Jumat, 15 Mei 2009

Diposting oleh Eka Suzanna di 04.52 0 komentar
TEMA : Remaja Disiplin Remaja Sukses
CERPEN

Karier =100, Cinta =100

Aku adalah seorang wanita karier. Seumur hidupku aku sama sekali tak peduli pada apapun selain bisnis dan karirku. Bahkan dalam hidupku belum mengenal kata cowok meskipun umurku sudah mulai masuk 25 tahun. Menurutku masih ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada memikirkan cowok, shopping di Mall, atau berbagai hal yang biasa dilakukan dan dipikirkan oleh cewek normal. Waktu yang hanya 24 jam nggak boleh disia-siakan hanya untuk hal yang bagiku konyol banget.
Karena sifatku yang sangat bukan cewek ini dan sok disiplin banget, aku dari SMA dijuluki wanita jepang. Wanita jepang ‘kan sangat disiplin dalam memanfaatkan waktu. Bahkan makhluk barat punya semboyan is Waktu Adalah Uang. Jadi nggak boleh disia-siakan. Apabila mengingat masa SMAku, aku benar-benar merasa telah menyia-nyiakan masa-masa yang menyenangkan.
“Stev, kamu yakin nggak mau ikut kami nonton? Soalnya satu kelas mau aku traktir nonton film,” ajak Rani yang saat itu lagi ulang-tahun.
Aku tersenyum dan lantas menggelengkan kepala. “Maaf ya, Ran. Aku nggak bisa. Hari ini aku sudah berencana mau ngerjain tugas Bahasa Indonesia di rumah teman. Seharusnya kamu mengajak aku dari dua hari yang lalu. Jadi aku bisa mencocokkan jadwal. Kalau mendadak seperti ini aku nggak bisa.”
“Ya jelas mendadak dong, Stev. Aku ‘kan baru niat ntraktir satu kelas tadi,” kilah Rani. “Memangnya rencana kamu nggak bisa ditunda? Bukannya tugas tersebut masih dikumpul empat hari lagi? Kamu bisa ngerjain besok.”
“Mau bagaimana lagi? Aku rencana ngerjain tugasnya hari ini dan nggak bisa ditunda. Lagipula kalau waktu yang ada cuma digunakan untuk nonton film sih, waktunya jadi terbuang sia-sia. Mendingan waktu tersebut digunakan hal penting seperti ini. Jadi untuk esok-esok hari kita jadi nggak kepikiran tugas lagi. Dan waktu besok bisa digunakan untuk hal penting lainnya lagi,” ceramahku seperti biasa. Rani hanya bisa geleng-geleng kepala.
“Sudahlah, Ran. Kamu nggak akan ada gunanya mengajak wanita jepang itu. Sekali dia bilang tidak, pasti akan selalu tidak. Buang-buang waktu saja meladeni ceramahnya. Kita ‘kan harus disiplin waktu. Karena waktu yang terbuang tidak akan bisa kembali lagi,” ledek salah satu temanku yang akrab dipanggil Priska. Aku tahu kalau maksud dari kalimatnya itu adalah menyindir aku. Tapi aku hanya bisa tersenyum pada mereka.
Dan masih banyak lagi rasa ungkapan kecewa yang diucapkan temanku setiap aku menolak ajakan mereka dengan alasan ada hal yang lebih penting daripada ajakan mereka. Bahkan hal itu terus berlangsung hingga aku masuk ke pendidikan yang lebih tinggi. Di kampus aku pun masih mendapat julukan wanita jepang. Dan julukan tambahan lagi.
“Stevi! Hari ini kamu bisa makan siang sama aku nggak?” Angga menawarkannya sambil tersenyum ramah. Tampang seperti itu sudah sering aku temui hampir setiap hari. Sehingga aku sudah hapal mimiknya di luar kepala. Cowok yang satu ini memang terkenal nggak gampang menyerah. Dia sampai nekat mencegat aku yang sedang buru-buru mau ke ruang dosen.
“Maaf, Ga. Jawaban aku sama seperti biasanya. Aku lagi sibuk, aku…”
“Ada janji ketemu dosen? Memangnya kamu nggak bisa sehari saja meluangkan waktu makan siang sama aku?” Angga mendesah kecewa.
“Hm, maaf. Aku sungguh nggak bisa. Aku harus buru-buru ke ruangannya. Kalau aku terlambat, dia akan marah.”
“Kalau besok, kamu bisa?”
“Hm,….”aku berpikir sebentar. Tidak lama kemudian aku menatap jadwal harian yang kutulis di notes. Notes yang sudah dua tahun lebih menemani hari-hariku.
“Duh, sekali lagi maaf,” aku menatapnya dengan pandangan sejuta maaf. “Besok aku sudah ada rencana mau ngajarin anak semester 1 tentang pelajaran Kimia. Dan yang ini sungguh-sungguh nggak bisa ditunda.”
Angga tersenyum kecut, “Kalau besoknya lagi?”
Aku kembali menundukkan kepala guna menatap notes kecil itu.
“Hm,…ma….”
“Maaf?” potong Angga kesal. “Mau sampai kapan kamu minta maaf cuma karena menolak ajakanku? Mungkin akan berjuta kali. Apa lagi alasan kamu? Mau ngeles-in anak orang? Atau mau menyusun laporan kuliah? Atau mau rapat dengan dosen? Aku tahu Stevi, kalau kamu asisten dosen. Tapi apakah kamu nggak bisa meluangkan waktu untuk hal-hal yang rileks?”
Aku menggeleng pelan, “Maaf. Besok aku diharuskan nemanin dosen menyusun laporan.”
