragu,
berganti dengan semangat untuk selalu menyelesaikan 1 juz tiap hari. Rasa takut
salah di awal-awal perlahan sirna,
karena aku menyakini, semua itu sebenarnya tergantung dari niat kita sendiri.
Lagipun, menurut saya, jauh lebih baik ikut ODOJ, daripada tak menyentuh Al-Qur’an
sama sekali. Jadi ya... mungkin banyak orang yang mengkritik ODOJ ini, dikata bidhah lah, riya lah, dan sebagainya.. Aku bisa paham mereka J Karena awalnya aku pun memiliki
keraguan yang sama tentang ODOJ persis seperti mereka J Pesan aku pada orang yang masih
berpikiran negatif pada komunitas
ini, adalah.. “Jangan mudah suudzon, dan cobalah belajar berpikir positif.”
Kalau memang merasa lebih baik akhlaknya, tentu tahu bahwa suudzon itu tak
baik, dan kita diwajibkan untuk selalu berprasangka baik. Mengkritik boleh,
tapi tidak dengan menghujat J
Saya harap orang-orang sekarang bisa juga mulai belajar untuk berargumen dengan
bahasa yang baik. Bukan ngejudge!
Masalah komunitas ini
tampak riya dan bidhah, itu tergantung pandangan masing-masing. Lagipula ada kabar
baik, sekarang sistem di ODOJ sudah tak ada lelang-lelangan lagi dan tak
bertujuan tilawah berkelompok lagi :) Ahamdulillah~
Kalau sebelumnya kan, 1
grup anggota 30 orang, ini mesti pada kholas
semua, supaya grup tilawahnya khatam 30 juz, dan kalau ada yang tak
mencapai target bacaannya, itu bisa dilelang ke member lain. Nah.. kalau ini
aku sudah bilang di awal, aku tak setuju dengan sistem ini. Ini sudah jelas
sangat bidhahnya, karena cara membaca
Al-Qur’annya itu benar-benar tak bisa dibenarkan. Masa ada sistem
lelang-lelangan? Lalu tilawahnya via on line pula (yang mana kita tak tahu apa
benar si A, B, C, D, E dll itu beneran baca juz nya sampai selesai, atau tidak?
Tak ada saksi). Tilawah yang aku tahu itu kita mendengarkan orang yang membaca
juz (dalam satu ruangan), bukannya Cuma sekadar lapor-laporan di whatsapp memberitahu kalau sudah baca/kholas.
Tapi, alhamdulillahnya..
sistem itu sudah dihapus. Tak ada lagi rasa kewajiban
untuk khatam 30 juz per kelompok. Jadi juga tak ada lagi lelang-lelangan.
Sekarang fokus ke diri masing-masing aja, fokus ke juz yang dibaca. Tapi,
tetap, bacanya 1 hari 1 juz. Dan ini lah yang memang aku mau :) Masalah bohong,
memang masih akan ada kemungkinan orang yang ‘berbohong’ yaaa. Misalnya dia
hari ini mesti baca juz 5, tapi dia tak baca, atau belum selesai baca, tapi
laporan kholas. Nahh.. kalau yang
begini, ya itu urusan dia sama Tuhan :) Tak usah pusingkan masalah orang lain
sih kalau kata aku, pikirkan diri sendiri aja. Jadi aku tak peduli, mereka
kholas atau tidak, bohong atau tidak, i
dont care.. Yang penting aku baca
juz bagianku, dan aku jujur, dan niatnya karena Allah SWT. Sudah, cukup itu. :)
Semoga komunitas ODOJ
ini semakin memberi manfaat yang baik untuk banyak orang ke depannya, sistemnya
juga semakin baik, dan juga makin diperbanyak event yang berhubungan dengan islami dan bisa mengajak orang dalam
kebaikan :) Dan tentu, semoga komunitas ini diberkahi Allah SWT, Amiiinn.
{الَّذِينَ
يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ
أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)}
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu
membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
(QS. Fathir: 29-30).