Angga menghela napas. “Oke. Aku tidak bisa memaksa kamu,” dia lalu berlalu begitu saja meninggalkan aku. Beberapa temanku yang perempuan yang kebetulan menyaksikan peristiwa tersebut mencemoohku.
“Kamu itu bagaimana sih, Stev? Kamu tidak bersyukur sama sekali ya? Harusnya kamu bersyukur dong, ada seorang Angga yang sangat tertarik sama kamu. Padahal cewek lain jungkir-balik berusaha agar bisa dekat sama Angga. Kamu yang selalu diajaknya makan siang malah menyia-nyiakan kesempatan itu!”gerutu Anny.
“Iya. Kamu mau sampai kapan seperti ini? Asal kamu tahu, kamu itu seperti cewek berhati salju yang anti-cowok deh. Ingat, Stev. Hidup itu santai saja. Lihat saja kami. Nggak seperti kamu yang hidupnya penuh aturan dan waktu. Terlalu disiplin banget sih. Sesekali santai ‘kan nggak akan buat hidup kamu susah atau mati.” Melisa ikut-ikutan.
“Tapi ‘kan kalau mau sukses memang harus bersusah-payah dulu. Kalau kita selalu santai dan menyia-nyiakan waktu yang ada, kita nggak akan bisa sukses.”
Mereka berdua hanya mencibir mendengar tutur kataku.
“ Hanya satu nasehat untuk kamu. Jangan anti cowok, deh. Hidup kamu sesukses apapun pada akhirnya juga tetap akan butuh cowok. Kamu nggak mau jadi perawan tua ‘kan?” Aku terdiam mendengar ucapan mereka. Mereka nggak tahu, sebenarnya aku senang Angga mengajak aku makan siang. Tapi…..
Karena masa-masa remajaku itu sekarang aku berpikir. Sekarang umurku 25 tahun. Tapi sampai detik ini belum punya cowok. Aku ini seperti cewek yang sukses kariernya tapi dalam soal cintanya tidak sukses. Karier 100 dan cinta 0 besar!!!
“Hei, jangan ngelamun. Besok datang kepernikahanku ya.” Tiba-tiba Sherly datang ke ruangan kerjaku dan membuyarkan lamunanku.
Aku menatapnya, “Tapi…”
“Awas kalau nggak bisa. Aku nggak mau dengar alasan apapun!”ancam Sherly.
Aku jadi nggak tega sama sahabatku yang satu ini. Aku nggak mau membuat dia kecewa. “Hm, baiklah. Aku usahakan….” Aku tersenyum begitu melihat dia kegirangan karena aku tidak seperti biasanya. Hari ini aku bukan wanita jepang katanya.
“Bagaimana, Pak? Bolehkah saya izin agar rencana kita untuk besok ditunda sehari. Soalnya sahabat saya Sherly akan menikah. Saya tidak tega kalau tidak datang,” aku minta izin pada atasanku.
“Oh, tentu saja boleh. Selama ini kamu selalu disiplin soal pekerjaan dan hasil kerjamu selalu bagus. Dan lebih bagus lagi, kamu selalu menyerahkan segala laporan tepat waktu. Kamu benar-benar karyawati idaman saya. Saya sangat puas akan semua hal itu. Oleh sebab itu kamu saya izinkan.”
“Terimakasih, Pak.”
“Saya juga akan datang ke acara Sherly bersama putra saya. Dia baru saja datang dari luar negeri.Besok saya akan memperkenalkan dia padamu.”
Aku tersenyum. Entah kenapa aku merasa kisah cintaku juga akan sukses.
***
Aku mencium kedua pipi Sherly bergantian, “ Selamat ya…”
“Terimakasih,’ balas Sherly tulus. Saat itu dia terlihat cantik dengan gaun putihnya.
“Tapi maaf, Sher. Aku nggak bisa lama-lama. Setengah jam lagi aku harus pulang. Aku…”
“Nggak apa-apa,” potong Sherly. “Aku ngerti. Yang penting kamu mau datang.”
Setelah berbincang-bincang sebentar dengan karyawati yang lain, tidak lama kemudian aku buru-buru pamit untuk pulang. Saat itulah aku menabrak pundak seseorang. Dan dia cowok.
“Oh, maaf…”serunya duluan.
“An…gga?” aku terbelalak melihat cowok di depanku itu. Dia juga sama terbelalaknya. Kami pun tertawa bersama. Dari perbincangan kami, akupun tahu kalau dia adalah putra dari atasanku. Oh, dunia memang kecil.
“Ga, maaf ya. Aku harus pamit. Aku ada urusan.”
“Kamu nggak berubah ya? Lebih mentingin hal yang bagimu penting. Bahkan kamu masih saja selalu berkata maaf,” Angga tersenyum. “Tenang saja. Urusan kamu sama atasanmu sudah teratasi. Hari ini atasanmu lagi sibuk karena mendadak keluar negeri. Jadi dia membatalkan rapat denganmu. Dan dia mengatakan bahwa hari ini waktu kerjamu yang ada sepenuhnya menjadi hakku. Dan kamu harus mau aku ajak kemana saja.”
Angga membawaku keparkiran mobilnya dan tidak lama kemudian kami sudah jalan keliling kota. Aku terpaksa menurutinya karena ini ‘kan perintah atasan. Sebagai cewek jepang, apa yang diperintahkan atasan selalu aku turuti. Dan sejujurnya aku juga senang sih. Aku tidak menyangka,..langkah selanjutnya adalah karierku sukses dan kisah cintaku juga sukses. Karier = 100 dan Cinta = 100 juga deh!

SELESAI


KETERANGAN:

Ini karyaku kelas 3 SMP. Waktu itu aq masih bego dengan tanda baca, jadi banyak salahnya nii...cuma belum sempat aq edit. aQ ga mau merusak hasil karyaku sedikit punn jadi aq biarkan ajja deh begitu...hehe
Diposting oleh Eka Suzanna di 04.52 0 komentar
TEMA : Remaja Disiplin Remaja Sukses
CERPEN

Karier =100, Cinta =100

Aku adalah seorang wanita karier. Seumur hidupku aku sama sekali tak peduli pada apapun selain bisnis dan karirku. Bahkan dalam hidupku belum mengenal kata cowok meskipun umurku sudah mulai masuk 25 tahun. Menurutku masih ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada memikirkan cowok, shopping di Mall, atau berbagai hal yang biasa dilakukan dan dipikirkan oleh cewek normal. Waktu yang hanya 24 jam nggak boleh disia-siakan hanya untuk hal yang bagiku konyol banget.
Karena sifatku yang sangat bukan cewek ini dan sok disiplin banget, aku dari SMA dijuluki wanita jepang. Wanita jepang ‘kan sangat disiplin dalam memanfaatkan waktu. Bahkan makhluk barat punya semboyan is Waktu Adalah Uang. Jadi nggak boleh disia-siakan. Apabila mengingat masa SMAku, aku benar-benar merasa telah menyia-nyiakan masa-masa yang menyenangkan.
“Stev, kamu yakin nggak mau ikut kami nonton? Soalnya satu kelas mau aku traktir nonton film,” ajak Rani yang saat itu lagi ulang-tahun.
Aku tersenyum dan lantas menggelengkan kepala. “Maaf ya, Ran. Aku nggak bisa. Hari ini aku sudah berencana mau ngerjain tugas Bahasa Indonesia di rumah teman. Seharusnya kamu mengajak aku dari dua hari yang lalu. Jadi aku bisa mencocokkan jadwal. Kalau mendadak seperti ini aku nggak bisa.”
“Ya jelas mendadak dong, Stev. Aku ‘kan baru niat ntraktir satu kelas tadi,” kilah Rani. “Memangnya rencana kamu nggak bisa ditunda? Bukannya tugas tersebut masih dikumpul empat hari lagi? Kamu bisa ngerjain besok.”
“Mau bagaimana lagi? Aku rencana ngerjain tugasnya hari ini dan nggak bisa ditunda. Lagipula kalau waktu yang ada cuma digunakan untuk nonton film sih, waktunya jadi terbuang sia-sia. Mendingan waktu tersebut digunakan hal penting seperti ini. Jadi untuk esok-esok hari kita jadi nggak kepikiran tugas lagi. Dan waktu besok bisa digunakan untuk hal penting lainnya lagi,” ceramahku seperti biasa. Rani hanya bisa geleng-geleng kepala.
“Sudahlah, Ran. Kamu nggak akan ada gunanya mengajak wanita jepang itu. Sekali dia bilang tidak, pasti akan selalu tidak. Buang-buang waktu saja meladeni ceramahnya. Kita ‘kan harus disiplin waktu. Karena waktu yang terbuang tidak akan bisa kembali lagi,” ledek salah satu temanku yang akrab dipanggil Priska. Aku tahu kalau maksud dari kalimatnya itu adalah menyindir aku. Tapi aku hanya bisa tersenyum pada mereka.
Dan masih banyak lagi rasa ungkapan kecewa yang diucapkan temanku setiap aku menolak ajakan mereka dengan alasan ada hal yang lebih penting daripada ajakan mereka. Bahkan hal itu terus berlangsung hingga aku masuk ke pendidikan yang lebih tinggi. Di kampus aku pun masih mendapat julukan wanita jepang. Dan julukan tambahan lagi.
“Stevi! Hari ini kamu bisa makan siang sama aku nggak?” Angga menawarkannya sambil tersenyum ramah. Tampang seperti itu sudah sering aku temui hampir setiap hari. Sehingga aku sudah hapal mimiknya di luar kepala. Cowok yang satu ini memang terkenal nggak gampang menyerah. Dia sampai nekat mencegat aku yang sedang buru-buru mau ke ruang dosen.
“Maaf, Ga. Jawaban aku sama seperti biasanya. Aku lagi sibuk, aku…”
“Ada janji ketemu dosen? Memangnya kamu nggak bisa sehari saja meluangkan waktu makan siang sama aku?” Angga mendesah kecewa.
“Hm, maaf. Aku sungguh nggak bisa. Aku harus buru-buru ke ruangannya. Kalau aku terlambat, dia akan marah.”
“Kalau besok, kamu bisa?”
“Hm,….”aku berpikir sebentar. Tidak lama kemudian aku menatap jadwal harian yang kutulis di notes. Notes yang sudah dua tahun lebih menemani hari-hariku.
“Duh, sekali lagi maaf,” aku menatapnya dengan pandangan sejuta maaf. “Besok aku sudah ada rencana mau ngajarin anak semester 1 tentang pelajaran Kimia. Dan yang ini sungguh-sungguh nggak bisa ditunda.”
Angga tersenyum kecut, “Kalau besoknya lagi?”
Aku kembali menundukkan kepala guna menatap notes kecil itu.
“Hm,…ma….”
“Maaf?” potong Angga kesal. “Mau sampai kapan kamu minta maaf cuma karena menolak ajakanku? Mungkin akan berjuta kali. Apa lagi alasan kamu? Mau ngeles-in anak orang? Atau mau menyusun laporan kuliah? Atau mau rapat dengan dosen? Aku tahu Stevi, kalau kamu asisten dosen. Tapi apakah kamu nggak bisa meluangkan waktu untuk hal-hal yang rileks?”
Aku menggeleng pelan, “Maaf. Besok aku diharuskan nemanin dosen menyusun laporan.”
Angga menghela napas. “Oke. Aku tidak bisa memaksa kamu,” dia lalu berlalu begitu saja meninggalkan aku. Beberapa temanku yang perempuan yang kebetulan menyaksikan peristiwa tersebut mencemoohku.
“Kamu itu bagaimana sih, Stev? Kamu tidak bersyukur sama sekali ya? Harusnya kamu bersyukur dong, ada seorang Angga yang sangat tertarik sama kamu. Padahal cewek lain jungkir-balik berusaha agar bisa dekat sama Angga. Kamu yang selalu diajaknya makan siang malah menyia-nyiakan kesempatan itu!”gerutu Anny.
“Iya. Kamu mau sampai kapan seperti ini? Asal kamu tahu, kamu itu seperti cewek berhati salju yang anti-cowok deh. Ingat, Stev. Hidup itu santai saja. Lihat saja kami. Nggak seperti kamu yang hidupnya penuh aturan dan waktu. Terlalu disiplin banget sih. Sesekali santai ‘kan nggak akan buat hidup kamu susah atau mati.” Melisa ikut-ikutan.
“Tapi ‘kan kalau mau sukses memang harus bersusah-payah dulu. Kalau kita selalu santai dan menyia-nyiakan waktu yang ada, kita nggak akan bisa sukses.”
Mereka berdua hanya mencibir mendengar tutur kataku.
“ Hanya satu nasehat untuk kamu. Jangan anti cowok, deh. Hidup kamu sesukses apapun pada akhirnya juga tetap akan butuh cowok. Kamu nggak mau jadi perawan tua ‘kan?” Aku terdiam mendengar ucapan mereka. Mereka nggak tahu, sebenarnya aku senang Angga mengajak aku makan siang. Tapi…..
Karena masa-masa remajaku itu sekarang aku berpikir. Sekarang umurku 25 tahun. Tapi sampai detik ini belum punya cowok. Aku ini seperti cewek yang sukses kariernya tapi dalam soal cintanya tidak sukses. Karier 100 dan cinta 0 besar!!!
“Hei, jangan ngelamun. Besok datang kepernikahanku ya.” Tiba-tiba Sherly datang ke ruangan kerjaku dan membuyarkan lamunanku.
Aku menatapnya, “Tapi…”
“Awas kalau nggak bisa. Aku nggak mau dengar alasan apapun!”ancam Sherly.
Aku jadi nggak tega sama sahabatku yang satu ini. Aku nggak mau membuat dia kecewa. “Hm, baiklah. Aku usahakan….” Aku tersenyum begitu melihat dia kegirangan karena aku tidak seperti biasanya. Hari ini aku bukan wanita jepang katanya.
“Bagaimana, Pak? Bolehkah saya izin agar rencana kita untuk besok ditunda sehari. Soalnya sahabat saya Sherly akan menikah. Saya tidak tega kalau tidak datang,” aku minta izin pada atasanku.
“Oh, tentu saja boleh. Selama ini kamu selalu disiplin soal pekerjaan dan hasil kerjamu selalu bagus. Dan lebih bagus lagi, kamu selalu menyerahkan segala laporan tepat waktu. Kamu benar-benar karyawati idaman saya. Saya sangat puas akan semua hal itu. Oleh sebab itu kamu saya izinkan.”
“Terimakasih, Pak.”
“Saya juga akan datang ke acara Sherly bersama putra saya. Dia baru saja datang dari luar negeri.Besok saya akan memperkenalkan dia padamu.”
Aku tersenyum. Entah kenapa aku merasa kisah cintaku juga akan sukses.
***
Aku mencium kedua pipi Sherly bergantian, “ Selamat ya…”
“Terimakasih,’ balas Sherly tulus. Saat itu dia terlihat cantik dengan gaun putihnya.
“Tapi maaf, Sher. Aku nggak bisa lama-lama. Setengah jam lagi aku harus pulang. Aku…”
“Nggak apa-apa,” potong Sherly. “Aku ngerti. Yang penting kamu mau datang.”
Setelah berbincang-bincang sebentar dengan karyawati yang lain, tidak lama kemudian aku buru-buru pamit untuk pulang. Saat itulah aku menabrak pundak seseorang. Dan dia cowok.
“Oh, maaf…”serunya duluan.
“An…gga?” aku terbelalak melihat cowok di depanku itu. Dia juga sama terbelalaknya. Kami pun tertawa bersama. Dari perbincangan kami, akupun tahu kalau dia adalah putra dari atasanku. Oh, dunia memang kecil.
“Ga, maaf ya. Aku harus pamit. Aku ada urusan.”
“Kamu nggak berubah ya? Lebih mentingin hal yang bagimu penting. Bahkan kamu masih saja selalu berkata maaf,” Angga tersenyum. “Tenang saja. Urusan kamu sama atasanmu sudah teratasi. Hari ini atasanmu lagi sibuk karena mendadak keluar negeri. Jadi dia membatalkan rapat denganmu. Dan dia mengatakan bahwa hari ini waktu kerjamu yang ada sepenuhnya menjadi hakku. Dan kamu harus mau aku ajak kemana saja.”
Angga membawaku keparkiran mobilnya dan tidak lama kemudian kami sudah jalan keliling kota. Aku terpaksa menurutinya karena ini ‘kan perintah atasan. Sebagai cewek jepang, apa yang diperintahkan atasan selalu aku turuti. Dan sejujurnya aku juga senang sih. Aku tidak menyangka,..langkah selanjutnya adalah karierku sukses dan kisah cintaku juga sukses. Karier = 100 dan Cinta = 100 juga deh!

SELESAI


KETERANGAN:


Ini karyaku kelas 3 SMP. Waktu itu aq masih bego dengan tanda baca, jadi banyak salahnya nii...cuma belum sempat aq edit. aQ ga mau merusak hasil karyaku sedikit punn jadi aq biarkan ajja deh begitu...hehe

DONGENG

Diposting oleh Eka Suzanna di 04.48 0 komentar
Raja Kemalingan
Di dua negeri masing-masing memiliki Raja. Raja tersebut terkenal sebagai Raja terkaya. Di negeri 1 dipimpin oleh Raj Theft. Raja tersebut selalu merasa dirinya paling hebat, berkuasa, ditakuti dan pintar. Tapi tanpa disadarinya, kepintaran dapat menjadi kebodohan apabila menjadi orang yang mudah terpengaruh dan mudah percaya.
Di sebuah negeri lain bernama Vie, terdapat juga seorang Raja besar bernama Biannual. Raja tersebut terkenal suka bersaing harta. Bahkan, ia lebih sombong daripada Raja Theft.
Suatu hari, Raja Theft menerima pesan dari seseorang yang mengaku utusan Raja Biannual, bahwa tahun ini kerajaan mereka berdua akan bersaing harta kekayaan. Karena merasa ditantang dan tidak mau dianggap pengecut, Raja Theft pun menerima tantangan tersebut.
Bersamaan dengan itu, Raja Biannual yang sedang berada di taman terkejut ketika di datangi pesan oleh seseorang yang mengaku utusan Raja Theft . Pesan tersebut mengajukan tantangan dalam persaingan antar kerajaan.
“Oke!! Bilang pada Raja Theft kalau aku sudah menerimanya dan menerima tantangannya!!” seru Raja Biannual geram.
Sejak hari itu, kedua Raja tersebut hanya memikirkan persaingan tersebut. Mereka berusaha membuat kerajaan mereka masing-masing menjadi yang terbaik dan termewah. Dan mereka juga saling mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.
Raja Theft yang memiliki banyak burung-burung indah, menjualnya kepada seluruh Raja dengan harga tinggi. Dan untunglah ada seorang saudagar kaya yang mau membeli semua burung indah itu dengan harga sangat tinggi.
“Oh, terimakasih atas kerjasamanya,” Raja Theft basa-basi.
“Oh, tidak masalah. Saya memang senang pelihara burung.” Saudagar tersebut tersenyum.
“Tapi, apa tidak masalah membeli burung-burung ini dengan harga begitu tinggi?” Tanya Raja Theft masih basa-basi.
“Oh, tidak masalah. Saya tidak merasa rugi,kok. Kalau dengan uang segitu, saya mudah mendapatkannya kembali,kok.”
Dengan senang hati akhirnya Raja Theft menyimpan uang itu disuatu tempat persembunyian, tempat dimana harta-harta kekayaannya disimpan.
Sementara ketika itu, Raja Biannual juga melakukan hal yang sama. Ia menjual domba-dombanya yang terkenal sebagai domba unggul ( terbaik) dan menghasilkan ternak yang unggul juga, kepada saudagar terkaya yang ternyata saudagar yang juga membeli burung-burung Raja Theft.
Tidak lama kemudian, tibalah waktunya pertunjukkan harta masing-masing. Raja Theft kembali didatangi utusan yang mengaku utusan Raja Biannual tersebut. Utusan tersebut mengatakan bahwa Raja Biannual nanti malam akan langsung datang ketempat dikumpulnya harta-harta Raja Theft yang terkenal banyak itu.Sehingga, lewat utusan tersebut, Raja Biannual meminta denah tempat persembunyian harta tersebut. Karena tidak mau diaku kalah, Raja Theft segera menggambarkan denahnya.
Hal yang sama terjadi pada Raja Biannual. Utusan yang mengaku utusan Raja Theft tersebut, meminta denah tempat persembunyian hartanya, karena Raja Theft hendak melihatnya. Raja Biannual pun memberikan gambaran denahnya.
Malam harinya,mereka berduamasing-masing menuggu satu sama lain. Tapi yang ditunggu tidak datang juga, sampai-sampai mereka masing-masing tertidur.
Dan alangkah terkejut keduanya ketika bangun keesokan paginya. Harta mereka berdua habis dan ludes tak tersisa. Yang mereka temukan hanyalah secari kertas yang bertuliskan sama
‘Sekarang kalian sudah tahukan kalau aku tidak bohong. Akumembeli domba dan burung kalian dengan harga tinggi, tapi aku memperoleh uangku lagi ditambah harta bonusnya plus domba-domba dan burung-burung! Ha…..Ha……Ha…….!!!!!!’
Dari:
Saudaga yang paling pintar dan paling kaya dari kalian.
Pesan Khusus:
‘ Jangan pernah merasa jadi orang terpaling dari segalanya!!’
END
Keterangan:
Ini adalah Dongeng buatanku yang aq buat pas masih kelas 6 SD. Jadi kalo banyak kesalahan yang tidak bisa ditoleran, mohon dimaafkan. Karangan anak kecil ginni...^^

Cerpen HSP

Diposting oleh Eka Suzanna di 04.45 0 komentar
High School Paradise

Matahari bersinar cerah dan angin bertiup semilir ketika Lando mematikan rokok. Sid menatapnya polos dan Rama hanya terkekeh.
“Sial. Setengah delapan nih,” kata Cokie yang sejak tadi berbaring di atas rumput. Dia lantas bangkit dan membersihkan diri dari rumput kering. Satu alisnya naik menatap ketiga temannya yang tampaknya tak ada yang bereaksi. “Jadi? Kita sekolah?”
Sid mengerang aneh. Dengan gerakan malas, dia bangkit dan menyambar ranselnya. Rama dan Lando segera mengikuti. Mereka berjalan santai menuju sekolah.
***
Sid, Lando, Cokie, dan Rama masuk ke dalam sekolah. Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari mikrofon, membuat mereka terbengong-bengong di tengah lapangan upacara.
“TETAP DI TEMPAT!!” seru suara itu
Gara-gara teriakan dahsyat itu, semua orang yang tadinya lagi belajar di kelas langsung melongokan kepala ke mereka.
“Huh! Ternyata siguru sableng itu lagi!” dengus Sid. “Ganggu ketenangan orang aja. Dasar Godzila!”
“Pak Godzali, Sid,” ralat Rama sambil nahan senyum.
Acara penyetrapan keempat anak itu, Rama, Lando, Sid, dan Cokie, memang sudah menjadi tradisi di Athens setiap pagi.
“Kalian!!” seru Pak Godzali menghampiri mereka dengan murka. “Berbaris!!”
Mereka berempat langsung berbaris.
“Terlambat lagi,” kata Godzali. “Memangnya kapan sih kalian tidak datang terlambat sekali saja?”
“Wah, nggak tau ya. Pas kiamat mungkin?” kata Sid cuek.
“Kenapa sih kalian terlambat?” tanya Godzali menahan geram.
“Main bola,” sahut Lando santai.
“Jadi, kalian terlambat hanya karena main bola??” sahut Godzali marah.
“Ya. Makanya, coba Bapak mengizinkan kami membentuk ekskul bola, kami pasti nggak akan terlambat lagi,” tambah Cokie.
Pak Godzali makin geram. “Dasar anak-anak bodoh!”
“Kami pintar, Pak,” ralat Cokie. “Jelasin, Fren! Peringkat satu??”
Karena Lando cuma diam, Sid yang menyahut sambil menunjuk Lando dengan angkuh. “Arlando Santiago!”
“Peringkat dua??” tanya Cokie lagi.
“Rama Ardiansyah,” jawab Rama kalem.
“Peringkat tiga, perkenalkan,” Cokie menepuk dadanya. “Cokie. Dan peringkat empat?”
Sid langsung pasang aksi dengan gayanya. “Sid.”
Pak Godzali menghela napas. “Oke…oke… daripada kita berdebat terus kayak gini, mending kita buat kesepakatan,” katanya sambil menatap empat anak itu dengan tajam. “Kalian tau kan ekskul teater? Ekskul yang sudah nggak pernah eksis itu? Bapak ada buat perjanjian dengan mereka. Kalo mereka bisa mempersembahkan penampilan terbaik pada acara perpisahan anak kelas 3 nanti, ekskul mereka tidak akan dibubarkan. Tapi kalo mereka gagal, maka sebaliknya.”
Keempat anak itu bengong. “Trus apa hubungannya sama kami?”
“Bapak mau kalian menggagalkan mereka. Kalo kalian berhasil, maka Bapak akan membuka ekskul bola. Tapi kalau nggak berhasil, maka sebaliknya juga.”
“Hah? Bapak jahat banget,” protes Rama. “Kasihan mereka dong. Kenapa Bapak pengen mereka bubar?”
“Karena mereka tuh kerjanya cuma bersantai-santai. Uang eksul mereka yang dari dana sekolah malah dibuat acara party-party. Mereka bukannya membawa nama sekolah, malah merugikan sekolah,” gerutu Pak Godzali.
Keempat anak itu mikir sejenak.
“Tapi, kasihan mereka, Pak,” kata Rama setengah hati. Dia memang ingin ada ekskul bola, tapi dia juga tidak mau berbuat curang sama ekskul lain yang tidak tahu apa-apa.
“Ah, udalah, Ram,” kata Sid semangat. “Nggak usah pake acara kasihan segala. Ini kan demi bola gitu, loh, hidup kita. Ngapain mikirin orang lain apalagi yang nggak kita kenal.” Sid beralih ke Pak Godzali. “Oke, kami setuju, Pak.”
Pak Godzali manggut-manggut. “Oke, kita deal. Tapi jangan kira kalian bebas hukuman ya. Sekarang, berbaris dan rentangkan tangan. Selama dua jam.”
Keempat anak itu cemberut. “Memangnya kita mau SKJ apa?”
“PAK!!!!” seru seorang gadis yang sedang berlari-lari ke arah mereka sambil membawa ransel. Empat anak laki-laki itu menatapnya heran.
“PAK! DENGAR DULU PENJELASAN SAYA, PAK!” seru gadis itu saat Pak Godzali siap memarahinya. “Saya punya alasan bagus, Pak. Sumpah, bagus banget.”
“Apa itu?” tanya Pak Godzali akhirnya.
“Begini, Pak. Tadi pas saya ke sekolah, saya tepat waktu, Pak! Saya perginya pukul enam! Tapi, taksi yang saya naiki tiba-tiba nabrak ibu-ibu! Terus sopirnya kabur dan taksinya ditinggal. Jadi, saya cari taksi lain. Eh, taksinya malah bocor bannya. Sumpah, Pak. Saya tuh kesel banget. Terus, pas saya lari ke sini, tau-tau ada nenek-nenek yang nggak bisa nyebrang. Jadi, saya seberangin dulu! Pokoknya kacau deh, pak! Bapak harus percaya!” serunya gadis itu heboh.
Keempat anak laki-laki itu menatap si gadis dengan tatapan tak percaya. Sementara Pak Godzali menatapnya galak-galak. Ditatap seperti itu, akhirnya si gadis nyerah.
“Oke, oke, Pak, saya jujur, saya telat bangun. Tapi Pak, boleh saya masuk ya? Saya mau ulangan Kimia,” pinta gadis itu memelas.
“Kamu tetap di sini bersama empat anak laki-laki itu selama dua jam,” kata Pak Godzali tegas. “Namamu Julia, kan? Sekarang, ucapkan HAI pada teman-teman baru seperjuanganmu.”
Julia menatap keempat laki-laki di hadapannya dengan lesu. “Hai.”
Lalu, Pak Godzali pergi.
“Huh, sia-sia gue ngarang alesan segitu indahnya,” gerutu Julia membuat Cokie dan Rama tersenyum geli.
“Lagian bikin alesan nggak logis banget sih. Siapapun juga gak bakal percaya, alesan anak TK gitu,” ledek Sid.
“Apa?” protes Julia. “Kenapa ngatain gue anak TK??” Lalu matanya menatap tubuh Sid dengan tatapan meneliti. “Elo nggak ngaca apa? Yang pantes disebut anak TK tuh elo, secara badan elo kecil banget,” bales Julia.
Sid memang paling pendek di antara temannya yang lain. Makanya dia paling anti dengar kata ‘Kecil, pendek, imut, anak TK, dll’.
“Eh, lo nggak usah mulai ya,” kata Sid tajam. Dia menatap Julia dengan bengis. Julia juga nggak mau kalah membalas tatapan bengis itu.
“Eh, sudah oi….” lerai Rama dengan cara berdiri di antara keduanya. Tapi dua orang itu masih saling menatap dengan bengisnya.
Cokie membuka dua kancing kemejanya yang teratas lalu menggoyangkan kerahnya berkali-kali seperti orang kepanasan. “Wah, kayaknya aura di sini mulai panas nih. Padahal masih pagi,” katanya tanpa maksud membuat Sid jadi menatapnya galak.
“Udah…” seru Rama lagi. “Elo juga, Sid. Uda deh. Kayak anak kecil aja lo. Ini cewek, Sid. Ngalah dikit, kenapa?”
Sid langsung pasang ekspresi mau muntah. “Cewek? Dia? Dia tuh bukan cewek, nenek lampir sih iya.”
Rama langsung menenangkan Julia yang mau menerjang Sid. “Udah, Jul. Biarin aja dia. Oh iya, kalo menurut gue alasan elo bagus kok sampe yang bagian lo nolong nenek-nenek,” kata Rama sambil garuk kepala. “Bagian itu emang…agak….nggak logis…Tapi dikit aja kok,” katanya lagi dengan ramah. “Gak usah dengerin kata Sid.”
Mau tidak mau Julia pun tersenyum ke Rama. Dia baru menyadari sesuatu. “Kalian nih bukannya empat anak terpintar yang sering dibicarakan itu ya? Yang dijulukin F4 itu kan?” tanya Julia ke Rama. “Wah, gue baru ngeh.”
“Iya,” kata Sid galak. “Makanya elo pergi aja deh dari sini. Ini nih kumpulan anak-anak jenius. Elo nggak masuk hitungan.”
“Maksud lo gue bego gitu??” teriak Julia marah. Rama langsung pasang aksi jadi perisai lagi di antara mereka. “Udah, ah. Nggak betah gue lama-lama di sini,” seru Julia mulai muak. “Nggak nyangka gue anggota F4 yang terkenal itu ternyata cuma terdiri dari anak-anak kayak kalian, apalagi elo!” Matanya melotot ke Sid. Lalu dengan satu tangan Julia mendorong Rama dari hadapannya dan mengambil langkah cepat meninggalkan neraka yang sempat bikin dia panas.
***
Sementara itu di ruangan teater dengan santainya empat anak teater, Aida sang ketuanya, Hera sang sekretaris, Eva sang bendahara, dan Sisy sang perlengkapan, duduk-duduk sambil bergosip mengenai apa saja. bahkan setelah itu Eva menyetel musik dengan keras lalu berjingkrak-jingkrak dengan hebohnya bersama Sisy. Aida dan Hera lebih memilih ngemil sambil membaca-baca majalah.
“Gawat!! Gawat!!!” seru Julia panik ketika masuk ruangan teater. Hal itu mengganggu ketenangan mereka. Eva segera mematikan musik.
“Aduh…ada apa sih, Jul!!?” tanya Aida dengan muka galak. “Elo tuh bikin kaget aja, dateng-dateng langsung bikin ribut!”
“Berisik ah,” kata Julia acuh lalu dia segera berdiri di depan semua teman-temannya. “Eh, tadi gue dikasih tahu sama Pak Godzali! Katanya perpisahan anak kelas tiga dimajuin, empat hari lagi! Kalian semua sinting ya, masih aja nyante gini! Kita tuh belum buat naskah, belum latihan dan sebagainya,” omel Julia panjang kali lebar.
Eva buru-buru mengambil sebotol aqua dingin dan memberikannya ke Julia. “Hush, minum dulu. Tenang-tenang dulu, baru ngomong.”
Dengan cepat Julai meneguk setengah botol aqua. Hari yang panas ini, belum lagi habis disetrap tadi membuatnya lelah. Tambah lagi masalah teater yang belum beres.
“Sante, Jul,” Aida mengambil sesuatu di dalam laci. “Nih, gue sudah nulis naskah untuk kita pentaskan. Judulnya ‘High School Paradise’.” Aida membaca naskah, “Ceritanya tentang berbagai tingkah lagu siswa-siswi SMA. Ceritanya nih ya, ada empat cowok yang bermusuhan dengan empat cewek. Mereka selalu bertengkar. Tapi pada akhirnya mereka semua bersahabat. Gitu. Bagaimana? Keran nggak?” tanya Aida meminta pendapat teman-temannya.
Julia terbengong-bengong mendengar sinopsis naskah itu.
“Bagus,” gumam Eva setelah mikir. “Setidaknya ceritanya nggak terlalu ribet. Cukuplah untuk latihan empat hari aja.”
Sisi mengangguk dan Hera ikut-ikutan.
“Woy!!” Dengan sadis Julia teriak di depan hidung mereka semua. “Mikir, buu…mikir!! empat cowok?? Anggota kita cuma cewek. Siapa yang mau meranin tokoh cowoknya? Kalau pun yang meranin kita, emang cukup?? Kita cuma lima anggota. Di naskah ada delapan tokoh!”
Sisy mulai jengkel dengan kepanikan Julia. “Jul, elo tuh terlalu panik tau gak? Makanya nggak bisa mikir. Kita kan bisa ambil empat anak cowok, siapa kek. Banyak.”
“Oh…gue tau!” seru Eva tiba-tiba. “Gimana kalo F4??”
Isi perut Julia langsung mau keluar dengarnya.
“Mereka kan terkenal tuh. Cakep-cakep lagi,” tambah Eva. “Kalo mereka yang main pasti drama kita jadi bagus.”
“WHAT!!? Mereka?? Ogah!!” tolak Julia segera. Dia masih eneg dengan empat cowok itu, terutama SID.
“Hah? Kenapa emangnya, Jul??” tanya Aida heran dan menyelidik. “Elo ada masalah sama mereka??”
“Bukan masalah lagi, tapi memang BERMASALAH! Pokoknya kalau sampai empat cowok itu main sama kita, mending gue nggak ikut!” ancam Julia tanpa tedeng aling-aling.
“Jangan gitu dong, Jul,” kata Sisy mulai kesal. “Elo kayak anak kecil deh. Memangnya kenapa juga kalo mereka ikut main??”
“Masalahnya ada si kecil dekil itu, goblok!”
“Hah?” Aida melongo. “Si kecil dekil? Sapa tuh?”
“Ihhhh…” Julia mulai gregetan. “Itu loh, anggota F4 yang paling kecil, paling item, paling pendek!”
Empat temannya langsung menangkap sosok itu. Sid. Siapa yang nggak tahu kalau Sid adalah anggota F4 yang paling kecil? Semuanya tahu.
Dengan pandangan menyelidik dan setengah jail, Aida berkata, “Sejak kapan lo dekat sama Sid?? Cieee…cieeee….cuit-cuit!!”
Aida, Hera, Eva, dan Sisy langsung berhamburan kemana-mana saat Julia melemparkan berbagai barang yang ada ke mereka. Terakhir, Eva berhasil menangkap kaos kaki Julia setelah akhirnya bermuntah ria di toilet.
***
“Jadi, menurut kalian gimana?” tanya Cokie saat dia dengan Sid, Lando, dan Rama berada di kantin sekolah.
“Apa?” tanya Rama sambil melahap sepotong Pizza.
“Itu loh, tugas yang diberikan sama si Godzila tadi pagi,” kata Cokie lagi membuat Sid menjentikan jari dengan hebohnya. Lando sampai mendelik galak karena kaget.
“Gue tau! Kita harus masuk ekskul teater dan berbaur dengan mereka. Kita bergerak dengan slow… Kalau kita masuk ekskul teater pasti kita dapat mudah menggagalkan penampilan mereka.”
“Teater? Wadduh… nggak merepotkan tuh? Lagian kita nggak terlalu jahat nih??” tanya Rama ragu. Dia masih bimbang.
“Ram, kali ini gue setuju sama Sid,” kata Lando angkat bicara. “Mereka kan rival utama kita. Ngapain kita peduli mereka kasihan atau nggak?”
“Iya, Ram. Demi BOLA!” tambah Cokie semangat.
“Ayolah, Ram…masa elo tega sama kami yang sudah semangat gini?? Ayolah, setuju. Ya ya yaa?” bujuk Sid.
“Oke, oke,” kata Rama sambil mengangkat tangannya, menyerah. “Gue setuju.”
Mendadak mata Lando melebar. Dia melihat lima cewek menghampiri meja mereka dengan tampang ‘DARURAT’. Sid, Cokie, dan Rama yang baru ngeh dengan kedatangan lima cewek itu langsung melongo.
Aida, Eva, Hera, dan Sisy berdiri mengitari. Karena Julia malas mencampuri urusan yang sebenarnya dia nggak setuju, maka dia lebih memilih duduk di sebelah Lando yang bangkunya kosong. Mata Sid melebar.
“Masih berani lo duduk semeja sama gue?” sahutnya.
“Emangnya kenapa?” tanya Julia jutek.
“Wow…wow…wow!” seru Rama heboh dikelilingi cewek-cewek. “Ada apa nih pada rame-rame kemari?”
“Gini…” Aida berdehem. ‘Kami berlima nih dari ekskul teater.”
Cokie dan Sid membelalak hebat. “TEATER!!??” Mereka kaget karena topik yang baru mereka sebut-sebut langsung muncul di depan mata.
Aida, Eva, Hera, dan Sisy langsung melongo nggak ngerti.
“Te…te…ater?” ulang Sid lagi.
“Dasar gagu,” kata Julia membuat tawa Rama meledak dan Lando terkekeh. Sid langsung menatap Julia dengan tatapan membunuh.
Untuk mencairkan ketegangan, Aida berkata lagi, “Gue sebagai ketua teater Athens mau rekrut kalian jadi pemain kami. Di naskah kami ada empat pemain cowok dan itu pas banget sama kalian. Jadi, gimana? Kalian mau nggak main di drama kami? Kita bakal mentas empat hari lagi di acara perpisahan anak kelas tiga.”
“Wah, setuju banget,” seru Cokie tanpa aba-aba lagi. “Ya kan, Fren?” Cokie minta dukungan teman-temannya. Rama yang memang awalnya nggak terlalu niat hanya mengangguk pasrah. Lando mengangguk-angguk. Dan Sid diam.
“Woy, elo kenapa?” tanya Cokie heran. “Elo setuju kan?”
“Nggak.” Kata-kata Sid membuat Cokie, Lando, dan Rama melongo heran. Perasaan mereka tadi yang paling semangat Sid. Kenapa sekarang malah dia yang membantah?
“Tau ada nih nenek lampir, ogah gue masuk teater,” tambahnya.
Julia langsung menggebrak meja dengan kasar. “Eh! Lo kira gue setuju rekrut elo jadi pemain?? Asal lo tau ya gue juga nggak bakal mau, walaupun elo satu-satunya cowok yang tersisa di dunia ini! Dengar tuh!”
Sis menahan geram saat menatap wajah Julia yang memasang wajah angkuh.
“Aduh, elo jangan bikin masalah baru dong, Sid. Elo jangan malah tambah merepotkan. Tinggal bilang setuju apa susahnya sih?” protes cokie karena Sid pindah haluan. Karena Sid nggak berkomentar apa-apa, Cokie beralih ke Aida. “Udah, peduli setan dengan mereka berdua. Pokoknya apapun yang terjadi kami deal!! Demi bo..” Cokie langsung mingkem sebelum keceplosan kata bola.
“Bo…?” Aida mengernyit dengarnya. “Bo..apa?”
“Bo, di kartun Shincan?” tanya Sisy asal.
Cokie buru-buru menggeleng. Lando, Sid, dan Rama melemparkan tatapan tajam ke Cokie. “Hm, bo…demi bokap gue!” ralat Cokie segera. “Bokap gue cinta sama seni teater. Jadi gue ngelakuin ini demi dia.”
***

“Romeo, di manakah kau berada? Aduuh, mual gue,” kata Julia membuat Sid mendelik. Saat itu mereka sedang berlatih membaca naskah di ruangan teater. “Kenapa sih naskahnya ganti jadi drama Romeo dan Juliet?” keluh Julia. “Bagus naskah yang pertama.”
Aida angkat bahu. “Ya, gak tau ya. waktu liat elo dan Sid, gue jadi kepikiran sama drama ini. Cocok aja gitu buat kalian.” Sukses membuat Julia dan Sid tambah mual.
“Aduh, kayaknya gue mau ngapalin di rumah aja deh, gue udah nggak sanggup,” kata Sid sambil bangkit. Setelah Sid pergi, mereka membicarakan kostum.
“Oh iya, kita kebagian tampil sore ya, sebelum pestanya,” kata Aida mengingatkan.
“O ya?” tanya Julia yang baru tahu.
“He-eh. Gue baru dikasih tau Edi. Oh iya, gue udah siapin semua kostumnya, lho,” kata Aida membuat Julia mulai mual lagi.
“Wah, gue nggak sabar liat Sid menyatakan cintanya pada sang Juliet,” kata Lando tiba-tiba membuat semua orang tertawa.
Julia menatapnya sebal.
***
pkl. 06.00
Rama berjalan gontai ke kelasnya. Pagi ini sekolah masih sepi. Cuma ada satu-dua-tiga anak saja yang berkeliaran. Begitu duduk di bangkunya, dia langsung mengeluarkan buku tulis Fisikanya. Pelajaran pertama nanti ulangan Fisika, belum lagi pelajaran berikutnya ada ulangan Matematika. Hufh, Rama bersyukur dia diberi anugrah otak berpantium tinggi.
Pintu kelas diketuk. Rama berdecak dan mendongakkan kepalanya ke pintu kelas. Tampak wajah Eva di sana.
Rama menatap Eva tak percaya, sementara Eva tersenyum santai.
“Hai,” kata Eva setelah beberapa saat. Rama masih membeku sampai akhirnya mengangguk kaku.
“Ada..apa?” tanya Rama kemudian. “Tumben ke kelas sini.” Eva tampak salah tingkah, lalu mengeluarkan sebuah buku dari tasnya dan menyerahkan pada Rama yang bingung.
“Buku Matematika lo ketinggalan kemarin di ruangan teater,” kata Eva. “Nanti kan kalian ulangan, gue takut lo nggak bisa belajar.”
“Oh,” Rama mengambil bukunya. “Makasih. Tapi lo nggak perlu repot-repot gini, dong. Gue jadi ngerepotin.”
“Ah, nggak apa-apa. Gue juga nggak ada kesibukan. Oh ya, tumben nggak telat.”
Rama tertawa. “Kami berempat punya misi baru,” katanya dan menyambung dalam hati misi menaklukan elo dan kawan-kawan elo. “Jadi untuk misi telat, kami pending dulu.”
Eva manggut-manggut. Lalu mereka berdua terdiam, membuat Eva gugup. Dia mengetuk-ngetukkan hpnya ke atas meja untuk menyamarkan kegugupannya.
“Lho!!??” seru Cokie yang baru datang. Dia kaget mendapati ada Eva dan Rama sedang bercakap-cakap berdua di kelas. Rama dan Eva juga ikutan kaget dengan kedatangan Cokie. Belum lagi ditambah kedatangan Sid, nggak alama kemudian. Sid yang dari awal sudah benci sama kelompok teater karena mereka temannya Julia, langsung membentak.
“Heh!? Ngapain lo di sini??” tanyanya sengit.
“Ah…” Eva tiba-tiba gugup. Rama sendiri jadi cengok, bingung mau jelasin apa ke Sid. “Tadi gue cuma mau antar buku Rama. Hm, uda ya. Bye..” Buru-buru Eva pergi, takut dimakan Sid.
“Elo tega bener sama cewek, Sid,” protes Rama nggak suka Sid membentak cewek.
“Gak urus,” balas Sid cuek. “Elo sendiri ngapain baek-baekin dia? Uda tau juga dia tuh musuh kita.”
“Hm,” Rama garuk-garuk kepala. “Musuh sih musuh. Tapi kan nggak perlu sampe begitu lah.”
Cokie langsung ambil alih bicara, “Betul juga kata Sid, Ram. Elo jangan kemakan cinta, dong.”
Rama terperangah sesaat lalu niat membantah, “Eh, sapa juga ya..”
“Elo harus inget sama misi awal kita,” potong Cokie.
Tepat saat itu Eva kembali masuk ke kelas mereka untuk mengambil hp yang lupa dia bawa karena gugup menghadapi Sid tadi.
“Iya, tapi gue nggak cinta sama dia,” bantah Rama. “Ngawur aja elo semua.”
“Bukan nuduh elo gitu. Gue cuma ingetin, elo jangan baekin mereka termasuk Eva. Kita kan masuk teater untuk menggagalkan rencana mereka supaya mereka nggak nampil pas perpisahan nanti. Jadi kita menang dari si Godzila itu dan dapat lapangan sepak bola.”
“Betul,” sahut Sid setuju. Rama hanya bisa terpekur diserang dua orang bersamaan.
“APA!!??” jerit Eva murka. “Ohhh….jadi dari awal niat kalian begitu?? Baguss..ya!!”
Ketiga cowok itu langsung menatap Eva panik.
“Kami merekrut kalian dengan niat baik, eh kalian malah busuk semua!” bentak Eva. “Gue nggak nyangka kalian sebusuk itu!” Eva memngambil hpnya cepat dan berbalik ke pintu. Dua langkah kemudian dia berhenti dan berbalik lagi. “Elo juga, Ram! Awalnya gue kira elo tuh baik! Nggak taunya elo tuh brengsek!!” Lalu Eva bener-bener pergi dari kelas itu dengan raut murka.
Rama ingin mengejar Eva tapi ditahan sama Sid dan Cokie.
Lando yang berpapasan dengan Eva, masuk ke kelas dengan muka heran. “Ada apa?”
Rama menatap Lando minta pertolongan.
***
Empat anggota teater lainnya menjadi murka mendengar penuturan Eva, terutama Julia. Mukanya sudah seperti api setan yang membara.
“Lo liat kan semua?? Makanya gue bilang, jangan bawa-bawa mereka ke dalam rencana kita!” seru Julia kesal. “Kalian sih, bebal semua!”
Sisy, Aida, dan Hera terdiam. Eva melamun.
“Eva…” terdengar suara Rama membuat Eva tersentak, kaget. Eva tidak menyahut, hanya menatapnya datar. Ketika Rama mau mendekati Eva, seluruh pasukan teater tanpa diperintah berdiri berjejer melindungi Eva.
“Gue cuma mau minta maaf,” kata Rama kepada pasukan teater yang berdiri dengan gagahnya. “Gue mewakilin teman-teman gue ingin minta maaf pada kalian. Tadi kami sudah rapat dan kami sudah sepakat untuk damai.”
“Kami? Gue aja tadi nggak ikut sepakat,” dumel Sid di belakang Rama. Julia menatapnya sengit.
“Gue bakal maafin kalian kalo kalian semua sepakat untuk damai,” tantang Aida.
Cokie, Lando, dan Rama menatap Sid memohon. Tapi Sid tetap ogah.
“Ayolah, Sid…demi persahabatan,” bujuk Rama.
“Persahabatan apa??” tanya Sid jengkel. “Kalian aja pada jadi penghianat. Kenapa kalian jadi mau damai sama mereka?? Cuma gara-gara elo cinta sama dia, Ram??” tanya Sid sambil menunjuk Eva. Diam-diam Eva jadi tersipu malu dan rama salah-tingkah.
“Gue nggak bakal mau damai! Apalagi ditambah ada sinenek lampir, tuh,” tunjuk Sid ke Julia.
“Eh, kuntil! Elo kira gue mau damai sama elo?? Seribu turunan gue juga ogah!” bales Julia nggak mau kalah.
“Ayolah baikan…” bujuk Rama. Tapi Sid tetap ogah, membuat Rama mengancamnya. “Sid, kalo lo nggak mau damai, gue bakal kasih liat ke mereka semua isi SMS-SMS elo.” Rama langsung membuka hpnya dan membaca salah satu SMS dari Sid. “Ram, bukannya gue benci sama Julia, tapi dia tuh suka judes dan sok nyuekin gue, jadi gue sengaja lah cari-cari masalah sama dia biar dia peduli sama gu..”
“WOOO…Wooo…WOOO!!” teriak Sid asal-asalan untuk menyamarkan suara Rama yang nyaring. Rama senyum-senyum geli melihat tingkah Sid.
Meskipun begitu Julia sudah paham sama isi SMS itu dan itu membuat pipinya bersemu merah.
“Oh iya,” kata Aida. “Elo juga, jul. Kalau elo nggak mau damai, gue..” Aida mengambil buku diary Julia yang ada di laci. “bakal baca isi yang ada di halaman 100. Tuh, saking isinya asyik banget gue sampe inget halamannya. Isinya, waah….senangnya gue bisa masuk SMA Athens. Trus tadi gue ketemu cowok cakep, imut lagi. Setelah gue cari tau, namanya Sid. Gue jadi makin semangat sekolah soalnya bisa ketemu sama di…”
“AIDA!!!” jerit Julia lantas mau merampas bukunya. Tapi Aida lebih gesit lagi dan membaca halaman 123.
“Sial, tadi gue telat. Eh, nggak sial-sial amat sih soalnya gue bisa ketemu sama Sid. Saking gugupnya gue malah jadi maki-maki dia. aduh, bodohnya gu..”
“AIDA!!!” kali ini Julia berhasil merampas bukunya. “Sialan lo.”
Aida cuma menahan tawa. Begitu juga dengan Cokie, Rama, dan Lando. “Ohhhh..ternyata…” ledek mereka.
“Adduh, kalian nih,” seru Sisy dengan nada menggoda. “Pura-pura saling benci…nggak taunya…” Dia lalu menarik tangan Julia dan menyatukannya dengan tangan Sid. Untunglah kedua makhluk itu nurut. “Nah, gini kan bagus. Damai,” kata Sisy lega.
Akhirnya, Julia dan Sid tidak dapat menahan senyumnya lagi dan mereka semua pun berdamai.
***


Keterangan:

Ini adalah keisenganku, mengubah novel kak orizuka yang berjudul HSP (High School Paradise) menjadi dalem bentuk cerpen.

WHAT DU YU THINK ABOUT IT???? ^^
Diposting oleh Eka Suzanna di 04.43 0 komentar
Judul : Me and My Prince Charming
Penulis : Okke Rizka S.
Penerbit : Puspa Swara
Tahun Terbit : 2007
Tebal Buku : 232 halaman

Oleh : Eka Bhakti, Adi Kelvianto, Mustika Sari

Buku yang Lebih Menyegarkan daripada Sebuah Jeruk

Novel ini menceritakan tentang hidup seorang tokoh yang bernama Cherry Danisha. Dia adalah seorang murid di SMU 1 dan mempunyai seorang pacar bernama Andros.
Andros adalah The Most Wanted Male on SMU 1. Mereka bertemu pertama kali di rumah Cherry. Pada saat itu, Andros datang untuk bermain PS2 dengan Adit, kakak tiri Cherry. Saat itulah Andros meminta Cherry menjadi pacarnya. Dan Cherry setuju karena dia mencintai Andros.
Selama mereka berpacaran, Andros tidak pernah menunjukkan sikap seperti orang yang berpacaran. Dia lebih terkesan tidak peduli dengan Cherry. Hal itu membuat Cherry merasa tidak percaya diri lagi untuk menjadi pacar Andros.
Tiba-tiba di sela hubungan mereka ada Namie, mantan pacarnya Andros yang kembali dari New York ke Indonesia untuk menemui Andros. Hal itu membuat Cherry cemas dan khawatir karena dia merasa Andros masih menyayangi Namie.
Tanpa ada yang tahu, Namie merencanakan suatu hal licik untuk memisahkan Cherry dengan Andros. Cara itu berhasil membuat Andros kembali padanya dan membuat Cherry merasa dicampakkan.
Cherry yang merasa tersingkir pun meninggalkan Andros bersama Namie. Dia berencana pergi ke luar negeri agar dapat melupakan Andros. Dan dia beuntung. Pada akhirnya kelicikan Namie ketahuan oleh Andros. Dia membatalkan kepergiannya karena Andros ternyata mencintainya. Andros mengakui seluruh perasaannya bahwa selama ini dia selalu menyayangi Cherry. Dia juga menjelaskan bahwa selama ini dia bersikap tidak peduli karena dia tidak tahu bagaimana caranya menghadapi seorang cewek.
Akhirnya, Cherry dan Andros kembali berpacaran dengan syarat Cherry harus bisa menerima sikap Andros yang apa adanya.
Novel ini tidak sulit dipahami karena pengarangnya menggunakan sudut pandang orang pertama yang membuat pembacanya bisa memasuki dunia cerita si tokoh utama. Pembaca bisa merasakan perasaan tokoh utama saat sedang sedih, gembira, kesal, marah, benci, dan sebagainya. Itulah keunikannya.
Tema yang diungkap dalam novel ini adalah tentang percintaan. Percintaan antar remaja yang penuh liku dan masalah. Tapi pada akhirnya berakhir bahagia, Tema ini sangat menarik bagi para remaja karena sudah merupakan hal yang umum dan sering terjadi di lingkungan sekitar mereka. Meskipun tema ini sudah sering dibahas, para remaja tidak akan pernah bosan. Mereka dapat memahami isi cerita novel ini dengan mudah karena karakter tokohnya tidak terlalu sulit untuk dikenal. Pengarang bisa menggambarkan karakter tokoh utamanya dengan sangat jelas. Perasaan tokoh utamanya bisa dirasakan dan dipahami oleh pembacanya. Dalam novel ini, penokohan yang paling unik adalah tokoh Andros. Karena pengarang menggambarkannya sebagai sosok yang perasaan atau pemikirannya sulit untuk dipahami dan dimengerti. Tapi selain itu, pengarang juga bisa menunjukkan sisi baik dari tokoh tersebut dibalik sifatnya yang susah dipahami.
Pembaca dapat mengambil sisi nilai positif dari novel ini saat melihat kepedulian Adit terhadap adik tirinya Cherry. Meskipun hanya seorang saudara tiri, dia sangat menyayangi Cherry seperti adik kandung. Pembaca bisa memetik nilai positif dari hal itu.Meskipun keluarga mereka tidak ada hubungan sedarah tapi sangat damai dan akur. Ibu tiri Cherry juga menyayangi Cherry seperti anak kandung. Begitu juga dengan Ayah Cherry yang sangat menyayangi Adit.
Buku ini sangat menghibur. Bahasa yang digunakannya santai dan mudah dicerna. Pengarangnya bisa mengerti di bagian mana yang dapat disampaikan dengan cara humor dan di bagian mana yang bisa disampaikan dengan cara yang serius agar para pembaca tidak merasa terganggu. Tidak salah kalau buku ini banyak disukai remaja dan menjadi best seller.
Pengarang buku best seller ini adalah Okke Rizka Septania. Dia lahir di Palembang, 14 September 1986. Me and My Prince Charming adalah novel pertamanya yang diterbitkan. Dan dia kuliah di Komunikasi UGM angkatan 2004.



Keterangan:

Ini adalah tugas resensiku waktu itu. aq meresensi novelnya Kak Orizuka yang berjudul Me and My prince Charming.

Semoga bila ada yang membaca resensi ini, dapet meningkatkan minatnya pada novel-novel kak Orizuka... Oke??? ^^

Resensi Tugas

Diposting oleh Eka Suzanna di 04.43 2 komentar
Judul : Me and My Prince Charming
Penulis : Okke Rizka S.
Penerbit : Puspa Swara
Tahun Terbit : 2007
Tebal Buku : 232 halaman

Oleh : Eka Bhakti, Adi Kelvianto, Mustika Sari

Buku yang Lebih Menyegarkan daripada Sebuah Jeruk

Novel ini menceritakan tentang hidup seorang tokoh yang bernama Cherry Danisha. Dia adalah seorang murid di SMU 1 dan mempunyai seorang pacar bernama Andros.
Andros adalah The Most Wanted Male on SMU 1. Mereka bertemu pertama kali di rumah Cherry. Pada saat itu, Andros datang untuk bermain PS2 dengan Adit, kakak tiri Cherry. Saat itulah Andros meminta Cherry menjadi pacarnya. Dan Cherry setuju karena dia mencintai Andros.
Selama mereka berpacaran, Andros tidak pernah menunjukkan sikap seperti orang yang berpacaran. Dia lebih terkesan tidak peduli dengan Cherry. Hal itu membuat Cherry merasa tidak percaya diri lagi untuk menjadi pacar Andros.
Tiba-tiba di sela hubungan mereka ada Namie, mantan pacarnya Andros yang kembali dari New York ke Indonesia untuk menemui Andros. Hal itu membuat Cherry cemas dan khawatir karena dia merasa Andros masih menyayangi Namie.
Tanpa ada yang tahu, Namie merencanakan suatu hal licik untuk memisahkan Cherry dengan Andros. Cara itu berhasil membuat Andros kembali padanya dan membuat Cherry merasa dicampakkan.
Cherry yang merasa tersingkir pun meninggalkan Andros bersama Namie. Dia berencana pergi ke luar negeri agar dapat melupakan Andros. Dan dia beuntung. Pada akhirnya kelicikan Namie ketahuan oleh Andros. Dia membatalkan kepergiannya karena Andros ternyata mencintainya. Andros mengakui seluruh perasaannya bahwa selama ini dia selalu menyayangi Cherry. Dia juga menjelaskan bahwa selama ini dia bersikap tidak peduli karena dia tidak tahu bagaimana caranya menghadapi seorang cewek.
Akhirnya, Cherry dan Andros kembali berpacaran dengan syarat Cherry harus bisa menerima sikap Andros yang apa adanya.
Novel ini tidak sulit dipahami karena pengarangnya menggunakan sudut pandang orang pertama yang membuat pembacanya bisa memasuki dunia cerita si tokoh utama. Pembaca bisa merasakan perasaan tokoh utama saat sedang sedih, gembira, kesal, marah, benci, dan sebagainya. Itulah keunikannya.
Tema yang diungkap dalam novel ini adalah tentang percintaan. Percintaan antar remaja yang penuh liku dan masalah. Tapi pada akhirnya berakhir bahagia, Tema ini sangat menarik bagi para remaja karena sudah merupakan hal yang umum dan sering terjadi di lingkungan sekitar mereka. Meskipun tema ini sudah sering dibahas, para remaja tidak akan pernah bosan. Mereka dapat memahami isi cerita novel ini dengan mudah karena karakter tokohnya tidak terlalu sulit untuk dikenal. Pengarang bisa menggambarkan karakter tokoh utamanya dengan sangat jelas. Perasaan tokoh utamanya bisa dirasakan dan dipahami oleh pembacanya. Dalam novel ini, penokohan yang paling unik adalah tokoh Andros. Karena pengarang menggambarkannya sebagai sosok yang perasaan atau pemikirannya sulit untuk dipahami dan dimengerti. Tapi selain itu, pengarang juga bisa menunjukkan sisi baik dari tokoh tersebut dibalik sifatnya yang susah dipahami.
Pembaca dapat mengambil sisi nilai positif dari novel ini saat melihat kepedulian Adit terhadap adik tirinya Cherry. Meskipun hanya seorang saudara tiri, dia sangat menyayangi Cherry seperti adik kandung. Pembaca bisa memetik nilai positif dari hal itu.Meskipun keluarga mereka tidak ada hubungan sedarah tapi sangat damai dan akur. Ibu tiri Cherry juga menyayangi Cherry seperti anak kandung. Begitu juga dengan Ayah Cherry yang sangat menyayangi Adit.
Buku ini sangat menghibur. Bahasa yang digunakannya santai dan mudah dicerna. Pengarangnya bisa mengerti di bagian mana yang dapat disampaikan dengan cara humor dan di bagian mana yang bisa disampaikan dengan cara yang serius agar para pembaca tidak merasa terganggu. Tidak salah kalau buku ini banyak disukai remaja dan menjadi best seller.
Pengarang buku best seller ini adalah Okke Rizka Septania. Dia lahir di Palembang, 14 September 1986. Me and My Prince Charming adalah novel pertamanya yang diterbitkan. Dan dia kuliah di Komunikasi UGM angkatan 2004.



Keterangan:

Ini adalah tugas resensiku waktu itu. aq meresensi novelnya Kak Orizuka yang berjudul Me and My prince Charming.

Semoga bila ada yang membaca resensi ini, dapet meningkatkan minatnya pada novel-novel kak Orizuka... Oke??? ^^

Terima kasih kunjungannya~ :)

 

bOLLywood-giRL.coM © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor