Senin, 15 Juni 2009

Klinting-klinting dan nawung wulan

Diposting oleh Eka Suzanna di 23.10 0 komentar
Teater X-D from kelompok :
þ Annisah Amalia is Galuh Ajeng
þ Biana is Ibu Peri
þ Dina Novi is Nawung Maya
þ Eka Bhakti is Nawung Luna
þ Hendri Fauzi is Panji Inu Kertapati
þ Hotmauli is Klinting Biru
þ Muhaini is Nawung Wulan
þ Mila Mayangsari is Candra Kirana
þ Nurhasikin is Jaka Sembung
þ Rahmadina is Mbok Rondo
þ Sukma Wardani is Tante Menor
þ Sukmawati is Klinting Merah
ADEGAN 1
Di negeri khayangan Kahuripan, hidup para manusia khayangan. Dan ditamannya yang seindah surgawi, dua insan sedang memadu kasih.
Candra Kirana : “ Kanda, kanda harus berjanji pada Adinda, jangan…jangan…jangan pernah tinggalkan Dinda, kanda. “
Panji : “ Oh, Dinda. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku berjanji, , hidup dan matiku hanya untuk kamu. Aku akan selalu berada di sampingmu, selamanya, , aku akan menjagamu di bangun dan tidurmu, disemua mimpi dan nyatamu, ku akan menjagamu tuk hidup dan matiku, tak ingin-tak ingin kau rapuh….”
Kirana : “ Benarkah itu, Kanda?”
panji : “ Suer, Dinda. Bahkan seandainya Dinda menjadi burung yang akan terbang tinggi di sana, kanda rela menjadi bulu-bulu sayap yang selalu menyertaimu.”
Kirana : “ Kalau Dinda jadi awan, gimana? Awan ‘kan selalu bergerak ke berbagai tempat. Berarti kita akan berpisah dunk….”
Panji ; “ Tidak akan, Dinda. Karena Kanda akan menjadi angin yang selalu meniupmu kemana saja dan selalu menyertaimu.”
Kirana : “ Kalau Dinda menjadi bulan, bagaimana? Bukankah pada siang hari bulan tidak terlihat? Berarti kita gak akan ketemu dong…”
Panji : “ Tentu saja kita akan ketemu, Dinda. Karena Kanda akan menjadi bintang yang selalu mengitarimu dan menjagamu.”
Kirana : “ Kalau Dinda jadi Matahari?”
Panji : “ Kanda akan jadi jemuran dong….jadinya bisa hangat…’kan di sinari sama cahaya Dinda.”
Kirana : “ Hehehe…iya…kanda pinter. Tapi kalau Dinda jadi seekor keong gimana?”
Panji : “ Kanda akan jadi keong jantan. Trus menikah deh….”
Ditengah keasyikan peri kuning dan kandanya, datanglah Ibu peri yang sangat disegani.
Ibu Peri : “ Candra Kirana!!!”
Kirana : ( Kaget)
“ Bunda???”
Ibu Peri : “ Kamu ini nakal sekali ya….sudah berapa kali Bunda katakan? Jangan pernah dekat lagi sama dia! Kenapa kamu masih saja dekat sama dia???”
Kirana : “ Karena aku mencintainya, Bunda….”
Ibu Peri : “ TIDAK!! Bunda tidak merestui, you know?? Kamu hanya terpesona oleh ketampanannya!!”
Kirana : “ Oh, bunda…yang bunda katakan salah. Salah, bunda….aku….aku mencintainya setulus hatiku. Bukan karena ketampanannya. Cinta ini akan terus berguyur bunda, tiada henti…terus mengalir.”
Ibu Peri : “ BULSYIT!!! Heh, kamu Panji Dungu!”
Kirana : “ Panji Inu, bunda…”
Ibu Peri : “ Peduli amat! Mulut-mulut gue, terserah dong mau panggil Panji Dungu atau Panji Millenium! Yang jelas kamu sudah mempengaruhi putriku! Kamu manfaatkan parasmu yang menawan untuk memikat hati putriku. Karena itu, aku harus mengutukmu dan menjauhkanmu dari putriku selamanya. ABROKOKOK!!!!Tinggallah di dunia selamanya dan jadilah manusia!!!!!!!!”
AAAAAAAAAAAAAAAA…….,
Panji Inu pun tergelincir kebumi dan menghilang dari khayangan.
Kirana : “ Kanda….kanda…Oh, Kanda….bukankah kanda berjanji tidak akan meninggalkan Dinda? Hiks…hiks…”
Bunda : “ Yee…ini lagi. Kamu menangis atau bersyair puisi sih?”
Kirana : “ Huhuhu…aku menangis sambil bersajak dan bersajak sambil menangis. ……huhuhuh….Bunda, kamu adalah orang terkejam yang aku kenal di muka bumi ini…oh, kejam…kejam….kejam…Pedih..oh…Pedih….Cinta….Oooo…Cinta!!!!”
Bunda : “ Oh, Dinda…sangat salah kalau kamu mengatakan bunda adalah orang terkejam dimuka bumi ini…”
Kirana : “ Apanya yang salah dari kata yang keluar dimulutku ini?? Bunda memang orang terkejam….yang berani memisahkan dua hati satu cinta….itu adalah perbuatan yang lebih kejam daripada kematian.”
Bunda : “ Maksud bunda, bunda memang orang terkejam seperti yang kamu bilang. Tapi bukan di muka bumi, karena bunda tinggal dikhayangan.”
Kirana : “ Ya itu maksudku tadi. Bunda itu orang terkejam di muka khayangan ini! Aaaah….ngomong sama Bunda selalu tel-mi. Nyebelin!!!”
ADEGAN 2
Panji Inu yang terlempar ke bumi, terdampar di sebuah desa, yaitu desa Dadapan. Mbok Rondo yang sedang mencari ikan di pantai, menemukan Panji Inu.
Mbok Rondo : “ Astagfirullah……siapa pemuda ini? Kenapa dia bisa terkapar di sini??”
Panji : ( Merintih tak berdaya)
“ Haus……lapar…..”
Mbok Rondo : “ Kasihan orang ini. Sebaiknya aku bawa saja dia ke rumah. Bismillahhirahmannirrahim…”
( Memapah Jaka kerumahnya)
Setelah diberi segelas air, Jaka pun siuman dan kaget mendapatkan dirinya ada dirumah Mbok Rondo.
Panji : “Aku ada dimana?”
Mbok Rondo : “ Ini adalah rumah saya. Kenalkan, saya Mbok rondo. Saya menemukanmu sedang terkapar di tepi pantai. Karena merasa kasihan, saya membawamu pulang.”
Panji : ( Mengingat-ngingat kejadian)
“ Oh, iya….aku dikutuk oleh Ibu Peri dan menjadi manusia.”
Mbok Rondo : “ Hah, dikutuk? Astagfirullah…memangnya zaman canggih gini masih ada yang namanya kutuk-mengutuk?”
Panji : ( Menceritakan semuanya)
BLA>>>BLA>>>BLA>>>>
Mbok Rondo : “ Jadi, jadi, kamu seorang dewa????”
Panji : ( Narsis)
“ Ya…ya…begitulah Mbok. Tapi wajah mbok nggak usah sekaget itu. Sebenarnya dari tampang saya….sudah sangat familiar sekali kalau saya ini anak Dewa.”
( Mengusap-usap dagu dengan PD)
Mbok Rondo : “ Astagfirullah…aku tak menyangka wajah Dewa seperti ini. Padahal di buku selalu dikatakan, Dewa mempunyai wajah yang penuh pesona. Tapi kenapa ini, Astagfirullah……”
Panji : “ Saya memang penuh pesona…”
Mbok Rondo : ( menatap wajah jaka tak percaya)
“ Di khayangan wajah seperti ini dibilang penuh pesona…?Astagfirullah……padahal di dunia wajah seperti ini sangat bejibun sekali. Dapat ditemukan dengan mudah. Cakepan juga wajahnya si Mandra…atau si Haji bolot.”
“ Astagfirullah,….aku lagi-lagi menjelek-jelekan orang. Nggak boleh…”
( Bicara sendiri)
“ Ya sudah…kamu lebih baik mandi dulu sana…biar lebih segeran.’
Panji : “ Permisi ya, Mbok…”
Mbok : “ Eh, tunggu….jangan lupa baca doa dulu sebelum masuk kamar mandi.’
Panji : “ oke, Mbok…”
( Mau pergi)
Mbok : “ Eh, tunggu!! Jangan lupa baca doa waktu mau mandi….”
Panji : “ Beres…”
Mbok : “ Eh, tunggu….!! Jangan lupa sebelum membasuh muka baca doa dulu!!!”
Panji : ( Mulai jengkel)
“ O..k…e!”
Mbok : “ Eh, tunggu…!!!”
Panji “ APA lagi, MBOK????? Kalau gini terus kapan saya mandinya?? Iya, saya akan baca doa sebelum gosok gigi, sebelum kumur-kumur!!Sebelum pakai sabun, sebelum basuh air, sebelum berhanduk!!PUAS????”
Mbok : ( Nyengir)
“ Puas….”
Panji segera ke kamar mandi.
Mbok : “ Aku masih kepikiran…apa benar tampang kayak gitu anak Dewa? Ah, katanya anak dewa itu ‘kan penuh pesona….masa wajah tadi itu penuh pesona? Masih pesona juga Dono atau kasino….daripada dia. Ups, gue omongin orang lagi nih! Astagfirullah, nggak bae-nggak bae!”
Panji : “ AAAAAAA!!!!”
Mbok : “ Astagfirullah…..heh, kamu bikin kaget aja! Kenapa teriak-teriak? Cepat banget mandinya? Jangan-jangan kamu nggak baca doa selesai mandi ya? Nggak boleh gitu, jadi manusia itu harus berdoa….eh, iya. Kamu ‘kan bukan manusia…”
Panji : “ STOP dulu ceramahnya MBOK!!! MUKA saya MANA????”
Mbok : ( Bengong)
“ Muka lo? Ini!!”
( Menunjuk wajah jaka)
“ Yeee…muka sendiri kok lupa. Noh, yang ada dua matanya, satu hidungnya tapi dua lubangnya, satu mulutnya……kelihatan kan tuh? Ngapain dicari? Lagian muka dibawah standar komeng aja dicari-cari.”
Panji : “ Ini bukan muka saya!!! Muka saya mana???”
Mbok : “ Yeee…dasar sableng. Kalau ini bukan muka kamu, trus muka siapa? Muka gendruwo???”
Panji : “ Muka saya bukan ini. Nggak sejelek ini. Mana muka saya yang cakep dan penuh pesona itu!!?”
Mbok : “ Situ baru nyadar ya kalau jelek? Kalau saya mah sudah nyadar dari tadi.”
Panji : “ Saya berani sumpah ditimpuk uang sekoper deh, mbok…saya nggak boong. Muka saya tuh aslinya kayak Primus,, bukan kayak dakocan gini!!”
Mbok : “ Yee…kalau ditimpuk uang sekoper gw juga mau boong. Kalau gitu, kenapa ni muka jadi kayak dakocan gini? Ato jangan-jangan lo lupa baca doa sebelum bercermin tadi ya?”
Panji : “ Ga ada hubungannya!! Ini pasti gara-gara kutukan dari Ibu Peri. Dia sengaja membuat wajah saya jadi buruk supaya Candra Kirana nggak tertarik lagi sama saya….”
Mbok : “ Oh, anakku…sungguh malang nasibmu…sebaiknya untuk sementara waktu kamu tinggallah di sini. Anggaplah aku adalah Ibumu dan engkau anakku.”
Panji : “ Terimakasih Mbok…Kalau Mbok mau, Mbok bisa panggil saya Ande-Ande lumut saja. Biasanya Bunda saya memanggil saya begitu.”
Mbok : “ Tentu saja Mbok mau. Kamu ‘kan sudah jadi anak Mbok.”
ADEGAN 3
Jaka : “ Bu, , Jaka pulang!! Jaka mau makan!!! Lapaarrr!!!”
( Marah-marah)
“ Hellooo…orang-orang pada kemana sih?? IBU!!!”
Panji : “ Mbok sedang ke pantai mencari ikan…”
Jaka : “ Loj, kamu siapa? Kenapa bisa ada di sini?”
Panji : “ Ceritanya panjang,nanti biar Mbok saja yang cerita. Saya Panji Sumirang…anak angkat Mbok.”
Jaka : “ Hah, anak angkat? Maksud lo, lo saudara angkat gue gitu? Bah! Cari makan buat gue aja Mbok susah, pake bawa anak angkat segala!!! ”
Panji : “ HEH! Kamu jangan ngatain Mbok seperti itu. Dia itu Ibumu, , dia sangat baik padaku.”
Jaka : “ Dia memang baik padamu, tapi aku nggak bisa nerimamu! Pergi kamu dari sini!”
Panji : “ Nggak bakalan.”
Jaka : “ Heh! Lo mau ngelawan ya? Belum tau kalau gue jago main pedang!?”
( Mengambil pedang dan siap menyambit Panji)
Panji : “ Hwaahhh!!! AMPUN!!!!”
( Lari)
Jaka : “ Heh!! Mau kemana lo?? Aku Cuma bercandaaa!!!”
ADEGAN 4
Di negeri khayangan Kahuripan, Candra Kirana dan saudara-saudaranya, para bidadari sedang berkumpul.
Kirana : “ Oh…huhuhuhu……Kanda……kenapa kau nggak kembali-kembali…aku sangat merindukanmu…huhuhu..”
( Menangis)
Nawung Wulan : “ Oh, adekku malang adekku sayang…cup…cup…”
Nawung Luna : ( Menangis sekenceng mungkin)
“ Heehhhuuhuhuhu……Huhuhuhu….”
Nawung Wulan : “ Loh, Luna…kamu kenapa nangis?”
Nawung Luna : “ Aku sedih ‘kak…melihat Kirana sedih kayak gini….Huhuhuhu…”
Nawung Wulan : “ Cup…cup….sudah, diem ya adekku sayang adekku malang…jangan sedih. Yang harusnya nangis ‘kan Kirana bukan kamu.”
Nawung Luna : “ huhuhu…Pokoknya aku mau nangis…huhuhu…”
Galuh Ajeng : ( Sinis)
“ Alaahhh……ngapain sih pemuda seperti itu ditangisi?? Memang secakep apa sih dia? Nggak secakep Brad Pitt kan???”
Kirana : “ Kamu ‘kan belum liat tampangnya kanda Panji, kalau kamu liat pasti kamu tergila-gila!”
Galuh Ajeng : “ Bagaimana mau liat!? Kamu sama dia ‘kan kalau ketemu sembunyi-sembunyi, back street gitu loh!!”
Nawung Wulan : “ Husshh…sudah-sudah adekku. Kalian jangan bertengkar dong…kamu juga Galuh ajeng. Jangan ganggu Kirana. Dia lagi berduka cita.”
Galuh Ajeng : “ Berduka cita?? Hello…..!! Memang sudah ada yang meninggal ya???”
Nawung Wulan : “ Adekku, Ajeng sayang…’kan berduka cita tak harus karena ada yang meninggal..”
Nawung Luna : “ Huhuhuhu……”
Nawung Wulan : “ Loh, kamu kenapa nangis lagi Luna?”
Nawung Luna : “ Ngomong soal meninggal, , Luna jadi teringat sama…Ayahanda yang sudah tiada!! Huhuhuhu….Luna sedih!!!Huhuhuhu….”
Nawung Wulan : “ Oh…cup…cup….adekku sayang adekku malang……”
Kirana : “ Meninggal? Oh, Tuhan…apakah kanda Panji sudah meninggal? Kenapa dia belum ada kabarnya? Aku takut….aku takut dia kenapa-napa. Kalau sampai dia sudah tiada, lebih baik aku mati saja. Karena tanpa Kanda aku tidak akan bisa hidup. Dia sudah bagaikan oksigenku…dia sudah bagaikan rohku dan bagian hatiku. Tanpa dia, aku mau mati saja.”
Galuh Ajeng : “ Cape deh!! Sok puitis banget sih lo!!! Daripada mikir macam-macam, lebih baik lo susul aja dia ke bumi! Cari dia….daripada lo kayak orang gila gini!”
Kirana : “ Oh iya, Ajeng…kamu bener. Kenapa aku nggak terpikir nyusul dia saja ya? Kamu pinter!!”
Galuh Ajeng : “ Ya iyalah…AJENG!!! Makanya, kalau punya otak tuh dipake you know!?”
Nawung Wulan : “ Bagaimana caranya ke bumi? Kalian lupa ya? Kita para bidadari hanya bisa berada di bumi selama 6 jam. Sedangkan kalau ingin mencari Panji ‘kan harus berhari-hari…”
Kirana : “ Iya, aku lupa. Jadi gimana dong? Mencari kanda Panji selama 6 jam di bumi yang seluas itu mana cukup!”
Ajeng : “ Mikir dong!! Gunakan otak….gimana sih? Otak kok nggak dipake-pake!”
Nawung Luna : “ Hiks…huhuhuhu….”
Nawung Wulan : “ Kamu kenapa lagi, luna?”
Kirana : “ Iya, daritadi mewek terus…”
Nawung luna : “ Luna takut sama Kak Ajeng daritadi marah-marah. Pake bentak Luna segala…huhuhuhu…”
Ajeng : “ Yeee…sensi banget sih! Yang ngebentak kamu sapa? Nggak ada kok, kamunya aja tuh cengeng. Dasar cengeng!”
Kirana : “ Oi, sudah. Katanya mau mikir…”
Mereka semua pada mikir
Ajeng : “ Ini lagi! Daritadi baca buku aja kerjaannya! Bantu mikir dong!”
( Merampas buku bacaannya Nawung Maya)
Nawung Maya : “ Heh, kamu apa-apaan sih Jeng! Jangan main rampas buku orang seenaknya dong!”
Ajeng : “ hah, Orang? Kamu tuh bukan orang but bidadari!!”
Nawung Maya : “ Up to you lah! Yang jelas aku nggak suka kamu merampas buku aku sekasar itu! Kalau rusak gimana? Ini harganya Muahaaal tau!!’
( Mengambil kembali bukunya)
Ajeng : “ Kamu sih, bukannya ikut mikir malah baca buku melulu! Bosen tahu liatnya. Kayak patung hidup!!”
Nawung Maya : “ Yee…ngehina aja kamu bisanya! Dasar centil…biar gini-gini aku tuh ikut mikir juga tahu! Kamu nggak tahu ‘kan buku apa yang aku baca ini?”
Ajeng : ( Sinis)
“ Mana aku tahu. Aku ‘kan bukan kutu buku kayak kamu!”
Nawung Maya : “ Dalam buku ini dijelaskan mengenai cara agar bidadari bisa menjadi manusia untuk selamanya…”
Kirana : ( Tertarik)
“ Caranya gimana, May?”
Nawung Maya : “ Sebenarnya gampang, Cuma resikonya besar lho! “
Kirana : “ Apapun resikonya akan aku terima demi Kanda Panji!”
Ajeng : “ Cih…sok puitis!”
Nawung Maya : “ Hush, diam kau kijil! Caranya gini, untuk menjadi manusia harus mengucapkan mantra huhumamay babibebubo sebanyak 3 kali dan harus konsentrasi. Nanti kamu akan terlempar ke bumi dan jadi manusia deh. Tapi ada resikonya. Kamu akan berubah menjadi keong ketika hari menjelang malam dan berubah jadi manusia ketika mulai siang hari. Gimana?”
Ajeng : “ hah? Jadi keong? Ogah deh! Mending juga jadi bidadari. Daripada jadi keong? Mau tinggal di mana?”
Kirana : “ Nggak apa-apa deh, aku terima resiko itu.”
Nawung Wulan : “ Eh, jangan…kamu harus mikir-mikir dulu. Jadi manusia itu nggak gampang…”
Kirana tetap membaca mantra itu dan dia terlempar ke bumi. AAAAAAAa……
Nawung Wulan : “ Adeku Kirana……Kirana!!!”
Nawung Luna : “ Huhuhu…kakak Kirana…kenapa kakak membaca mantra itu? Huhuhu….”
Ajeng : “ Huh! Tuh anak memang goblok banget ya! Lebih milih jadi setengah manusia setengah keong daripada jadi bidadari cantik gini!!”
Nawung Wulan : “ Maya,….apakah kamu nggak punya mantra agar Kirana bisa kembali jadi Bidadari? Aku khawatir dia tidak mampu menjaga dirinya di bumi…”
Nawung Maya : “ Duh, aku belum pernah baca mantra penangkalnya kak…Memangnya ada ya?”
Nawung Wulan : “ Kamu ‘kan bidadari yang paling akrab dengan alam-alam di khayangan ini…Coba kamu minta bantuan mereka….”
Nawung Maya : “ Aku akan coba, kak…WAHAI PARA PENGUASA ALAM!!!! PANDANG AKU, TATAP MATAKU! TOLONGLAH BANTU AKU! BANTULAH KAKAKKU CANDRA KIRANA AGAR KELUAR DARI KETERPURUKANNYA! BANTULAH AKU, , BANTULAHHH!
Sebuah buku terjatuh di depan mereka. Nawung Maya segera mengambilnya.
Nawung Maya : ‘ Ini jawabannya…mantranya adalah Panji Inu harus mengatakan bahwa dia sayang pada Kirana, maka dia akan kembali menjadi bidadari. Tapi kalau lebih dari tiga hari Panji Inu tidak mengatakannya, maka Kirana akan menjadi keong selamanya! Gawat!!!”
Nawung wulan : “ kalau gitu kita harus memberitahu ini pada Kirana. Ayo kita susul dia ke bumi.”
ADEGAN 5
Kirana : “ Aku dimana ini? Apa aku sudah di bumi? Sepertinya hari sudah mau malam…Oh, aku harus tinggal dimana?”
( Mersakan getaran hebat pada tubuhnya)
“ Aaahhh…tubuhku kenapa? Tubuhku kenapa begini….duh, sakiiit!!! AAAAAA….”
( Berubah menjadi keong)
Seorang tante menor datang sambil bernyanyi-nyanyi melewati tempat itu.
Tante menor : “ wah, keong ini cantik sekali. Belum pernah aku melihat keong secantik ini! Wuih,kalau di jual ke kota bisa mahal nih harganya atau kalau dipajang di rumah pasti cantik. Aku bawa pulang ah!”
ADEGAN 6
Klinting Merah dan Klinting Biru menahan lapar di rumahnya.
Klinting Biru : “ Kak…lapar nih! Mama mana sih belum pulang-pulang!!”
Klinting Merah : “ Ya mana aku tahu! Kamu pikir aku nggak lapar apa?? Lapar juga tahu!!:
Klinting Biru : “ LAPAR!!! Lapar lapar lapar Lapaarrrrr!!!!”
Klinting Merah : “ Hush! Berisik tahu gak! Bikin perutku tambah lapar aja! Duh, sakit perut nih!!!”
Tante Menor : “ Mama pulang!!!”
Klinting Biru : “ Eh, itu suara Mama! Wah, makanannya dateng!!!”
( Mau menyambut mama)
Klinting Merah : “ Eh, enak saja! Aku dulu dong! Kamu anak kedua belakangan aja!”
Klinting biru : “ Sejak kapan ada aturan anak pertama dan anak kedua? Pokoknya siapa cepat dia dapat!!!”
Klinting Merah : “ Nggak bisa gitu dong. Aku anak sulung, kamu harus nurut kata-kata aku!!”
Klinting Biru : “ Ah, masa bodo!”
( Mau pergi)
Klinting Merah : ( Menarik Rambut klinting Biru)
“ Eh, tunggu!!”
Klinting biru : “ Adduh..!”
( Terjatuh)
“ dasar curang!”
Klinting Biru menjegal kaki klinting Merah hingga ikut terjatuh.
Tante Menor : “ Eh, ada apa sama kalian? Bertengkar lagi ya? Sudah dibilang kalau ditinggal berdua jangan kelahi!”
( Menjewer dua telinga anaknya)
Klinting Merah dan Biru meringis kesakitan.
Klinting Biru : “ Mama bawa apaan? Makanan ya?”
Tante Menor : ( Mengeluarkan keong)
“ Bawa ini!”
Klinting Merah : “ Hah? KEONG!? Yach, kirain bawa makanan! Kalau kayak gini sih mana bisa dimakan!!”
Mama : “ Eh, gini-gini kalau dijual Muahaal!!”
Klinting Biru : “ LAPERRR MAMA!”
Tante Menor : “ Mau makan? Ayo! Jangan mewek aja!”
Klinting Merah : “ Jadi Mama bawa makanan?? Bilang dong daritadi!”
ADEGAN 7
Ke empat bidadari saudara Candra kirana sudah tiba di bumi.
Ajeng : “ Sekarang kita harus cari dia kemana? Duh, mana di bumi panas banget lagi!! Kulit aku jadi kusam nih……Uh…rambut aku bisa rusak kena sinar matahari! Ya ampun!!! Panas banget sih di sini!”
Nawung Maya : “ Diam kau bawel! Centil banget sih…baru seperti itu saja sudah sibuk!”
Nawung Wulan : “ Sudah…sudah ade-adeku. Betul juga yang dikatakan Ajeng. Aku juga merasa gerah. Kita mandi dulu yuk di sungai…setelah itu baru kembali mencari Kirana.”
Nawung Luna : “ Kakak-kakakku. Sepertinya di situ ada sungai yang jernih. Kita mandi di sana saja. Sepertinya sepi…”
Mereka segera meletakkan selendang mereka dan mulai mandi di sungai. Jaka yang melihat selendang-selendang itu merasa tertarik dan ingin memilikinya. Dia juga merasa tertarik pada ke empat perempuan yang sedang mandi di sungai itu. Jaka mengambil selendang milik Nawung Luna dan membawanya pergi.
Nawung Wulan : “ Ya ampun Ade-adekku. Waktu kita hampir habis. Ini sudah mau enam jam. Kita harus segera kembali ke khayangan. Ayo, pakai selendang kalian. Tanpa itu kalian nggak akan bisa kembali ke khayangan.”
Nawung Luna : “ Hah? Selendang Luna hilang, kak…lho…kemana? Padahal tadi aku letakkan di sini! Huhuhu…kok nggak ada sih?”
Ajeng : “ Cari yang betul dong! Jangan cengeng!!”
Nawung Maya : “ Duh, kalau nggak kembali bisa gawat nih. Bunda akan marah!”
Nawung Luna : “ Hiks…tapi selendang Luna nggak ada. Luna nggak akan bisa kembali!”
Nawung Maya : “ Gini saja. Sementara kamu tinggal dulu di bumi. Nanti besok kami akan kembali membantu kamu cari selendang. Aku juga akan minta bantuan di khayangan…”
Nawung Luna : “ Nggak…huhuhu…Luna takut tinggal sendiri…”
Ajeng : “ Ih, cengeng! Kamu nggak akan kenapa-napa. Percaya deh, kami akan kembali besok! Gitu aja cengeng! Makanya kalau taruh selendang tuh hati-hati!”
Nawung Wulan : “ Maafkan kakak ya, luna…Kakak harus pergi dulu….”
Para bidadari kembali ke khayangan meninggalkan Luna yang masih menangis. Jaka yang lewat di situ heran melihat ada perempuan nangis.
Jaka : “ Lho, kamu salah satu gadis yang mandi di sungai tadi ‘kan?”
Nawung Luna : ( Melihat selendang yang dipegang Jaka)
“ Loh, ini ‘kan selendangku. Kamu mencuri ya! Dasar pencuri! Kembalikan!”
Jaka : “ Eits, enak saja…ini ‘kan aku yang nemu. Kenapa situ yang ngaku! Apa buktinya kalau ini selendangmu!?”
Nawung Luna : “ Huhuh…tolonglah kembalikan. Tanpa itu aku nggak akan bisa kembali ke khayangan.”
Jaka : “ Khayangan? Maksudnya tempat tinggalnya Ande-ande lumut?”
Nawung Luna : “ hah? Siapa ande-ande lumut?”
Jaka : “ itu saudara angkatku. Dia berasal dari khayangan. Nama aslinya sih Panji Inu Kertapati. Kamu kenal nggak sama dia? Kalau kamu memang dari khayangan pasti kamu kenal dia.“
Nawung Luna : “ Panji Inu Kertapati? Iya aku kenal dia. Tolong antar aku menemuinya.”
ADEGAN 8
Di Negeri Khayangan Ibu Peri sedang menunggu kedatangan para bidadari
Ibu Peri : “ Heh! Berani sekali ya kalian turun ke bumi tanpa sepengetahuan Bunda!!”
Nawung Wulan melindungi ade-adenya yang pada ketakutan.
Nawung Wulan : “ Maafkan kami bunda, , kami hanya ingin membantu Ade Kirana. .”
Ibu Peri : “ Huh! Anak itu lagi, anak itu lagi. Kenapa lagi dia??”
Nawung Wulan : “ Apa bunda tidak tahu kalau Kirana telah membaca mantra yang membuat dirinya menjadi setengah keong setengah manusia? Dan sekarang kami nggak tahu Kirana ada dimana, bun…”
Ibu Peri : “ APA? Kirana menjadi keong. . .??”
Nawung Maya : “ Iya, Bun…dan mantra penangkalnya hanya satu cara. Kakak Kirana harus mendengar pengakuan cinta dari Panji Inu sebelum tiga hari. Lewat dari tiga hari, maka Kirana akan jadi keong selamanya.. “
Ajeng : ( Jutek)
“ Dan sekarang sedang masuk hari ke dua. Dan kita belum menemukan Kirana ataupun yang namanya Panji Inu itu! Dan kita juga nggak tahu apakah mereka sudah bertemu. Kalau sampai lusa mereka belum bertemu, maka tamatlah riwayat Kirana dengan menjadi KEONG! Dan itu karena kesalahannya!”
Nawung Maya : “ Itu kesalahanmu goblok! ‘Kan kamu yang pake acara ngusulin ke Kak Kirana supaya menjadi manusia buat cari si Panji!”
Ajeng : “ Enak aja cantik gini dikatain goblok! Itu juga salahmu tolol! Yang ngasih mantra aneh itu ke Kirana, siapa? Kamu ‘kan!!? Kamu ‘kan??”
( Menoyor-noyor kepala Maya berkali-kali)
Nawung Maya : “ Eh, jangan pake noyor-noyor dong!”
( Menepis tangan Ajeng)
Ibu Peri : “ STOOPPPP!!!!!”
Seluruh Khayangan beserta isinya langsung bergetar hebat….
‘ HWAAAAA!!!!!!!”
Nawung Maya : “ Wuuuh…dasyat bun!!!”
Ibu Peri : “ Bunda marah!!! Kenapa kalian nggak segera kasihtau Bunda!!? Ayo, sekarang kita kembali ke bumi mencari Kirana!! Maya, cepat minta tolong penguasa alam untuk mencari Kirana !”
Nawung Maya : “ Siap! WAHAI PENGUASA ALAM!!! DENGAR-LAH KATA-KATA-KU! DIMANA?? DIMANA KAH CANDRA KIRANA BERADA? TUNJUKKAN PADAKU!TUNJUKKKAN LAHHHH!!!!”
Sebuah buku tebal jatuh di depan mereka.
Nawung Maya : ( Segera membuka)
“ Di sini menunjukkan, Candra Kirana sedang berada di desa sebrang Dadapan. Tepatnya di daerah ini nih!”
Ibu Peri : “ Tunggu apalagi? Ayo, berangkat sekarang!!!”
Ajeng : “ Hah!!? Ke bumi lagi!!? Ya, ampun……panasnya aja aje gile gitu! Duh!!Nie rambut bisa pecah-pecah nih! Padahal baru saja selesai creambath!!”
Ibu Peri : ( Mendadak terdiam)’
“ Kayaknya….kayaknya ada sesuatu yang kurang deh!!!”
Ajeng :“ Oh iya!!! Aku lupa pake parfum!”
Ibu Peri : “ Ajeng! Bukan itu maksud Bunda! Sekali lagi mulut kamu yang bawel so bawel itu ceriwis lagi, siap-siap aja Bunda sihir jadi cumi-cumi! Biar sekalian monyong 10 Cm!”
Ajeng : “ Ah! Jangan. Bun…ampun!!”
( Menutup mulutnya)
Ibu Peri : “ Biasanya ada suara –suara cengeng yang keluar! Tumben nich, nggak ada! Ayo, mana ade kalian Nawung Luna!?”
Semuanya terdiam dan gigit jari.
Nawung Wulan : “ Hm, Luna kami tinggal di bumi, bun…”
Ibu peri : ( Melotot)
Nawung Wulan : “ Soalnya selendang Luna hilang waktu kami lagi mandi di sungai. Karena tidak ada selendang, dia nggak bisa kembali ke khayangan….”
Ibu Peri : “ Makanya! Bunda sudah bilang, jangan main-main ke bumi! Sekarang bagaimana? Kalau selendangnya nggak ketemu, ade kalian nggak bakalan bisa pulang! Dasar tolol kalian semua!! Maya, cepat minta tolong pada Alam! Tanya kabar selendang, Panji dan Luna! Setelah itu kita cari mereka!”
Nawung Maya : ‘ WAHAI PARA PENGUASA ALAM! AKU SEDANG BINGUNG, HATIKU BERTANYA, , MOHON TUNJUKKANLAH PADAKU! DIMANA KAH LUNA DAN SELENDANGNYA BERADA? DAN DIMANAKAH KANDA PANJINYA KIRANA!? WAHAI TANGAN-TANGAN GAIBBB! RAIHKANLAH SEBUAH JAWABAN UNTUKKU! BERIKANLAH!”
Buku tebal kembali terlempar di depan mereka
Nawung Maya : “ hah!? Ternyata selendang, Luna dan Panji Inu sudah bertemu! Mereka ada di satu tempat!”
Ibu Peri : “ Lho, Kok bisa!? Ya sudah! Ayo kita susul mereka!”
ADEGAN 9
Panji Inu sedang mondar-mandir di rumah dan terlihat sedih.
Panji : “ Oh, Dinda……apakah kabarmu di sana? Aku sangat merindukanmu!”
Mbok Rondo : ( Menghampiri Panji)
“ Loh, kamu kenapa Ande-Ande Lumut? Kok, mukanya sedih gitu?”
Panji : “ Aku rindu dengan kekasihku Mbok……”
Jaka : “ ASSALAMUALAIKUM!!!”
Mbok n Panji : “ Waalaikum salaam….”
Jaka : “ Nih, Luna….ini yang namanya Panji…”
Nawung Luna : “ Hah? Huhuhuh…hiks…hiks……Kok mukanya gitu? Sereem….Luna takut…..”
Mbok : “ Loh, gadis ini siapa Jaka? Hm, , aaah….pacar kamu ya?”
Jaka : ( Malu-malu)
“ Ah, si Mbok. Ada-ada saja!! Ini, namanya Nawung Luna.”
Panji : “ Tunggu, , Nawung Luna?? Jangan-jangan kamu ade bungsunya Candra Kirana ya?”
Luna : “ Iya, bla---bla----bla! Huhuhuh….makanya, kamu harus bantu Kak Kirana! Tolong cari dia! Kami nggak tahu sekarang dia dimana….”
Panji : “ Baiklah, aku akan mencarinya. Aku akan membuka sayembara ‘ Bahwa Ande-Ande Lumut sedang mencari calon isteri’. Aku yakin, kalau Kirana mendengar ini, dia pasti akan datang menemuiku. Jaka! Tolong kamu segera umumkan pengunguman ini ke desa-desa.”
Jaka : “ Sip!!”
ADEGAN 10
Klinting Biru : ( Asyik berlipstik)
Klinting Merah : ( Asyik berbedak)
Tante Menor : ( Menimang-nimang keong)
“ wah, ini keong bagusnya diapakan ya? Dijual sayang….tapi kalau Cuma dipajang, , sayang juga! Padahal bisa dapet uang….”
( Ngomong sendiri)
Klinting Biru : “ Merah, tolong dong bantu aku pake lipstick nih! Ribet!”
Klinting Merah : “ Enak bener kamu nyuruh2! Aku ini kakakmu tau!!Lagian lipstick murahan aja dibangga2 kan segala!!”
Klinting Biru : “ Lho, kok jadi ngehina? Bedak kamu tuh juga murahan! Kalau dipake Cuma bikin muka gatel-gatel!”
Tante Menor : “ Stop! You…you…kok bandel banget sih! Kelahiiii aja! Bertengkar ajaa!”
( Menjewer dua telinga ankanya!)
PENGUNGUMAN!PENGUNGUMAN!
Tante Menor : “ Hah? Pengunguman apa tuh?”
Klinting Merah : “ Wah, kayaknya undangan nih! Yuk kita lihat!!”
( Lari keluar di susul Klinting Biru)
Tante Menor : “ Woi, anakku!! Duh, jangan keluar oi!! Muka kalian tuh jelek tau!!!”
Klinting Merah dan Biru kembali masuk membawa Jaka
Klinting Biru : “ Cepat, baca pengungumannya!”
Jaka : “ Sabar dunk! Nih, denger….” Seorang pemuda Tampan dari Desa Dadapan bernama Ande-Ande Lumut sedang mencari calon isteri! Bagi yang berminat ikut audisi silahkan dateng ke rumah Mbok Rondo segera!!”
Klinting Merah : “ Merah mau ikut!!! Mama! Ikut yuk!”
Jaka : “ Hahahaa…muka kayak gini aja mau ikut? Ngaca dunk!!!”
Klinting Biru : “ Heh, jangan ngehina ya! Kami ‘kan cantik-cantik!”
Jaka : “ hahaha…”
Tante Menor : ( Mengetuk kepala anaknya satu-satu)
“ makanya! Jangan kasih liat muka seperti itu ke orang-orang! Liat tuh muka, dah kayak badut aja! Bedanya, badut itu lucu, lo nggak! Sana cuci muka dulu!”
K. Merah dan Biru saling berpandangan dan sama-sama berteriak kaget melihat muka masing-masing. Mereka lalu keluar cuci muka.
Tante Menor : “ Btw, kalau janda boleh ikut nggak?”
Jaka : “ Oh, boleh. Siapa saja, asal dia wanita, bukan waria!”
Tante Menor : ‘ Kalau gitu antar kami bertiga ke sana!”
Jaka : “ Saya siap kasih tau jalan ke rumah Mbok Rondo asalkan ada imbalannya, hehe…”
Tante Menor : “ dasar matre lo! Ini aja imbalannya! Keong! Kalau dijual Muaahahaaall!”
Jaka : ( Mikir-mikir)
“ Gak,deh…gak minat! Gak sah pake imbalan deh, keongnya tinggal aja. Ayo, berangkat.”
ADEGAN 11
Keong kembali menjadi Kirana
Kirana : “ Kalau aku nggak salah denger, Kanda Panji sedang membuka sayembara. Pasti dia bermaksud mencari aku….aku harus ikut audisi ini. Tapi, aku nggak tahu jalan menuju ke sana……kalau gitu aku harus mengikuti pemuda dan tante menor itu.”
ADEGAN 12
Klinting Merah : “ Oi, Jaka! Kita harus lewat mana lagi nih? Jauh banget sih rumahnya Mbok Rondo itu! Dari tadi nggak nyampe-nyampe tahu!”
Klinting Biru : “ Iya nih! Cape tahu!”
Tante Menor : “ Jangan-jangan kamu nipu kami ya!? Mau ngerjain!!?”
Jaka : “ Weits! Jangan sewot dulu dong. Sebentar lagi nyampe kok. Yang penting ‘kan kalian akan menikah dengan Ande-Ande lumut…Dia lebih cakep dari Brad Pitt lho!”
Klinting Biru : “ Huh! Awas aja ya kalau ternyata dia lebih jelek dari Ucok Baba! Gue cincang-cincang lo ntar! Yuk, jalan lagi!!”
Mereka kembali berjalan. Di belakang Kirana menyusul.
Kirana : “ Duh, kok dari tadi jalan melulu sih nggak nyampe-nyampe! Kalau kayak gini mana keburu. Ntar lagi hari mau malam. Aku bakalan menjadi keong nih!”
( Badannya bergetar hebat)
“ Duh, badanku kenapa lagi? Pasti aku mau jadi keong lagi deh!!! AAAAAA!!!”
( Jadi keong)
Para Bidadari turun…
Nawung Wulan : “ Lihat, ada keong cantik!”
Ajeng : “ Pasti itu Candra Kirana!”
Ibu Peri : ( Mengambil keong dengan raut muka sedih)
“ Oh, anakku… … maafkan bunda sayang. Ini semua gara-gara Bunda.”
Nawung Wulan : “ Ini bukan salah Bunda, kok….”
Ajeng : “ Ini salah Ajeng….”
Nawung Maya : “ Baru nyadar lo centil!!?”
Ajeng : “ Huh! Diam lo kutu buku!”
Ibu Peri : “ DIAMMM!”
Semua terdiam
Nawung Maya : ( Menunduk)
“ Ini salah Maya kok….”
Ibu peri : “ Seandainya saja Bunda merestui hubungan Kirana dengan Panji Inu pasti nggak akan begini.”
Ajeng : “ Seandainya aku nggak menyuruh Kirana untuk ke bumi mencari Panji pasti nggak akan begini!”
Nawung Maya : “ Seandainya aku nggak meminta bantuan penguasa alam, pasti nggak akan begini…”
Ibu Peri : “ Seandainya Bunda nggak mengutuk Panji menjadi manusia, pasti nggak akan begini….”
Ajeng : “ Seandainya Ajeng nggak memberi ide agar Kirana jadi manusia, pasti nggak akan begini!”
Nawung Maya : “ Seandainya Maya nggak memberitahu mantra itu, pasti nggak akan begini!”
Ibu peri : “ Seandainya Bunda…”
Nawung Wulan : “ Duh, stop-stop-stop. Kalau harus ngomong seandai-andainya terus, kapan habisnya?? Yang sudah berlalu biarlah berlalu! Lebih baik kita bawa Kirana ke tempat Panji Inu dan menyuruhnya untuk mengatakan cinta pada Kirana sebelum terlambat. Ini sudah malam hari. Apabila lewat dari jam 12, maka Kirana akan menjadi keong selamanya. Bagaimana kalau seandainya Kirana menjadi keong?? Kalian mau!?”
Ibu Peri : “ Wah, jangan!! Sekarang kita harus ke rumah Mbok Rondo! Ayo!!”Ajeng : “ Cepet!!Cepet!! ini sudah jam 10. Dua jam lagi akan 3 hari!”
ADEGAN 13
Mbok Rondo sedang menyapu di rumahnya
Mbok : “ Jaka kemana sih? Jam segini kok belum juga pulang!!”
Jaka : “ ASSALAMUALAIKUM!!!”
Mbok : “ Waalaikumsalaam…”
Klinting Merah : ( Menyerobot masuk kegirangan)
“ Mana? Mana si gantengnya!? Aku sudah nggak sabar nih?”
Klinting Biru : ( Masuk sambil lari-lari)
“ Mana si Ande-Ande lumut?”
Klinting Merah : “ Heh! Kau ngapain ikut-ikut masuk, Hah?”
Klinting Biru : “ Ya mau ikut Audisi lah! Mau apalagi!?”
Klinting Merah : “ PERCUMA! Karena yang dipilih pasti aku! Because, , akulah wanita tercantik di desa ini!”
Klinting Biru : “ Eh, belum tentu! Dia nggak akan mau dengan wantita ember, cempreng and bawel kayak kamu!!”
Tante Menor : ( Masuk)
“ BERHENTI!! Kalian ini lagi-lagi berantem ya!!”
( menjewer)
“ Inget! Diantara kalian berdua, tidak akan ada yang jadi isterinya Ande-Ande lumut!”
Klinting Merah : “ Loh, kenapa Ma?Apa kami kurang cantik?”
Tante Menor : “ Bukan karena itu! Tentu saja kalian cantik-cantik. Sangaat…cantikk! Yaiyalah, siapa dulu Mamanya!”
( Membanggakan diri)
Klinting Merah dan Biru: “ Hoeweekk!”
Tante Menor : “ Karena…Hm! Karena dia akan menjadi Papa kalian!”
Klinting Biru : “ Hah!? Maksudnya Mama yang akan jadi isterinya!!?”Klinting Merah : “ Waahh!!! Mama jahat!! Mama kan sudah punya anak gadis! Masa mau ikut audisi!”
Tante Menor : “ yeee! Biarin! ‘Kan nggak ada peraturannya janda beranak dua nggak boleh ikut!”
Mbok Rondo : “ Oh, jadi kalian mau ikut audisi? Ya sudah, silahkan antri….saya akan panggilkan ande-ande lumut…”
Klinting Merah dan klinting Biru berebutan baris. Dan Tante Menor kembali menjewerin mereka satu-satu.
Mbok Rondo : “ Coba kalian tunjukkan letak kecantikan kalian. Saya mau liat sebelum kalian saya temukan dengan Ande-Ande lumut…”
Klinting Merah dan biru serta Tante menor mulai bergaya satu-satu.
Mbok Rondo : “ Putra ku Ande-Ande Lumut!! Di sini ada 3 wanita….. yang satunya janda dan dua anak gadisnya yang cantik-cantik tapi bawelnya minta ampun. Sedangkan yang janda dandanannya sangat menor! Mereka mau ikut audisi……”
Panji : ( Keluar)
“ mana Mbok? Apakah mereka secantik Candra Kirana??”
Tante menor dan anak-anaknya teriak melihat muka Panji yang sangat jelek.
“ HWAAAAAA!!!!!”
Tante menor : “ Nggak jadi deh aku ikut audisi!! CANCEL!CANCEL!!!”
Klinting Merah : “ Betul Ma!!! Betul! Kami juga nggak mau punya Papa kayak gini!”
Klinting Biru : “ Katanya lebih cakep dari Brad pitt!!!! Dasar penipu lo! Gue cincang-cincang lo ya!!!”
( Mencekik-cekik Jaka)
Jaka : “ Hok!Ohok!!! Tolooong….aku bisa mati nih!”
Nawung Luna : ( Keluar menolong)
“ Eh, jangan! Bisa mati anak orang…… jangan lakukan tindakan criminal di sini!”
Mbok Rondo : “ Bagaimana anakku? Apakah mereka yang kamu cari…”
Panji : “ Bukan…Candra Kirana lebih cantik dari mereka. Saya nggak mau dengan mereka! Mukanya jelek-jelek gitu! Ada yang Menor pula!”
Tante menor : “ Heh! Nyindir lo ya!!?”
Klinting Merah : “ Kayak mukamu cakep-cakepnya aja! Muka kayak dakocan gitu sok-sok mau cari wanita lebih cantik dari kami! Kami juga OGAH ma kamu! Mendingan juga sama Jaka.”
Panji : “ Eh, jangan ngeledek ya! Lo ‘kan belum tahu bagaimana muka gue kalau sudah berubah jadi keren!”
Klinting Biru : “ Iya juga, masih cakepan Jaka. Aku sama Jaka aja ah, daripada cape-cape kesini nggak dapet apa-apa. Mending sama jaka…”
Klinting Merah : “ Eh, kok kamu ikut-ikut sih! Yang duluan bilang mau sama Jaka ‘kan aku! Pokoknya aku yang sama Jaka!”
Klinting Biru : “ Ih, aku!”
Jaka : “ Waduuh, seumur-umur baru kali ini ada cewek-cewek cantik memperebutkan aku!”
Para Bidadari datang….
Nawung Luna : “ Bunda!? Kakak-kakakku?? Huhuhu….Luna kangen!!”
Ibu peri : “ Oh, anakku…”
( Merangkul Luna)
Ajeng : ‘ keongnya mana? Keong! Cepet…10 menit lagi jam 12!!!!”
Nawung Wulan : ( Mengeluarkan keong)
“ Panjinya mana?”
Panji : “ Saya panji…kalian kenapa bisa ada di sini…Kirana mana?”
Ajeng : “ Hah!!? Jadi ini yang namanya Panji!? Oh my god! Apanya yang cakep!? Mata Kirana sudah buta ya!??”
Nawung maya : ( Menyumbat mulut Ajeng)
‘ diem bawel!”
Nawung wulan : ‘ Panji, Kirana sudah menjadi keong. Dan untuk menjadikannya manusia, dia harus mendengar kata bahwa kamu cinta padanya. Ayo, katakanlah padanya. Karena kalau kamu tidak mengatakannya hingga jam 12 nanti, dia akan menjadi keong selamanya!”
Nawung Maya : “ Jangan diem aja! Cepat bilang! 5 menit lagi nih mau jam 12! Kamu mau Kirana jadi keong selamanya!!?”
Panji : ( Ragu-ragu)
“ Ah, masa sih keong ini Kirana? Nggak percaya! Kalian pasti nipu aku ‘kan? Aku tahu kalian tidak merestui hubunganku dengan Kirana! Tapi jangan ngerjain aku dong. Nggak mungkin Kirana menjadi keong! Aku nggak mau ah…ngapain bilang cinta sama Keong? Cintaku Cuma untuk dinda!”
Nawung Maya : “ 10 detik lagi!!!! 10….9…8….7….6………5…….4…..3…2….1……”
Ibu Peri : ( Nangis)
“ Kirana!!!!!!”
Nawung Luna : “ kakak Kirana!!!!”
( menangis sejadi-jadinya)
Ajeng : ( Membentak Panji)
“ Ini semua gara-gara kamu! Dasar cowok nggak tahu diri! Gara-gara kamu Kirana jadi keong selamanya!”
Panji : “ Jadi dia beneran Kirana? Kalian gak membohongi aku?”
Nawung Maya : “ Ya nggaklah. Buat apa bohongin kamu. Kamu baca nih mantra. Kirana sudah membaca mantra itu yang membuat dia jadi keong. Kalau lebih dari 3 hari dia nggak mendengar kata cinta dari mulutmu, dia akan menjadi keong selamanya! Dan sekarang sudah lewat 3 hari!”
Panji : “ Jadi……jadi Kirana……Kirana….Oh…Dinda maafkan Kanda…..Ibu peri, kasih tahu saya bagaimana caranya agar dapat mengembalikan Kirana?”
Ibu Peri : “ Tidak ada caranya. . . .ya sudahlah, mungkin sudah takdirnya Kirana menjadi keong. Ini juga kesalahan bunda……kami akan membawa keong ini ke khayangan. Ayo anak-anak mari kita pulang.”
Jaka ; “ HaH? Nawung Luna juga mau ikut pulang…?”
Nawung Luna : “ Iya, jaka…aku juga mau pulang. Karena selendangku sudah aku temukan…..makasih ya sudah mengembalikan selendangku….”
Jaka : “ Kamu jangan pulang. Tetaplah di sini, menikahlah denganku….aku mencintaimu sejak pertama melihatmu di sungai……”
Nawung Luna : “ maaf Jaka…aku harus pulang. Dan aku juga sama sekali nggak mencintaimu…”
( Mau pergi)
Jaka : “ Tolonglah jangan pulang!”
( Memegang selendang Luna)
Galuh Ajeng : “ Ih, pemaksa banget sih lo! Lepaskan selendang ade gue! Dia ‘kan sudah bilang nggak mau sama kamu! Lagian nyadar dong, muka kamu seperti apa? Kok berani sekali jatuh cinta sama Bidadari! Ngaca dong, ngaca….”
Terjadi tarik-tarikan antara Jaka dan Ajeng dalam memperebutkan Luna.
Ajeng : ( Merampas buku Maya)
“ May, jangan baca buku aja dong. Bantu nih, bantu! Ni orang keras kepala tau gak!”
Nawung Maya : ( Ikut membantu)
Nawung luna : “ Huhuhu….aku jangan ditarik-tarik dong! Saakiiiiit!!! STOOOP! Kamu juga Jaka, aku pokoknya nggak mau sama kamu.”
Jaka : “ Tapi aku sayang ma kamu.”
Nawung Luna : “ Emang gue pikirin!?”
Ajeng : “ Denger tuh, Emang gue pikirin!!!”
Jaka : “ Oke! Silahkan pergi! Aku juga nggak butuh kamu para Bidadari gila! Bidadari jelek! Masih banyak yang lebih cantik daripada kalian!!”
( Marah)
Para Bidadari tetap pergi tanpa memedulikan Jaka. Jaka terlihat sangat sedih. Panji dan mbok rondo berusaha menghibur.
Klinting Merah : “ Udahlah! Cuma gitu aja sedihnya seperti mau mati! Masih banyak gadis cantik di desa ini. Nih contohnya, , kalian sama aku saja! Aku ‘kan nggak kalah cantik ama bidadari tadi!”
Jaka dan Panji : “ Iya juga ya!!!”
( Mendekati Klinting Biru)
“ Kalau gitu kamu sama aku ya!”
Klinting Merah : ( mencak-mencak)
“ Lho!Lho!lho! Kok ke situ sih! kesini tau!”
( Menarik Jaka dan Panji)
Jaka : “ Yee…aku maunya sama klinting biru.”
Panji : ‘ Lho, kok sama? Kamu sama Merah aja, biar Biru ma aku!”
Jaka : “ Nggak bisa gitu dong! Kamu ‘kan cintanya ma Kirana. Nggak boleh selingkuh dong….”
Panji : “ kamu sendiri? Kamu ‘kan cintanya Ma Nawung luna!? Kok cepet betul berpindahnya….”
Jaka : “ Terserah aku dong. Pokoknya sekarang aku maunya sama Klinting biru.”
Panji : “ Gak bisa ya!”
Klinting Merah : ( Ribut sendiri)
“ Eh!!Eh!! Kenapa jadi memperebutkan Biru!? Harusnya ‘kan aku!! Mama…kok mereka lebih milih Biru sih!!?”
( merengek-rengek)
Tante Menor : “ Itu berarti dia lebih cantik dari kamu! Hehe…memang biru kayak Mama, cantik!”
Sementara klinting Merah ngomel-ngomel, Biru diperebutkan oleh Jaka dan panji.
k. Biru : “ Berhenti!Berhenti, henti, ti,ti!!!!’
( Melepaskan keduatangannya yang ditarik-tarik)
“ sakit tau! Memangnya kalian pikir aku boneka apa ditarik-tarik!? Dan kamu panji, kamu ‘kan sudah tahu dari awal, kalau aku tuh milih Jaka daripada kamu!”
Jaka : “ Yeah!!”
( Kegirangan)
K. Biru : “ Aku nggak bakalan mau sama muka Dakocan kayak kamu.”
Panji ; “ Tapi mukaku lebih ganteng dari dia yang aslinya…”
K. Biru : “ Ga percaya! Bye!!!”
( Bersama Jaka pergi keluar)
K. merah ; “ Makanya ‘kan ku bilang, pilih aku!! Sekarang tahu sendiri ‘kan? Adekku ga mau sama kamu!”
Panji : “ Oh, kalau gitu aku sama kamu aja ya….kamu nggak bakalan nolak aku ‘kan?”
K. Merah ; “ Ih, enak aja! Tadi aku mau sama kamu, kamunya lebih milih klinting Biru. Sekarang aja, baru deh mau sama aku. Memang aku cewek apaan!!?”
Panji : “ Ya…ayolah……kalau kamu jadi kekasihku, aku akan turutin semua kemauanmu.”
K. Mera h : “ Ehy, mw coba ngerayu ya!!? Gak bisa-gak bisa. Kamu tuh ketahuan banget bukan cowok setia! Tadi katanya cinta sama Kirana, trus Klinting Biru. Sekarang sama aku! Ntar siapa lagi?? Mama aku!??atau cewek-cewek lain!? Nggak lah yau!”
Klinting merah dan tante menor pergi dari rumah Mbok Rondo.
Panji : “ Ah! Lagi-lagi di tolak! Kenapa sih dari awal cintaku selalu saja kandas di tengah jalan!? Sebel! Sama Bidadari gagal, sama gadis juga gaga!“
Panji : “ Kalau begini, apakah lebih baik aku sama janda aja? Oh, ya!! Sama Tante Menor aja!! Tante MEnoRrRR………..”
( Mengejar tante menor)
END
PESAN : Setiap manusia mempunyai hak asasi. Dia berhak menentukan apa yang dia inginkan. Oleh karena itu, kita tidak boleh memaksakan kehendak pada orang lain, karena itu akan dapat berakibat fatal pada diri kita dan diri orang lain.

Naskah "Buku Harian Cecill"

Diposting oleh Eka Suzanna di 23.08 0 komentar
Teater :
Keajaiban Buku Harian Cecillia
Cerita Oleh : Eka Bhakti
TOKOH :
- CECILLIA
- VERONICA
- VANIA
- NEO
- IBU
- MISS. BLACKY
ADEGAN 1
Di Desa Bakung, hiduplah sebuah keluarga yang hanya terdiri dari Ibu dengan dua anaknya, Cecillia dan Veronica. Meskipun bersaudara, tapi mereka berdua memiliki wajah dan watak yang jauh berbeda. Cecillia berusia 17 tahun, manis dan cerdas. Dan Veronika adiknya, berusia 16 tahun. Memiliki wajah yang sangat cantik melebihi Cecillia. Hal itulah yang menimbulkan perasaan iri pada Cecillia.
Sore ini, Cecillia, Veronika, dan Vania belajar bersama.
Veronika : “ Kak, ajarkan Vero Fisika dong. Nggak ngerti nih,,”
Cecillia : “ Ih, kamu belajar sendiri ‘kan bisa! Aku lagi sibuk nih nulis skripsi!”
Neo : “ Hey, kok pada bertengkar sih,, ada apa Vero? Kalau ada kesulitan tanya aku saja.”
Veronika : “ Eh, Neo. Kebetulan kamu datang. Aku nggak ngerti nih,,tapi Kak Cecillia nggak mau mengajarin aku.”
Neo : “ Oh, kalau Cuma kayak gini sih aku ngerti. Lebih baik aku jelasinnya di taman saja, supaya suasana agak adem.”
Neo dan Veronika pergi ke taman. Hal itu membuat Cecillia cemberut.
Vania : “ Aku rasa, semakin hari mereka tambah dekat ya? Sepertinya mereka serasi deh,, kenapa nggak pacaran saja?”
Cecillia : “ Ih, Vania! Kamu ‘kan tahu kalau aku suka sama Neo. Kamu berani sekali bicara begitu di depanku. Huh,! Veronika itu juga, kijil amat sih jadi cewek! Pake ngejelek-jelekin aku di depan Neo lagi!”
Vania : “ Oooh, sory aku lupa kalau di sini ada yang jealous! Hihihi…”
Cecillia : “ Ah, memang kamu sengaja meledekku ‘kan? Nyebelin banget!”
( Melempar buku tulisnya dan berjalan keluar rumah dengan kesal)
Vanian : “ Oi, Cecillia…lo mau kemana?”
Adegan 2
Di taman, Neo dan Vania duduk berdua. Cecillia yang juga ada di taman bersembunyi.
Vero : “ Neo, sekarang tolong jelasin yang aku nggak ngerti dong.”
Neo : ( Mengambil buku yang dipegang Vero dan meletakkannya di bawah)
“ Sekarang bukan saatnya menjelaskan Fisika. Ada yang ingin aku bilang padamu.”
Vero : “ Apa?”
Neo : “ Sejak kecil aku menyukaimu. Aku pikir ini sudah saatnya aku bilang padamu. Aku sangat menyayangimu, Vero.”
Vero : “ Yang benar? Aku pikir kamu selama ini suka sama kak Cecillia, soalnya kalian dekat banget.”
Neo : “ Aku memang deket banget sama Cecil. Aku juga sayang sama dia, tapi nggak lebih hanya sebatas sebagai sahabat. Dia teman yang sangat baik. Tapi sayang aku ke kamu beda. Aku ingin kamu menjadi kekasihku.”
Vero : (salah tingkah)
“ Oh, begitu…berarti selama ini aku salah sangka sudah berpikir kalau kamu menyukai kak Cecil. Yach, aku juga menyayangimu Neo.
Neo : ( Memasangkan cincin di jari manis Vero)
“ Ini bukti tanda cinta kita.”
ADEGAN 3
Beberapa saat setelah Neo dan Vero meninggalkan taman, Cecillia keluar dari persembunyiannya.
Cecillia : “ Dasar ade kurang ajar! Padahal dia tahu kalau aku suka sama Neo. Tapi tega sekali dia merebut Neo dariku!! Neo juga, ternyata selama ini kedekatan kami hanya sebatas sahabat??Dan dia ternyata menyukai adeku!”
( Duduk di taman dengan wajah murung)
“ Aku tidak menyangka akan jadi begini. Padahal dari dulu kami bertiga adalah sahabat sejak kecil. Aku yang paling dekat dengan Neo dibandingkan Vero. Tapi ternyata, semua terjadi tidak sesuai dengan yang aku pikirkan. Apa sih yang disukai Neo dari Vero? Oh…ya, aku tahu. Vero itu cantik, sangat cantik. Cowok mana sih yang tidak menyukainya. “
( mendengus kesal)
“ Padahal kami bersaudara, tapi kenapa Tuhan memberikan kami wajah yang jauh berbeda? Aku dan dia tidak ada miripnya! Aku kesal!!!!Tuhan, aku ingin bahagia walau hanya sedikit! Aku ingin BAHAGIAAA!!!!”
Miss Blacky : “ Kamu ingin bahagia?”
Cecillia : “ Loh, kamu siapa?”
Miss Blacky : “ Aku Miss Blacky penjual toko kelontong antik itu.”
( Menunjuk sebuah toko kecil di dekat taman)
“ Kalau kamu mau bahagia, silahkan belanja di tokoku. Tokoku menjual barang-barang antic yang dapat membuat orang bahagia.”
Cecillia berjalan mengikuti Miss Blacky, menghampiri tokonya.
Cecillia : “ Ini parfum apa?”
Miss Blacky : “ Bila kamu memakai parfum ini, harumnya akan bertahan selama seminggu.”
Cecillia : “ Ini cermin untuk apa?”
Miss Blacky : “ Kamu bisa bertanya apa saja pada cermin ini. Dia akan menjawabnya dengan jujur.”
Cecillia : “ Tidak ada barang yang dapat membuatku bahagia.”
Miss Blacky : “ Belum tentu. Bagaimana kalau ini?”
( Mengangkat sebuah buku)
“ Ini adalah Diary. Apa saja yang kamu tulis di sini, akan menjadi kenyataan.”
Cecillia : “ Ah, nggak mungkin ada yang seperti itu!”
Miss Blacky : “ Coba sajalah. Harnganya murah, kok…hanya 10.000.”
Cecillia : “ Iya deh, sekedar iseng doang kok…”
ADEGAN 4
Di rumah, Vero masuk dengan riang.
Cecillia : (sinis)
“ Tumben kamu seriang ini? Apa yang terjadi?”
Vero : ( Gugup)
“ Ah, tidak. Cuma pengen gembira saja.”
Cecillia : “ Itu cincin dari siapa?”
Vero : “ Ah,,…a…i..ni..ini hadiah dari temanku di sekolah. “
Cecillia : “ Aku rasa kamu berkata bohong! Iya ‘kan? Jawab yang jujur!”
Vero : “ A…a..ku jujur kak…”
Cecillia : “ Bohong!”
Ibu : “ Eh, ada apa ini? Cecill, kenapa kamu marah-marah gitu sama ademu?”
Cecillia : “ Dia pembohong sih Ma. Nggak mau ngaku yang jujur…”
Ibu : “ Maksudnya berbohong apa?”
Vero : “ Kak Cecill tanya, cincin ini dari siapa…Vero bilang dari teman. Eh, dia nggak percaya dan malah marah.”
Ibu “ Kamu dengar ‘kan? Vero dikasih temannya,,jadi kamu jangan marah-marah lagi sama ademu. Kasihan Vero kalau dibentak-bentak. Ver, ayo kita masuk ke dalam.”
( pergi bersama Vero)
Cecillia : “ Dasar pembohong!! Aku kesal!”
( Mencoret-coret buku hariannya)
“ Hari ini aku kesal banget! Kenapa Neo dan Vero pacaran? Bahkan yang lebih sebel lagi, Vero sengaja merahasiakannya dariku!! Uh, tuhan tidak adil! Neo lebih sayang Vero daripada aku! Mama juga selalu membelanya! Coba aku dan Vero tukaran saja! Biar aku jadi Vero dan dia jadi aku! Biar tahu bagaimana rasanya menjadi diriku, dan aku akan sangat bahagia menjadi dirinya!!”
( badannya bergetar hebat)
“ AAAA…AAAA!! Kenapa ini, badanku!! AAAA…AAA….AAA!!!”
Vania : “ Loh, Cecill, kamu kenapa?”
Cecillia : “ Loh, kenapa aku bisa begini?”
( Meraba wajahnya)
“ Ini ‘kan wajah Kak Cecil? Kenapa aku bisa ada dibadan Kak Cecil? Apa yang terjadi?”
Vania : “ Cecil, kamu kenapa sih?”
Cecillia : “ Kak Vania, aku ini Vero bukan Cecil! Aku juga nggak tahu kenapa bisa ada di badan kak Cecil?”
Vania : “ Kamu jangan bercanda deh, cecil!”
Cecilia : “ Aku nggak bercanda! Aku ini Vero!”
Ibu datang bersama Vero
Ibu : “ Ada apa ribut-ribut?”
Vania : “ Nggak tahu nih, tante. Waktu saya masuk, saya lihat Cecil teriak-teriak gitu. Eh, setelah normal…dia malah ngaku-ngaku kalau dia Vero.”
Cecil : “ Aku benaran Vero, ma……Kak Cecilia, kembalikan tubuhku!”
Vero : “ Ih, kak Cecil ngomong apa sih? Ini ‘kan tubuhku, masa kakak mau ambil?”
Cecillia : “ Aku bukan Cecil, aku Vero! Kembalikan tubuhku!”
Vero : “ Vero itu aku, kak…kakak jangan mengada-ngada deh.”
Ibu : “ Sepertinya Cecillia sudah mulai stress. Coba kita periksa ke dokter. Mungkin ada sesuatu pada dirinya…”
Vania dan Ibu menuntun Cecil yang terus meronta.
Cecil : ( Teriak)
“ Aku Vero, Ma!! Aku nggak STRES!!!”
ADEGAN 5
Vero : “ hahaha….aku senang sekali. Aku Cecillia telah berhasil menjadi Vero yang cantik. Ternyata buku harian ini ajaib juga! Sekarang aku bisa dekat dengan Neo kapanpun aku mau!”
( Mengamati buku itu dengan senang)
Neo datang dengan membawa amplop.
Neo : “ Ver, tadi gue lihat Cecillia dibawa sama tante. Kenapa dia teriak-teriak gitu? Apakah yang dibilang Vania benar, kalau Cecil sudah gila?”
Vero : “ Iya, kak Cecillia sudah gila. Masa dia mengaku kalau dia itu aku? Gila ‘kan? Kayaknya dia sudah stress dan harus dibawa ke psikiater deh. Kasihan banget dia…”
Neo : ( Menatap Vero dengan cemas)
“ Ver, kamu inget nggak waktu kita periksa kesehatanmu kemarin?”
Vero : ( Bingung)
“ Hah, kapan?”
Neo : “ Duh, masa kamu lupa. Kemarin kita ‘kan periksa kesehatanmu. Gara-gara kamu selalu mengeluh sering sakit kepala dan memuntahkan darah.”
Vero : ( Kaget)
“ Memuntahkan darah? Masa Vero punya penyakit sih? Eh, maksudku, masa aku punya penyakit?”
Neo : ( mengangguk pelan)
“ Iya, ini hasil tes darahnya.”
Vero : ( membaca isi amlop)
“ hah? Vero ngidap leukemia?”
Neo : “ Iya, Ver…kamu ternyata kena kanker darah…”
Vero : ( Gemetaran)
“ Bagaimama ini? Aku sudah memakai raga Vero. Berarti yang akan meninggal karena penyakit ini adalah aku, dong? Tidak….aku belum mau mati!!!”
Neo : “ Ver, kamu ngomong apa? Maksudmu apa sih? Aku nggak ngerti.”
Vero : “ Aku bukan Vero, neo! Aku Cecil!! Vero, kembalikan tubuhku!! Aku tidak mau mati!! Kembalikan tubuhku!!!”
Neo : “ Kamu jangan ikutan stress kayak Cecil dong, Ver. Apa kamu syok gara-gara mendengar kabar buruk ini?”
Vero : “ Aku nggak gila! Aku beneran Cecil. Yang ada di rumah sakit sekarang adalah Vero! Dia memakai tubuhku dan aku memakai tubuhnya! Neo, tolong aku. Aku belum mau mati!!”
Neo : “ Sepertinya kamu syok, Ver. Aku panggil tante dulu…agar kamu dibawa ke rumah sakit!”
( Keluar)
Vero : “ Neo! Aku berkata benar! Aku ini Cecil!!!”
( Sesak napas)
“ Hhhh….ugh!! Aaaa!! Hhheehhh, uhk!uhk!! Ugh! Arrgghh!! Sakit!!!Hosh…hosh….hufh! Ugh…uhk!uhk!”
( Memegangi dadanya dan jatuh tak bernyawa)
BRUK!
Miss Blacky : ( Muncul dan mengambil buku harian Cecillia dan membacanya sekilas)
“ Kasihan sekali kamu, cecillia…. Kamu harus menanggung derita yang seharusnya dialami oleh ade mu. Tapi, ini semua ‘kan emang keinginanmu. Akibat sifatmu yang selalu sirik dan merasa tidak sempurna, kamu ingin menjadi orang lain. Padahal di dunia ini tidak ada makhluk yang sempurna. Begitu juga ademu, secantik-cantiknya dia, tetap saja dia tidak sempurna. Seharusnya kamu bersyukur dan menerima semua yang ada pada dirimu. Sekarang semuanya sudah terlambat. Kamu harus menggantikan Vero untuk menghadap ke yang di atas. Semoga kamu bahagia dengan hal ini, Cecillia……”
ADEGAN 6
Ibu, Neo, dan Vania masuk ke dalam sambil menuntun Cecillia yang masih teriak-teriak
Neo : “ Vero!”
( Kaget melihat Vero terkapar di lantai)
Ibu : “ Sayang…”
( memeluk Vero)
“ Jangan tinggalkan Mama, Vero! Vero…”
( Tersedu-sedu)
Vania dan Neo ikut syok dan menangis
Vania : “ Vero!! Kenapa ini harus terjadi, Neo…Cecillia stress gini, adenya pun meninggal…”
Neo : ( Menenangkan Vania)
“ Sudahlah, mungkin ini takdir…”
Cecillia : ( Kaget melihat Vero)
“ Kak Cecil!! Kak Ceccilia meninggal!!? Tidak!! Pasti karena penyakit itu!!! Tuhan, kembalikan kak Cecillia! Aku rela selamanya memakai tubuh kak Cecillia, asal jangan kau ambil kakakku!! Kak cecil! Jangan pergi!!!”
( Memeluk tubuh Vero)
Ibu : “ Sayang, kamu masih menganggap dirimu adalah vero? Ingat sayang, kamu adalah Cecillia, vero sudah meninggal. Sadarlah, sayang…”
Cecillia : “ Nggak, Ma! Vero masih hidup ini Vero!! Gara-gara Vero, Kak Cecillia meninggal! Padahal harusnya aku yang meninggal!”
( Mengambil pisau di atas meja)
“ Daripada aku hidup dengan keadaan seperti ini, dan merasa berdosa pada kak Cecil, lebih baik aku juga pergi sama Kak cecil!!”
Semua yang ada di ruangan itu menjerit menyaksikan Cecillia menusuk perutnya dengan pisau dan terkapar begitu saja.
Ibu : “ Cecillia!!!!”
Miss Blacky : “ Sungguh keluarga yang penuh derita.”
TAMAT

Drama jelek

Diposting oleh Eka Suzanna di 23.04 0 komentar
DRAMA :
BANYAK BERTANYA SESAT DI JALAN
Setting : Menggambarkan keadaan kelas
ADEGAN I
SMP Gilabong terkenal sekolah yang paling berisik dan heboh. Tapi terkenal juga prestasinya. Mereka secara akademik cukup cerdas. Buktinya saat ini mereka sedang belajar Bahasa Indonesia. Dalam sekejap mereka paham dengan pribahasa-pribahasa yang terdapat dalam kosakata Bahasa Indonesia.
Eka melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Di sana dia menghampiri Dede dan Vina yang sedang sibuk menulis sesuatu di atas meja.
Eka : “ Woi, pada ngapain nih? Tumben banget pagi-pagi udah kumpul di sini kayak burung wallet.”
Dede : “ Jangan sok santai deh. Memang kamu sudah kerjakan PR Bahasa Indonesia?”
Eka : “ Ya iyalah. Aku ‘kan anak cinta bahasa. Kenapa? Pada mau nyontek?”
Dede dan Vina mengangguk. Tanpa syarat apapun, dengan gampang mereka menerima buku tugas Eka. Eka memang baek kalo soal kasih contekan.
Dede : “ Thank you so much, Eka…You really is the best!!!”
Vina : “ Iya, aku juga thank you loh.”
Eka : “ Ya iyalah. Aku semalaman cari buku pribahasa Cuma mau kerjain tugas itu loh. Aku sampe bertengkar sama ayah aku Cuma karena masalah ini.”
Dede : ( Melongo)
“ Kok, bisa?”
Eka : “ Ayah aku ngomel gitu karena aku minta antar beli buku. Tapi tetap diantar sih. Cuma aku di tinggal sebentar. Katanya bentar di jemput lagi. Nggak tahunya sampe 2 jam aku nunggu. Bagaimana aku nggak kesal? Setelah itu aku bertengkar lagi deh dengan ayahku.”
Vina : “ Memang kenapa kamu dijemput lama?”
Eka : “ Biasalah, karena keponakannya si Betto. Betto merengek minta di antarin ke dokter. Ayahku bersedia ngantar. Bagaimana aku nggak kesal? Aku aja Cuma minta antar ke toko buku, pake diomelin dulu. Giliran Betto, tanpa comment langsung tancap. Memang dasarnya Anak dipangku dilepaskan, beruk dirimba disusulkan.”
( Rutuk Eka kesal)
Dede : “ Maksud kamu?”
Eka : “ Yeee itu pribahasa. Artinya Anak sendiri disia-siakan, anak orang lain diperhatikan. Kalian sekolah udah berapa tahun sih? Pribahasa gitu aja nggak tahu.”
Vina : “ Ini apaan, Ka?”
Eka menatap apa yang di tunjuk oleh Vina pada tugas PR dibukunya.
Eka : “Oh, itu Banyak Bertanya Sesat Dijalan.”
Vina : ( Heran)
“ Nggak salah, Ka? Kalau aku nggak salah ingat, kayaknya pribahasa yang benar itu Malu Bertanya Sesat di Jalan…?”
Eka : ( Mengangguk)
“ Memang. Itu dia yang mau aku bicarakan. Aku tidak setuju dengan pribahasa tersebut.Aku protes.”
Vina dan Dede bengong mendengar tutur kata Eka.
ADEGAN II
Dedy dan Dony berbarengan masuk ke kelas tepat bel berbunyi.
Dedy : “ Oi, cewek…pada ngapain kumpul? Bicarain aku ya…aduh, susah juga jadi orang cakep.”
( Mengusap dagunya dengan PD)
Vina : “ Cakep darimana? Cakep dari Hongkong? Kalo diliat dari Monas sih iya.”
( Mencibir)
Eka menyodorkan buku PRnya ke depan muka Dedy.
Dedy : “ Maksud kamu?”
Eka : “ Nggak ada sih, Cuma sedia payung sebelum hujan.”
Dede : “ Kau sudah PR?”
Dedy : “ Mati aku. Belum,…liat dong, Ka…”
Eka : “ Sudah ku duga dari awal.”
( Melengos)
Dony : “ Hari gini, nyontek? Cape, deh…..”
Semua menatap Dony.
Dony : “ Tapi boleh ikutan nggak?”
Permintaan Dony membuat semua menatapnya kesal. Kirain Dony sudah jadi anak alim yang anti nyontek. Nggak taunya….
ADEGAN III
Ibu guru, yaitu Ibu Ranty menatap pekerjaan Eka yang sudah dikumpulkan. Lalu dia sesekali menatap Eka yang sibuk ngerumpi dengan Vina dan Dede.
Vina : “ Oi, Don…hari ini elo bawa buah apa?”
Mereka sudah hapal kebiasaan Donny yang selalu bawa buah beraneka macam setiap hari.
Donny : “ Bawa ketapi.”
Dede : “ Apaan tuh?”
Tidak hanya Dede yang heran mendengar nama buah yang asing di telinga mereka. Hanya Eka yang pernah dengar nama itu, tapi belom pernah makan sedikit pun.
Dony : “ Mau rasa?”
( Membagikan masing-masing 1 buah)
Dede : Bagaimana cara makannya?”
Donny : ( Sempat garuk-garuk kepala)
“ Aku juga nggak tahu.”
Eka : “ Yeee, dasar aneh kau.”
Dedy : “ Kalian jadi anak Indonesia sejak kapan sih? Makan buah ketapi aja nggak tau. Liat nih aku.”
( Membanggakan diri sendiri)
Eka : “ Kata pribahasa Islam, orang macam kamu itu namanya Takabur!!!”
Dedy : “ Kau juga aneh. Dari tadi yang keluar dari mulutmu Pribahasa mulu. Cape dengarnya.”
Dede : “ Bagaimana cara makannya, Ded?”
Eka : “ De, jangan deh tanya sama orang kayak Dedy kalo mau ke jalan yang lurus.”
Dedy : “ Kau sirik aja. Terserah Dede, dong….”
Dede : “ Memang kenapa kalo aku nanya Dedy? Dia ‘kan tahu soal kecapi. Kau yang hobby berpribahasa juga pasti tahu ‘kan,..Malu Bertanya Sesat Di jalan. Dan aku nggak mau tersesat, makanya aku mau bertanya pada Dedy.”
Eka : “ Menurut aku pribahasa itu salah total. Kayaknya malah kebalikannya deh…”
Dedy : “ Sudahlah,…De…makan ketapi itu, gigit dulu yang putih-putihnya itu.”
Vina : “ Kulitnya nggak di kupas?”
Dedy : “ Ya ellah. Ngapain? Nggak usah. Aih, ngakunya anak Indonesia.”
Semua pun langsung mengikuti anjuran Dedy. Hanya Eka yang masih sanksi hingga pada akhirnya hanya menimang-nimang buah tersebut.
Dedy : “ Bagaimana? Enak ‘kan?”
Dede : “ Pueeh…asam….”
( Meludahkan yang di mulutnya)
Dedy : “ Yee..dasar. Kalo anak Indonesia pasti bilang enak. Kalo menurutmu, Vin?”
Walaupun sempat terlihat raut muka Vina yang agak kecut, dia langsung tersenyum.
Vina : “ Enak kok. Enak banget. Dasar Dede aja nggak tau lidahnya anak Indonesia.Yach, meskipun dagingnya rada keras tapi tetap enak. Enak begini kok,……”
Dede : “ Masa sih enak? Asam gitu…”
( Bergidik)
Ibu : “ Kalian sedang makan apa?”
Donny : “ Silahkan, Bu…”
( Menyodorkan sebiji ketapi)
Ibu : ( Menatap Vina)
“ kamu makannya salah, Vin…Ketapi itu di kupas dulu dong kulitnya. Masa kamu makan sama kulitnya sih….”
Vina : ( Bengong)
“ Pantesan keras. Ternyata ini kulitnya toh…”
Eka : ( Cekikikan)
“ Hi..hi…hi…gitu tuh yang namanya anak Indonesia berlidah Indonesia? Kulit kok di makan? Kapan Sejarahnya?”
Vina : ( Cemberut)
“ Yeee…jangan salahkan aku dong. Ini ‘kan anjuran Dedy.”
Eka : “ Hi..hi…hi…Dedy di turutin. Kalo mau ke jalan sesat sih nggak apa-apa.”
Ibu : Ngomong-ngomong nih, Ka….ada yang mau Ibu tanya. Tugas kamu sudah betul semua. Tapi kenapa ada yang kamu tulis, Banyak Bertanya Sesat Di jalan? Apa kamu salah tulis?”
Eka : ( Menggeleng)
“ Saya memang nulis begitu. Habis saya mau protes, Bu…Pribahasanya salah total. Mana ada Malu Bertanya Sesat Di jalan. Ada juga, Banyak Bertanya Sesat Di jalan.”
Semua yang mendengarnya mengkerut heran.
Ibu : “ Kenapa begitu?”
Eka : “ Survei sudah membuktikan. Kita lihat sendiri, betapa tersesatnya Vina saat dia melontarkan banyak pertanyaan ke Dedy.”
Ujar Eka sekalem mungkin membuat yang lain tambah bengong.
Eka : “ Jadi, Pribahasanya salah! Yang bener adalah Banyak Bertanya Sesat Di jalan.”
END

Naskah berjudul "MAAF"

Diposting oleh Eka Suzanna di 22.59 0 komentar
TEATER :
MAAF
Cerita Oleh : IFA
ADEGAN 1
Semua siswa mengucapkan selamat ulang tahun pada Reren yang lagi ulang tahun ke-16. Ada yang minta traktirlah, dan Reren hanya menyambut lelucon itu dengan senyuman.
Siswa 1 : “ Selamat ulangtahun, Ren.”
Siswa 2 : “Selamat yaa….”
Reren sepertinya mencari sesuatu, ternyata dia sedang mencari seseorang
Reren : “Mana sih Rina?Dia gak tahu apa kalau sahabatnya lagi ulangtahun?”
Tiba-Tiba Rina berkata dari belakang Reren
Rina : “Gak mungkinlah aku lupa, kita ‘kan sahabatan. Selamat ulangtahun yaa, Ren.”
Reren : “Rina, makasih ya…”
Mereka berdua lalu berpelukan
Rina : “Ada sesuatu buat kamu. Mungkin hadiah ini nggak terlalu berarti apa-apa buat kamu, tapi buat aku berarti banget kalau kamu bisa menerimanya.”
Reren : “Ih, terlalu didramatisir dech, iya..makasih ya…”
Rina : “Aku minta maaf baru bisa ngasih kado buat kamu sekarang, kamu tahu ‘kan keuangan keluargaku kayak apa.”
Reren : “Iya, aku ngerti kok dan memang seharusnya kamu nggak usah repot-repot ngasih aku kado. Kamu jadi sahabat aku untuk selamanya saja aku sudah senang kok.”
Rina : “He…he…he…”
Reren : “Aku buka ya kadonya”
Rina : “Boleh.”
Setelah melihat isi kado itu, muka Reren berubah. Kayaknya dia nggak suka sama kado pemberian Rina.
Rina : “Kenapa, Ren? Jelek ya?”
Reren : ( Menggeleng dan berusaha tersenyum)
“Eh, nggak kok. Bagus…”
Tiba-tiba bel berdering sebanyak tiga kali. Berarti tandanya pulangan sekolah
Reren : “Lho, kok belnya berbunyi tiga kali sih?”
Rina : “Iya, berarti kita pulangan dong..”
Semua murid : “Yeeee!!Pulangan!”
Reren : “ Hei, fren….kok pulangnya cepet sih? ‘Kan belum waktunya.”
Siswa : “ Iya. Kayaknya guru-guru rapat deh…”
Seluruh murid pun pulang
ADEGAN II
Di kamar Reren
Reren : (Beristirahat)
“ Huueh…capek!”
Dari luar kamar terdengar suara Mama memanggil
Mama : “ Ren, makan dulu nak…”
Reren : “ Iya ma, sebentar…”
( Mengambil kado pemberian Rina dan mencoba kaos tersebut)
“ Duuh, ini kado sebaiknya diapakan ya? Kalau Cuma disimpan, ntar Rina nanya lagi kenapa nggak pernah dipake? Habisnya aku nggak suka ini kaos.”
Vivi : ( Masuk ke kamar Reren)
“ Mbak Reren…”
Reren : “ Hi….Ada apa nih ke sini? Tumben…”
Vivi : “ Selamet ulang tahun ya, Mbak…”
Reren : “ Ou….makasih ya..”
Vivi : “ Lagi ngapain, Mbak?”
Reren : “ Ini lagi nyobain baju dari teman aku, tapi aku nggak terlalu suka. Hm,kamu mau?”
Vivi : “ E..e..e…iya deh.”
Reren : “ Bagus deh kalau begitu. Jadi aku punya alasan kenapa nggak memakainya.”
Vivi : “ Kalau gitu aku pulang dulu ya, mbak…Selamat siang.”
Reren : “ Iya,hati-hati loh…”
Setelah kepergian Vivi, Reren tersenyum lega
Reren : “ Akhirnya ada juga alasan aku untuk Rina, kenapa aku nggak makai kaosnya.Laper nih, makan dulu ah….”
( Keluar kamar)
ADEGAN III
Reren : “ Ada pegawai baru yaa di kantinnya Bu Mira, cakep lagi Rin. Sama kamu saja.”
Rina : “ Kamu nih Ren, ada-ada saja…”
Reren : “ O, iya….kemarin ‘kan ada sepupuku datang, si Vivi itu loh. Biasalah minta traktir ulang tahun,karena aku lagi bokek ya nggak jadi deh. Trus dia ngeliat kaos yang kamu kasih kemarin dan dia pengen, ya terpaksa deh aku kasih ke dia. Soalnya dia jarang banget beli-beli baju. Kamu nggak marah kan?”
Rina : ( Tersenyum tulus)
“ Nggak apa-apa kok.”
Tiba-tiba Yeni memanggil Rina
Yenni : “ Rin, tunggu!”
Rina : “ Ya ada apa, Yen?”
Yeni : “ Nanti pulang sekolah temanin aku ke toko buku yach….”
Rina : “ Iya…”
Yeni : “ Ya sudah deh, kalau gitu aku tunggu di depan sekolah ya kalau pulangan nanti.”
Rina : “ Iya’.”
Reren : “ Yach, kita nggak pulang bareng dong…Tapi nggak apa-apa deh. Ayo, ntar lagi jam istirahat habis nih…”
ADEGAN 4
Setelah menemani Yeni berbelanja di toko buku, Rina dan Yeni hendak pulang tapi….
Rina : “ Banyak banget sih yang dibeli.”
Yeni : “ Iya, ini pesanan kakakku sama Ayahku. Eh, Rin…kamu mau minum nggak? Aku belikan minum dulu yaaa.”
Rina : “ Nggak usah repot-repot, Yen.”
Yeni : “ Nggak apa-apa. Tunggu sebentar ya…”
( Meninggalkan Rina)
Selain rina, di tempat itu ada beberapa anak lagi yang sedang berbincang-bincang
Jeje : “ Aduh…..bisa gosong nih kulit eke! Mana sih Vivi?”
Nunu : “ Iya, lama banget sih dia. Katanya mau janjian di sini….”
Vivi : ( Baru datang)
“ Hey fren…sorry ya lama. Yuk, cabut.”
Jeje : “ Eits tunggu dulu. Kayaknya ada yang beda deh dari kamu.”
Vivi : “ Oh pasti ini baju. Ini kaos dikasih sama sepupuku. Karena nggak enak nolak, ya mau gimana lagi. Soalnya ortu dia tuh banyak bantu keuangan keluarga kami. Jadi biarpun kaosnya norak, ya aku terima saja deh.”
Nunu : “ Maksud kamu, sepupu kamu tuh si Reren?”
Mendengar nama Reren, Rina langsung menoleh kea rah mereka
Jeje : ‘”Jelek begini….gambarnya juga norak. Palingan ini merek bajakan juga.”
Nunu : “ Reren ‘kan orang kaya. Kok orang kaya beli kaos yang norak gini sih?”
Vivi : “ Hush! Katanya sih ini kado dari sahabatnya. Dia sengaja kasih kaos ini ke gue supaya punya alasan buat sahabatnya, kenapa dia nggak pernah pake kaos ini.”
Jeje : “ Ih, norak bener selera sahabat sepupumu itu.”
Vivi : “ Sudahlah, pergi yuk. Panas nih.”
Jeje, Nunu : ‘’ Dari tadi kek bilangnya.”
Saat melihat kejadian itu, hati Rina seakan teriris-iris, dia sakit hati atas perlakuan sahabatnya itu. Matanya seakan berkaca-kaca, tidak bisa menahan sakit hatinya itu.
Yeni : (Datang bawa minuman)
“ Nih, minumannya…”
Rina : “ Kita pulang saja yuk, Yen….”
Yeni : “ Loh, kamu kenapa?”
Rina : “ Nanti aku cerita…”
ADEGAN V
Reren : “ Rina, ke kantin yuk!”
Ketika di kelas, Reren mengajaknya ke kantin. Tapi Rina hanya diam karena masih sakit hati.
Reren : “ Rina…Rina…ke kenatin yuk. Ntar pelayan kantin yang cakep itu disambar orang lain loh….”
Rina : ( Tetap diam)
Reren : “ Rina, laper nih….”
Rina beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Reren yang tidak berhenti mengajaknya ke kantin
Reren : “ Ih, aneh….Rina kenapa sih? ‘Kan dia nggak lagi dapet…tapi kok jutek gitu?”
Reren bertanya pada Yenni yang lewat di depannya
Reren : “ Eh, Yen…kamu tahu nggak kenapa si Rina? Soalnya belakangan hari ini dia kelihatan aneh, dia nggak mau ngomong sama sekali padaku.”
Yenni : “Kado!”
Mendengar penjelasan Yenni yang singkat, padat tapi nggak jelas membuat reren bingung
Reren : “ Ada apa dengan kado?”
Yeni : “ Katanya, kamu nggak menghargai pemberiannya.”
Reren : “ Oh, kaos itu….”
Yeni : ( Memotong kata)
“ Jelek ‘kan!?”
Reren : ( Menggelengkan kepala)
“ Nggak, kaos itu diminta sepupuku.”
Yeni : “ Nggak, kamu bohong! Sepupumu nggak pernah meminta kaos itu, apalagi menyukainya…Dan kalian memang nggak suka sama kaos norak itu. Kaos pemberian Rina, iya ‘kan?”
Reren : “ Jadi, Rina tahu kalau…”
Yeni : “ Iya, secara tidak sengaja kemarin sepupumu lewat di depannya saat di toko buku.Dan dia sedang membicarakan kado itu dengan teman-temannya. Kado yang norak dan tidak menarik, …..begitu katanya. Kamu tahu, betapa sakit hatinya Rina setelah tau kamu membohonginya. Karena tidak setiap ulang tahun kamu dia dapat memberikan kado, dia rela menyisihkan uang dari uang jajannya yang pas-pasan untuk membelikanmu kado.”
Reren : “ Trus…trus, aku harus bagaimana?”
Yeni : ( Angkat bahu sambil berlalu)
“ Entahlah…”
Reren terdiam, dia menyesali perbuatannya itu. Dia bingung, bagaimana dia harus minta maaf terhadap sahabatnya itu. Diambilnya sebuah kertas dan dia menulis sesuatu dikertas itu. Dilipatnya kertas tersebut dan diletakkannya di atas meja Rina. Dia berharap Rina membaca surat itu dan mau memaafkan kesalahannya.
Rina masuk ke kelas, dia masuk sambil menundukkan kepala seolah-olah nggak mau melihat muka Reren, apalagi berpapasan dengannya.Ketika hendak duduk, rina melihat surat tersebut dan membacanya. Reren segera menghampiri rina dan menyodorkan tangannya sebagai tanda dia meminta maaf.
Reren : “ Maafkan aku. Aku mohon agar kamu mau memaafkanku.”
Rina : ( memandang tangan tersebut dan selanjutnya menatap wajah Reren sejenak, lalu tersenyum dan menyambut tangan Reren)
“ Iya, aku maafin kamu.”
Sekian


Tokoh-tokoh :
-->Reren
-->Rina
-->Mama Reren
-->Vivi
-->Yeni
-->Jeje
-->Nunu
-->Beberapa murid

Naskah Kartu Mati

Diposting oleh Eka Suzanna di 22.51 0 komentar
Teater :
Cerita Oleh : Eka Bhakti
KARTU MATI
ADEGAN 1
Seorang gadis duduk menyendiri di taman. Gadis itu sedang bermain sendiri dengan tumpukan kartu di tangannya.Seorang gadis bernama Rina muncul di taman dan merasa heran melihat gadis itu.
Rina : ( Menghampiri)
“ Hei, apakah kamu orang baru di sini?”
Jeni : ( Tersenyum)
“ Iya…kenalkan, namaku Jeni. Aku datang dari Belanda, tapi aku asli warga Indonesia. Aku nginap di rumah kontrakan yang ada di belakang taman ini.”
Rina : ( Duduk di sebelah Jeni)
“ Aku Rina. Boleh aku tahu apa yang kau pegang itu?”
( Menunjuk kartu-kartu yang dipegang Jeni)
Jeni : “ Kartu ini adalah kartu ramalan kuno yang diajarkan secara turun-temurun pada orang-orang tertentu di Belanda. Maksudnya orang-orang yang punya konsentrasi tinggi.”
( Memberikan setumpukan kartu itu pada Rina)
“ Sekarang coba pejamkan matamu dan kocoklah kartu itu.”
Rina : ( Menuruti perintah Jeni)
Jeni : “ Bayangkan seseorang yang ingin kau ramal hidupnya. Ucapkan namanya berkali-kali dalam hati, sambil kau kocok terus kartu tersebut.”
Tidak lama kemudian….
Jeni : “ Buka matamu.”
( Mengambil setumpukan kartu itu dari tangan Rina)
Jeni mengambil tiga buah kartu secara acak. Ada yang dari atas, tengah dan bawah. Dia menatap ketiga kartu itu bergantian dengan saksama.
Jeni : “ Kau lihat kartu pertama ini.”
( Menunjukkan sebuah kartu)
“ Ini adalah kartu yang kuambil dari tengah dan disebut kartu main. Di situ tergambar langit biru. Dan dua kartu lainnya yang kuambil dari atas dan bawah juga bergambar sama.”
( Memperlihatkan dua kartu lainnya)
“ Itu berarti, orang yang kau bayangkan tadi akan mendapat suatu kebahagiaan. Baik dalam hal karier, keuangan dan apapun.”
( Memandang Rina dengan penasaran)
“ Memangnya siapa yang kau bayangkan, kalau aku boleh tahu?”
Rina : ( Agak ragu menjawab)
“ Papaku…”
( Buru-buru berdiri untuk pamit)
“ Hm, aku pulang dulu ya. Sudah sore, nih…”
Jeni : ( Buru-buru menahan tangan Rina)
“ Tunggu.”
( Memberikan setumpukan kartu ramalan tersebut ke tangan Rina)
“ Anggap saja ini kenangan dariku. Besok aku akan kembali ke Belanda.”
Rina : “ Oh, iya. Thanks…”
( Buru-buru keluar dari taman sambil membawa kartu-kartu itu)
ADEGAN II
Rina masuk ke rumahnya dengan napas tersengal-sengal.
Rina : “ Cewek tadi agak serem juga. Masa dia bisa meramal sih? Nggak mungkin banget gitu loh!!”
( Meletakkan kartu-kartu itu begitu saja di atas meja)
Papa : ( Masuk ke rumah)
“ Papa pulang..”
Rina : ( Mencium tangan Papa)
“ Hai, pa…mau aku buatkan kopi?”
Papa : “ Oh, nggak usah. Mama mana? Papa ada kabar gembira nih…”
( Terlihat gembira)
“ Papa baru saja naik pangkat!”
Rina : (Kegirangan)
“ Yang benar, Pa?! Asyik dong!!..Ma! Mama !!”
( Heboh memanggil Mama)
Mama : ( Datang tergopoh-gopoh)
“ Duh, ada apa sih!? Kelihatannya heboh banget! Mama lagi goreng ikan, nih…”
Papa : “ Papa ada kabar gembira, Ma…tadi Papa baru saja di angkat jadi wakil Direktur perusahaan.”
Mama : “ Wah, yang benar Pa?Duh, Papa…selamat ya!!”
( Memeluk Papa dengan gembira)
“ Papa hebat deh!! Kalau begini, gajinya tambah naik dong. Kalau gajinya naik, kita bisa sering-sering makan ayam dan daging dong ya…nggak perlu makan Ikan mulu!”
Rina : ( Mengendus-ngendus)
“ Eh, Ma….BTW, ni bau gosong apaan ya?”
Mama : (Panik)
“ Oalla!! Mama lupa kalau lagi goreng ikan!! Yach, gosong deh!!”
( Lari ke dapur)
Papa : “ Ya ellah, Mama! Goreng ikan saja gosong. Gimana ntar goreng ayam?”
( Menyusul masuk ke dapur)
Rina : “ Ah, Mama. Ada-ada saja…..”
( Geleng-geleng kepala dan mengambil kartu-kartu di atas meja)
“ Tapi kalau dipikir, ramalan cewek tadi bener juga. Ternyata ini kartu ramalannya ajaib juga. Besok aku coba ramal teman-teman di kelas ah!”
ADEGAN III
Di kelas Rina mempromosikan kartu-kartu tersebut ke teman-temannya.
Lina : “ Coba, bagaimana ramalanmu mengenai cowokku, Roni?”
Rina : “ Kau tutup dulu matamu dan bayangkan Roni dalam hati. Sambil menyebut-nyebut namanya, kau kocok terus kartu-kartu itu.”
Lina : ( Menuruti perintah Rina)
Rina : “ Sekarang buka matamu.”
( Mengambil kartu-kartu itu dari tangan Lina dan mengambil tiga kartu secara acak)
“ Hm…bila aku lihat-lihat, Roni itu sedang berduka, sedih, dan kecewa. Yach, sejenis itulah…”
Tak lama kemudian, seorang teman mereka masuk ke kelas dengan heboh dan panik.
Riko : “ Gawat!!Gawat!!”
Lina : ( Kesal karena kaget)
“ Duh, Riko! Kamu kenapa sih? Kayak orang gila aja tahu gak?”
Riko : ( Mengatur napas)
“ Jangan kaget lo dengarnya ya…baru saja ada kabar, cowok lo, Roni, dengan temannya kecelakan!!”
Lina : ( Histeris)
“ Apa!? Bagaimana bisa kecelakaan?”
Riko : “ Mereka tabrakan dengan bus! Roni sih selamat, tapi temannya meninggal…”
Lina : ( Panik)
“ Trus, Roni bagaimana?”
Riko : “ Dia dirawat rumah sakit…”
Lina : ( Menarik Riko ke luar kelas dengan tergesa-gesa)
“ Antarin aku ke sana!!”
Rina yang ditinggal sendirian masih ternganga tak percaya.
Rina : “ Astagfirullah…Ramalan ini lagi-lagi terjadi nyata! Benar-benar di luar akal…”
( Menatap ragu-ragu kartu itu)
“ Apakah sebaiknya aku mencoba meramal driku ya?”
( Memejamkan mata dan mengocok-ngocok kartu tersebut. Lalu mengambil tiga kartu dengan acak dan mengamatinya)
“ Oh my god!”
( Melempar kartu-kartu itu dengan syok)
“ Kenapa kartu yang keluar semua berwarna hitam? Bukankah itu kartu mati?”
( Ketakutan)
“ Ini ramalan gila!! Aku nggak mungkin akan meninggal…”
( Menenangkan diri)
“ Tenang Rina….tenang…Ini hanya game kuno.”
( Berpikir sebentar dan kembali takut)
“ Tapi kenapa ramalannya selalu tepat? Oh, tidak mungkin…”
Arin : ( Masuk ke kelas dan menatap Rina dengan heran)
“ Loh, kamu kenapa? Kok pucat? Sakit ya..”
( Memeriksa suhu badan Rina)
Rina : ( Menepiskan tangan Arin)
“ Maaf Rin! Tapi aku mau pulang. Tolong nanti izinkan aku ya…”
( Mengumpulkan setumpukan kartu itu lalu mengambil tas dan berlari keluar kelas)
ADEGAN IV
Di rumah, Rina memandang kartu-kartu itu dengan ketakutan.
Rina : “ Kenapa aku coba berkali-kali, kartu yang keluar selalu sama?”
( Gemetar ketakutan)
Mama : ( Mendekati Rina)
“ Rin, kamu kenapa? Sakit, nak?”
Rina : ( Menggeleng)
“ Nggak kok, Ma..”
Mama : “ Ada teman-temanmu datang. Mama suruh masuk ya?”
Rina : ( Mengangguk)
Mama keluar dari ruangan dan tak lama kemudian tiga orang teman Rina masuk.
Arin : “ Rin, kamu benaran nggak apa-apa?”
( Khawatir)
Molly : “ Iya, kata Arin kamu tadi pucat di kelas. Kamu sakit apa sih? Kok sampe izin gak ikut pelajaran terakhir?”
Arin : “ Teman-teman di kelas membicarakanmu loh….”
Rina : “ Aku nggak sakit, kok. Hanya lagi gak mood sekolah. Pingin di rumah saja.”
Arin : “ Tapi sikapmu berubah, Rin. Tingkahmu juga aneh. Sepertinya ada sesuatu deh…”
Rina : ( Tertawa)
“ Ya..orang berubah ‘kan wajar. Iya ‘kan?”
Arin : ( Mengangguk)
“ Iya sih…”
Rina : “ Jadi kalau aku berubah, itu juga wajar aja toh?”
Molly : “ Tapi a pa tanpa sebab? Pasti ada sebabnya ‘kan?”
Rina : “ Memang ada, kok…”
A, M, N: “ APPA?”
Rina : “ Karena setiap hari usiaku makin berkurang, dan aku ingin melakukan hal-hal yang berarti. Itu lah yang ingin aku renungkan di rumah…”
Nela : ( Menggerutu)
“ Ih…omonganmu kayak orang mau mati saja deh!”
Rina : “ Yee…setiap orang ‘kan bakal mati dan bisa kapan saja. Nggak salah dong kalau aku mikirin hal itu?”
Molly : “ Tapi ‘kan bukan berarti kamu berubah gini? Seperti orang mau meninggal saja.”
Rina : “ Memang begitu. Ramalan itu sudah mengatakannya. Aku akan meninggal dalam waktu dekat.”
Nela : “ Hah? Ramalan?”
Arin : ( Mengambil tumpukan kartu tersebut)
“ Pasti gara-gara ini ‘kan? Aku sudah dengar dari beberapa teman di kelas, kalau kamu meramal mereka dengan ini.”
( Menggelengkan kepala)
“ Ya, ampun…Rina. Kamu kok percaya dengan benda takhayul gini sih?Ini semua tuh bohongan.”
Rina : ( Ngotot)
“ Ramalan itu nggak mungkin bohong!”
( Mau menangis)
“ Dia sudah membuktikan, banyak ramalannya yang menjadi nyata! Dan mengenai ramalan kematianku, itu pasti benar!”
Nela : ( Menghela napas)
“ Aku tahu, Rin. Kami nggak akan bisa menasehati kamu dengan cara begini. Kamu ‘kan orangnya keras kepala. So, kamu harus ikut kami…”
Rina : “ Hah? Kemana?”
Nela : “ Ke pengajian….”
ADEGAN V
Tiga temannya membawa Rina ke sebuah pengajian. Di sana mereka bertemu dengan seorang gadis berjilbab.
Nela : “ Nah, kenalkan ini adalah kakak pembinanya di sini sekaligus anak rohis. Namanya Kak Azizah.”
Rina : ( Mengulurkan tangan)
“ Rina…”
K. AZ : “ Azizah…”
( Menatap Rina)
“ Oh, jadi ini teman kalian itu?”
Arin : “ Iya ‘kak….Rina, dengan kak Azizah kamu bisa diskusikan apa saja yang ingin kamu ketahui.”
Molly : “ Iya, kamu bisa bertanya-tanya mengenai ramalan tersebut dan Kak Azizah akan memberikan jawabannya.”
Rina : “ Begini, kak….Ada seorang gadis dari Belanda yang memperkenalkan pada saya tentang game kuno. Yaitu kartu-kartu ramalan. Saya coba beberapa kali, kartu itu selalu memberikan ramalan yang tepat. Ketika saya mencoba ramal diri sendiri, selalu diramal mati. Sudah dua hari ini saya meramal tentang kematian saya, tapi belum terjadi. Padahal biasanya hasil ramalan selalu terjadi dalam sehari setelah diramal.”
K.AZ : ( Tersenyum)
“ Rina…perlu kamu tahu. Ramalan itu omong-kosong. Hanya orang bodoh yang percaya ramalan tersebut.”
Rina : “ Tapi beberapa kali ramalan itu benaran terjadi.”
K. AZ : “ Kalaupun begitu, itu hanya kebetulan. Hal yang terjadi sengaja dipadukan dengan ramalan.”
Rina : “ Tapi, bagaimana dengan ramalanku terhadap Roni, pacarnya Lina?”
Molly : (Tertawa)
“ Oh, itu…ha..ha,…ha….ya ampun, Rin…Roni tuh gak kenapa-napa. Dia masih sehat wal-afiat. Temannya juga. Semua yang kamu dengar dari Rico, itu Cuma bohongnya Riko saja.”
Rina : ( Melongo)
“ Hah?”
Arin : “ Iya, Rin…kamu sih pake acara pulang duluan. Jadinya waktu itu nggak tau deh kisah selanjutnya. Saat itu, Lina ulang-tahun. Mereka ingin buat surpraise untuk Lina dengan mengatakan cowoknya masuk rumah sakit. Padahal, setelah tiba di rumah sakit, justru Lina dapat kue ulang-tahun dari Roni.”
Rina : ( Menutup mulutnya tak percaya)
“ Ya ampun…kok kalian nggak cerita ke aku sih soal itu?”
Nela : “ Kami nggak tahu kalo masalah Roni dan Lina ada sangkut-pautnya dengan ramalan itu…”
Rina : “ Trus bagaimana dengan ramalan gadis itu mengenai kebahagiaan papaku? Papaku benar-benar naik pangkat kok…”
( Masih penasaran)
K. AZ : “ Itu juga kebetulan. Papamu naik pangkat ‘kan karena kerja kerasnya selama ini, Rin…bukan karena kartu itu.”
Rina terdiam seperti sedang berpikir
]Rina : “ Iya juga ya, kak….semuanya memang kebetulan.”
Arin : ( Menggoda Rina)
“ Jadi sekarang bagaimana? Apa kamu masih mau nyiapin pemakaman buat kamu besok?”
Rina : ( Tersipu malu)
“ Apaan sih…”
Nela : ( Mengacungkan kartu-kartu itu di depan Rina sembari menggoda)
“ Mau aku ramalin?”
Rina : “ Nggak! Aku nggak mau gunakan kartu itu lagi….Meskipun dia memang dapat menyibak rahasia Tuhan, biarlah aku nggak tahu rahasia itu dan tetap jadi rahasianya. Yang penting ada satu rahasia yang aku tahu, bahwa waktu hidup setiap manusia ada batasnya. Dan gunakanlah waktu yang ada untuk hal-hal yang berarti.”
Arin : “Ceiilleh….lagakmu kayak Kak Azizah aja deh, kalau lagi cearamah.”
Molly : “ Ngutip khotbah dimana, jenk…:?”
( Meledek)
Rina : “ Ada deh…”
END
Tokoh-Tokoh:
1. Rina
2. Jeni
3. Papa
4. Mama
5. Lina
6 Riko
7. Arin
8. Molly
9. Nela
10. Kak Azizah

Keong Mas Lageeeeeee

Diposting oleh Eka Suzanna di 22.36 1 komentar
By : FAHMI versi B. Inggris
Tokoh :
- Dewi Galuh Candra Kirana (Kirana)
- Lord of Daha (Raja Daha)
- Raden Inu Kertapati (Raden Inu)
- Galuh Ajeng ( Ajeng)
- Wizard ( Penyihir)
- Grandmother of Dadapan Village ( Nenek dari desa Dadapan)
ADEGAN 1
Once upon a time, in Palace of Daha Kingdom, there lived a princess named Dewi Galuh Candra Kirana. She is a kind and beautifully woman. She should be married with prince the other kingdom, Raden Inu Kertapati.
Pada suatu waktu, di Istana Kerajaan Daha, hiduplah seorang putri bernama Dewi Galuh Candra Kirana. Dia adalah seorang wanita yang cantik dan ramah. Dia akan menikah dengan pangeran dari kerajaan lain, Raden Inu Kertapati.
Raja Daha : “ My daughter…..come here, please!” (Anakku, kemarilah!)
Kirana : “ What’s going on, Dad?” (Ada apa Papa?)
Ajeng : “ Did you call me too?” (Papa juga memanggilku?)
Raja Daha : “ Yes, my daughters. Dad just want to tell you that tomorrow, Raden Inu from Kahuripan Kingdom will be come here.” ( Ya, anak-anakku. Papa hanya ingin memberitahu bahwa besok, Raden Inu dari kerajaan Kahuripan akan datang ke sini.)
Ajeng : “ And then?” (Dan lalu?)
Raja Daha : “ I have made an appointment with his father to married my daughter and his son.” ( Aku sudah membuat perjanjian dengan Ayahnya untuk menikahkan putriku dengan putranya.)
Ajeng : “ Who will be get married with his son, Dad?” ( Siapa yang akan menikah dengan putranya, Papa?)
Raja Daha : “ We have agree to married Candra Kirana with Raden Inu.” ( Kami sudah setuju untuk menikahkan Candra Kirana dengan Raden Inu.)
Kirana : “ Thankyou so much, Dad. So, I’m not feel alone again. I’m happy…”
( Terimakasih banyak, Papa.Kalau begitu, aku tidak akan merasa sendirian lagi. Aku bahagia…)
Kirana dan Ajeng keluar ruangan meninggalkan Raja Daha.
A lot of people were happy with that big marriage, the marriage between a handsome and wise prince with beautiful and polite princess. But, Galuh Ajeng has a different opinion.
Banyak orang bahagia dengan pernikahan besar itu, pernikahan antara pangeran tampan dan bijaksana dengan seorang putri yang cantik dan sopan santun. Tapi, Galuh Ajeng mempunyai pendapat yang berbeda.
Ajeng : “ I disagree with this! Why Candra Kirana must be choose?Not me?! In fact, I more beautiful than her! This is unfair! I’m the one to become Raden Inu’s wife! So, ….What must I do now??” ( Aku tidak setuju dengan ini! Kenapa Candra Kirana yang harus dipilih?? Bukan aku?! Kenyataannnya, aku jelas lebih cantik daripada dia! Ini tidak adil! Aku satu-satunya yang menjadi isteri Raden Inu! Lalu…..Apa yang harus kulakukan sekarang???)
( Mondar-mandir)
“ AHA! I have a good idea!” ( Aha! Aku puny aide bagus!)
Then, Galuh Ajeng went to the wizard’s home in the forest. She made an evil plan to Candra Kirana.
Lalu, Galuh Ajeng pergi ke rumah seorang penyihir di dalam hutan. Dia membuat rencana buruk untuk Candra Kirana.
ADEGAN II
Ajeng : “ Excuse me….anybody home?” ( Permisi, apakah ada orang?)
Penyihir : “ Yes…come here beautiful girls…come here…” ( Ya…kemarilah gadis cantik…kemarilah…)
Ajeng : “ Wizard, I need your help! Please hel me!” ( Penyihir, aku butuh bantuanmu! Tolong bantu aku!)
Wizard : “What do you want me to do?”( Kamu ingin aku melakukan apa?)
Ajeng : “ I want the marriage between Candra Kirana and Raden Inu was cancelled!!”
( Aku ingin pernikahan Candra Kirana dengan Raden Inu dibatalkan!!)
Wizard : “ Oh I see….what kind of curse do you want? A death poison or tetanus?”
( Oh, aku tahu…jenis kutukan apa yang kamu inginkan? Racun mematikan atau tetanus?)
Ajeng : “ I want to make her sorrow!!” ( Aku ingin membuatnya menderita!!)
Wizard : “ Ok, I will give a curse for Candra Kirana. So, she can’t married with Raden Inu.” ( Ok, aku akan memberi sebuah kutukan untuk Candra Kirana. Karena itu, dian tidak dapat menikah dengan Raden Inu.)
Ajeng : “ Thanks for your help, good bye wizard!!! Ha….ha…ha….Candra Kirana…what a pity as you!! Hahaha….” ( Terimakasih atas bantuanmu, sampai jumpa penyihir!! Hahaha….Candra Kirana….sungguh kasihan dirimu!! Hahhaha…)
ADEGAN III
After asked help to the wizard,Galuh Ajeng came to Palace and met with her father.
Setelah meminta bantuan pada penyihir, Galuh Ajeng datang ke Istana dan bertemu dengan Ayahnya.
Ajeng : “ Dad, where are you? I want to tell you something.” ( Papa, engkau dimana? Aku ingin memberitahu sesuatu.)
Raja Daha : “ What’s the matter, my daughter?” ( Apa yang terjadi, anakku?)
Ajeng : “ It is about Candra Kirana, Dad..” ( Ini tentang Candra Kirana, papa…)
Raja Daha : “ What’s going on with her?” ( Ada apa dengannya?)
Ajeng : “ She…she has making love with the one of our Army! This is a letter that she write! I found it in her bedroom!” ( Dia….dia menjalin hubungan cinta dengan salah satu pengawal kita! Ini ada sebuah surat yang dia tulis! Aku menemukannya dia kamarnya!)
Raja Daha : “ WHAT?? What a bad girl she is!!” ( APPA!??? Dasar gadis nakal!!)
Ajeng : “ Dad! Please, be patient….” ( Papa! Sabarlah…)
( Tersenyum sinis)
Raja Daha : ( Murka)
“ Candra Kirana!!!”
Kirana : “ What happened, dad?” ( Ada apa, papa?)
Raja Daha : “ What Happened?! Read this!!” (Ada apa!!? Baca ini!)
Kirana : “ Oh, it’s slander! I never do that!Please believe me,Dad!” ( Oh, itu fitnah! Aku tidak pernah melakukan hal itu! Tolong percaya padaku, papa!)
Raja Daha : “ Enough!! Get out of my palace! You and the fucker Army!!” ( Cukup! Keluar dari istanaku! Kamu dan pengawal berengsek!)
Kirana : “ But, Dad…” (Tapi, Papa)
Raja Daha : “ GET OUT!!!!” ( KELUAR!!!)
ADEGAN IV
After that, Candra Kirana was sad and leaved her palace. Candra Kirana went to the beach and immediately he met a wizard.
Setelah itu, Candra Kirana merasa sedih dan pergi meninggalkan istananya. Candra Kirana pergi ke pantai dan langsung ketemu seorang penyihir.
Penyihir : “ Hwahahaha…..Hello Candra Kirana, how are you,hah? You look so sad today? Hwahahaha….” ( Hwahahaa…..Halo Candra Kirana, apakabar, hah? Kamu terlihat sangat sedih hari ini? Hwahahaha…)
Kirana : “ Who are you? Why do you so ugly?” ( Siapa kamu? Kenapa kamu sangat jelek?)
Penyihir : “ Shut Up!I’m here to curse you to be a snail!What a kind your sister until she want me to curse you! She disagree with you marriage! Hwahaha….”
( Diam! Aku di sini untuk mengutukmu menjadi sebuah keong!!!Saudara macam mana saudaramu itu hingga dia ingin aku mengutukmu! Sia tidak setuju dengan pernikahanmu! Hawahaaaaha…)
Kirana : “ What!? Galuh Ajeng want to curse me??” ( APA!? Galuh Ajeng ingin mengutukku??)
Penyihir : “ What a stupid girl!Now, take this! ABROKOKOK!Hwahahaha….”
( Dasar perempuan bodoh!! Sekarang, terima ini!!ABROKOKOK!!Hwahahaha..)
Kirana : “ AAAAA!!!!”
( Berubah jadi siput atau keong)
Penyihir : “ Hwahahaha!! The curse will be over if you meet Raden Inu! Hwahahaha…Bye!”
( Hwahahaha!!Kutukan akan berakhir bila kamu bertemu Raden Inu!Hwaha, bye!)
ADEGAN V
Candra Kirana was cursed by the wizard to be a golden snail. The golden snail was brought by wave and finally it run ashore in Dadapan village. One day, a grandmother to look for fish until she found the golden snail and brought it to home.
Candra Kirana dikutuk oleh penyihir menjadi keong mas. Keong ma situ terbawa oleh gelombang dan akhirnya terdampar di Desa Dadapan. Suatu hari, seorang Nenek sedang mencari ikan, hingga dia menemukan keong mas dan membawanya pulang.
Nenek : “ Oooh….what a beautiful snail. I will bring it to my home.”
( Ooooh….keong yang cantik. Aku akan membawanya ke rumnahku)
And then, the golden snail was put by grandmother on the table. Then, she get out from house to back looking for fish.At noon, the grandma came to her house with angry.
Dan lalu, keong mas diletakkan oleh nenek di atas meja. Lalu, dia keluar rumah untuk kembali mencari ikan. Pada siang hari, nenek pulang ke rumahnya dengan marah.
Nenek : “ Damn! Uh…today I don’t get any fish!What must I eat today?” ( Sialan!! Uh…hari ini aku tidak dapat banyak ikan! Apa yang harus kumakan hari ini?)
( Melihat makanan di atas meja)
“ Wow…where do the food come from? It looks like delicious.”
(Wow…darimana makanan datang? Kelihatannya lezat)
“ What a kind person that give this food to me?”
( Orang mana yang memberi makanan ini untukku?)
The day after that, she was unfortunate again. But when she opened the door, she was seeing a girl.
Nenek : “ Hah..who is that girl?” ( Hahh…siapa gadis itu?)
( Bergumam sendiri)
“ Who are you?” ( Siapa kamu?)
Kirana : “ Oh! I…I’m Candra Kirana.” ( Oh…aku…aku Candra Kirana.)
Nenek : “ What?” ( Apa?) ( Tidak percaya)
Kirana : “ I’m Candra Kirana, I’m a daughter oh Daha King.”
( Aku Candra Kirana, aku putri Raja Daha.)
Nenek : “ How can you be here?” ( Bagaimana kamu bisa ada di sini?)
Kirana : “ You’re the person who bring me. I’m a golden Snail.”
( Kamu lah orang yang membawaku ke sini. Aku adalah keong Mas.”
Nenek : “ What? How come?” ( Apa? Bagaimana bisa?)
Kirana : “ I have been cursed. The wise is come from my sister who jealous to me.”
( Aku dikutuk. Ini keinginan saudaraku yang iri padaku.)
Nenek : “ Oh…jealous makes confuse. Jealous also makes people sorrow.”
( Oh…iri membuat bingung. Iri juga membuat orang menderita.)
ADEGAN VI
When Raden Inu heard about Candra Kirana’s slander, he didn’t believe that and he tried to get the truth. Finally Raden Inu was successful and he brought the wizards to the palace.
Ketika Raden Inu mendengar tentang Candra Kirana yang difitnah, dia tidak percaya hal itu dan dia mencoba untuk memperoleh kebenaran. Akhirnya Raden Inu berhasil dan dia membawa si penyihir ke Istana.
Raden Inu : “ My lord, honest, what happen to Candra Kirana?”
( Tuanku, terus terang, apa yang terjadi pada Candra Kirana?)
Raja Daha : “ How many times I ensure you to believe it! She has betray you!”
( Berapa lama aku bisa menjamin kamu mempercayai hal ini! Dia sudah menghianatimu!)
Raden Inu : “ No! That’s not true! Candra Kirana was slandered by Galuh Ajeng!”
( Tidak! Itu tidak benar! Candra Kirana difitnah oleh Galuh Ajeng!)
Raja Daha : “ How could you know that?” ( Bagaimana kamu tahu itu?)
Raden Inu : “ This! He is the wizard, who was paid by Galuh Ajeng to slander and curse Candra Kirana.” ( Ini! Dia adalah penyihir yang dibayar oleh Galuh Ajeng untuk menfitnah dan mengutuk Candra Kirana!)
Raja Daha : ( Murka)
“ GALUH AJENG!!!”
Ajeng : “ What’s going on, Dad?” ( Ada apa, Papa?)
( Kaget melihat penyihir itu)
“ Oh, No! You?...” ( Oh, tidak….kamu…)
Raja Daha : “ Yes, he is your friend, isn’t?!! I know you has slandered your sister. Now, get out of my palace!!” ( Ya, dia temanmu kan??!! Aku tahu kamu sudah menfitnah saudaramu! Sekarang, keluar dari istanaku!!)
( mengusir Galuh Ajeng dan menunjuk si penyihir)
“ Except you!! You may live in my jail forever!!”
( Kecuali kamu! Kamu boleh tinggal di dalam penjaraku selamanya!!)
Galuh Ajeng : “ But, dad….” ( Tapi, papa…)
Raja Daha : “ GET LOST!! Don’t ever seen your face in my way!! Raden Inu, please bring them!” ( LENYAPLAH!!! Jangan pernah perlihatkan mukamu di jalur kekuasaanku! Raden Inu, tolong bawa mereka!!)
Raden Inu : “ Ok, my lord!!” ( Baik, tuanku!)
ADEGAN VII
After that, Raden Inu searched for Candra Kirana until he was in one village and looked for place to rest.
Setelah itu, Raden Inu mencari Candra Kirana hingga dia tiba di suatu desa dan mencari tempat untuk beristirahat.
Raden Inu : ( Melihat sebuah pondok)
“ Ah, …there is a hut! Maybe I can take a rest and get some drink there.”
( Ah…di sana ada pondok! Mungkin aku dapat beristirahat di sana dan memperoleh minuman.)
( Menghampiri pondok itu)
“ Excuse me….” ( Permisi…)
Kirana : “ Yes…please wait! ( Ya…tunggu…)
( Keluar membukakan pintu)
Raden Inu : ( Kaget)
“ You…Candra Kirana!” ( Kamu…Candra Kirana!)
Kirana : “ Raden Inu? Oh…Kanda…”
( Tidak kalah kaget)
Raden Inu : “ Let’s go home! The truth was uncovered.” ( Ayo pulang! Kebenaran sudah terbongkar.)
Kirana : “ Oh…thank you so much…you save me…” ( Oh, terimakasih banyak…kamu sudah menyelamatkan aku.)
At least, they come back to the Palace. The grandmother was also invited by them. Not long after that, Raden Inu and Candra Kirana got married and they lived happily forever.
Akhir cerita, mereka kembali ke Istana. Nenek juga diajak oleh mereka. Tidak lama setelah itu, Raden Inu dan Candra Kirana menikah dan mereka hidup bahagia selamanya.
*DE END*

Mantra Raden Adnan

Diposting oleh Eka Suzanna di 22.33 0 komentar
TEATER :
MANTRA RADEN ADNAN
CERITA OLEH : EKA BHAKTI
Tokoh-tokoh :
- Raden Ajeng Sukma Ayu Santilaga
- Raden Adnan Pranggala
- Nyi Nani
- Prabu Santilaga ( Ayahanda)
- Ndoro Ratu Santilaga ( Ibunda)
- Raden Ayu Kesuma Retno
ADEGAN 1
Sudah setahun ini, terjadi perang antar kerajaan Santilaga dengan kerajaan Pranggala akibat adanya kesalahpahaman. Padahal sejak dulu kedua kerajaan ini bersahabat. Raden Ajeng Sukma Ayu Santilaga merasa kesal, karena dia tidak diizinkan oleh Ayahandanya, Prabu Santilaga untuk ikut berperang melawan kerajaan Pranggala.
Sukma Ayu : “ Uh…aku mau ikut perang, Nyi Guru!”
Nyi Nani : “ Apa? Yang benar saja kamu?”
Sukma Ayu : “ Huh, guru pasti juga berpendapat sama seperti Ayahanda, menganggap anak perempuan sepertiku tak pantas untuk ikut berperang.”
( Cemberut)
“ Pokoknya mulai besok, Sukma akan ikut melawan pasukan Kerajaan Pranggala!”
Nyi Nani : “ Baiklah, kalau itu memang kemauanmu, guru tidak dapat melarang. Tapi, besok bertarunglah dengan Raden Adnan, Pangeran Negeri Pranggala. Kalau kamu kalah, berarti kamu harus belajar banyak darinya. Dia memiliki mantra sakti yang harus kamu pelajari.”
Sukma Ayu : “ Ah, kesaktian apa sih yang dimiliki Raden Adnan? Aku tak peduli!!”
ADEGAN 2
Keesokan harinya, Raden Ajeng Sukma Ayu Santilaga, mengadakan perang terbuka dengan Raden Adnan di sebuah taman.
Sukma Ayu : “ Ayo, kalau kamu memang gentle-man, kamu harus berani melawanku!!”
( Menyerang dengan pedang)
Raden Adnan : ( Tersenyum sinis)
“ Aku akan meladeni keinginanmu, tuan puteri!”
Mereka berdua bertarung sengit. Terrnyata yang dikatakan Nyi Nani benar, Raden Adnan memang sangat sakti. Sukma Ayu langsung terdesak dan terjatuh.
Raden Adnan : ( Menghunuskan pedangnya ke arah perut Sukma Ayu)
Sukma Ayu : ( Memejamkan mata, pasrah menerima kekalahan)
Raden Adnan : ( Menyarungkan kembali pedangnya sambil tersenyum sinis)
Sukma Ayu : “ Loh, kenapa kamu tidak membunuhku?”
Raden Adnan : “ Sebab nyawamu terlalu berharga untuk perang yang konyol dan sia-sia ini.”
( Pergi meninggalkan Sukma Ayu)
Nyi Nani : ( Menghampiri Sukma Ayu dan membantunya berdiri)
“ Kamu tidak apa-apa, sukma Ayu?”
Sukma Ayu : ( Kesal)
“ Uh! Aku kesal sekali karena tidak dapat mengalahkan Raden Adnan!”
Nyi Nani : “ Tepati janjimu, Sukma. Bila kamu kalah, kamu harus cari dia, dan pelajari mantera saktinya.”
Sukma Ayu : “ Tapi bagaimana caranya, guru?”
Nyi Nani : “ Menyamarlah jadi seorang pemuda bernama Guntur. Lalu bekerjalah di Istana Negeri Pranggala sebagai tukang kebun.”
Sukma Ayu : “ Oh, iya. Benar juga…”
ADEGAN 3
Setelah itu, setiap pagi Sukma menyiapkan pupuk dan menyiram kebun mawar Raden Adnan.
Raden Adnan : “ Guntur, maukah kamu menemani aku jalan-jalan keliling perumahan?”
Sukma Ayu : ( Heran)
“ Mau ngapain, Tuan? Dan kenapa Tuan memakai pakaian seperti ini?”
Raden Adnan : “ Aku memang sengaja menyamar jadi rakyat biasa kalau ingin berkeliling mengawasi seluruh rakyatku. Ayo, kita jalan sekarang.”
Mereka berdua berjalan kaki
Raden Adnan : “ Lihatlah, Guntur. Rakyatku kelaparan karena kerajaan terlalu sibuk mengurus perang. Hhhh.. sesungguhnya aku benci perang, aku benci menyakiti orang!”
Sukma Ayu : “ Kalau tuan membencinya, kenapa tuan ikut berperang?”
Raden Adnan : “ Terpaksa Guntur, itu bukan keinginanku. Kalau tidak diperintah oleh Ayahanda, aku nggak akan mau. Justru aku ingin perang ini berakhir tanpa harus ada yang kalah dan menang. Aku mau kerajaan berdamai seperti dulu, agar rakyat-rakyatku tidak ada yang menderita.”
( Mengusap mukanya)
“ Ya sudahlah. Aku kembali ke Istana duluan.”
( pergi meninggalkan Sukma Ayu yang termenung)
Sukma Ayu : ( Bicara sendiri)
“ Benar yang dikatakan Raden Adnan. Tidak ada gunanya berperang. Hanya akan membuat rakyat menderita. Tentu rakyat di negeriku juga menderita seperti ini. Oh, aku menyesal tak pernah memikirkan nasib rakyatku, malah lebih mementingkan peperangan. Hati Raden Adnan sungguh mulia. “
( Tersenyum sendiri)
“ Sepertinya aku sudah jatuh hati padanya. Aku kagum pada sikapnya yang baik dan sederhana itu. Kalau begini sih, demi Raden Adnan aku rela bekerja jadi tukan kebun selamanya untuk mengurus bunga-bunga mawarnya.”
ADEGAN 4
Suatu ketika, ketika Sukma Ayu sedang bekerja di kebun, datanglah rombongan dari Kerajaan Belerang. Raden Adnan pun berkenalan dengan Raden Ayu Kesuma Retno, Putri Mahkota Negeri Belerang.
Raden Adnan : “ Guntur, berhentilah dulu bekerja. Kenalkan ini adalah Raden Ayu Kesuma Retno, Putri Mahkota dari Negeri Belerang.”
Guntur : ( Menunduk hormat)
“ Selamat datang, tuan puteri…”
Retno : “ Terimakasih atas sambutannya. Apakah kamu sudah lama bekerja di sini, Guntur?”
Guntur : “ Sudah mau satu bulan, tuan puteri.”
Retno : “ Jangan terlalu banyak bekerja, beristirahatlah sejenak. Raden Adnan, jangan terlalu sering menyuruh Guntur. Kasihan dia, kelihatannya sangat lelah.”
Raden Adnan : “ Haha…aku tidak menyuruhnya. Dia sendiri yang mau bekerja. Dia memang tukang kebunku yang sangat rajin.”
Retno : “ Baiklah, aku harus segera pulang. Kereta kuda sudah menungguku di depan. Sampai jumpa, Guntur.”
( Pergi)
Raden Adnan : “ Bagaimana? Dia oke banget ‘kan Guntur?”
Guntur : “ Maksudnya oke dalam hal apa Tuan? Hayoo, tuan jangan berpikiran macam-macam loh…”
( Tersenyum kaku)
Raden Adnan : “ Hahaha…ya ya ya, dia oke banget. Tutur katanya sopan, bicaranya halus, pinter dan cantik lagi. Menurutmu aku dengan dia serasi nggak?”
Sukma Ayu : ( Tersenyum kaku)
“ Serasi banget, tuan….”
Raden Adnan : ( Berdehem)
“ Ehm,…kenapa kamu jadi kaku begitu, Guntur? Oh ya, kamu harus makin rajin merawat mawar-mawarku ini. Sebab aku akan mempersembahkan mawar-mawar ini pada gadis pujaan hatiku.”
( Pergi)
Sukma Ayu : ( Menangis)
“ Aku mencintaimu, Raden…aku juga ingin kamu bahagia!! Demi kamu, aku akan merawat mawar-mawar ini dengan baik, meskipun nanti bukan dipersembahkan untukku, tapi untuk Retno.”
ADEGAN 5
Sukma Ayu makin rajin merawat kebun mawar itu. Agar Raden Adnan dapat memetiknya untuk gadis pujaan hati. Menjelang panen mawar, Raden Adnan sangat gembira.
Raden Adnan : “ Terimakasih, Guntur. Mawar-mawarku mulai mekar. Aku akan meminang gadis pujaan hatiku dengan beberapa tangkai mawar!”
( Sedih)
“ Tapi, aku tidak mungkin menikah selama negeriku masih berperang dengan negeri Santilaga. Andai saja aku memiliki strategi perang kerajaan Santilaga, dan bisa mengalahkan mereka, tentu perang akan berakhir.”
Sukma Ayu : “ Tuan jangan bersedih, suatu saat perang ini pasti akan berakhir.”
Raden Adnan meninggalkan Sukma Ayu sendirian.
Sukma Ayu : ( Tercengang)
“ Strategi perang? Haruskah aku mencuri strategi perang negeriku? Tapi, aku sangat mencintai Raden Adnan, aku rela melakukan apa saja untuknya termasuk mencuri strategi perang negeriku sendiri. Aku harus menyelinap pulang ke negeriku.”
ADEGAN 6
Sukma Ayu mengendap-endap di taman Istana Santilaga. Pada saat dia melihat Ayahanda dan Ibundanya akan memasuki taman, dia segera bersembunyi.
Ibunda : “ Bagaimana ini Ayah? Strategi apa lagi yang harus kita lakukan untuk menghadapi Pasukan Kerajaan Pranggala?”
Ayahanda : “ Aku dan Perdana Menteri sudah melakukan perundingan. Kami sepakat untuk mengadakan penyerangan mendadak pada malam hari, di saat kerajaan Pranggala lengah.”
Ibunda : “ Apakah itu tidak akan mengganggu ketentraman Rakyat?”
Ayahanda : “ Sebenarnya itu juga yang aku khawatirkan. Oleh karena itu lah kita mengatur strategi agar kita bisa mengalahkan mereka dan perang ini segera berakhir. Strategi ini jangan sampai terdengar oleh mereka, bisa gawat!”
Ibunda : “ Terserah Ayahanda sajalah. Ibunda tidak mau ikut campur. Sekarang sudah malam, lebih baik kita tidur agar besok bisa lebih segar…”
Ketika Ayahanda dan Ibundanya masuk ke dalam Istana, Sukma Ayu keluar dari persembunyian.
Sukma Ayu : “ Oh, jadi itu strategi Ayahanda. Aku harus segera memberitahu Raden Adnan!”
ADEGAN7
Sukma Ayu menghadapi Raden Adnan di kerajaan Pranggala
Sukma Ayu : (Napasnya tersengal-sengal)
“ Tuan…tu..an…”
Raden Adnan : “ Ada apa Guntur? Kenapa kamu tersengal-sengal begitu, dan mukamu terlihat pucat..?”
Sukma Ayu : ( Bergumam)
“ Tidak…aku tidak boleh berkhianat! Aku tidak boleh membongkar strategi perang Ayahku!!”
Raden Adnan : “ Kamu bicara apa?”
Sukma Ayu : “ Bukan apa-apa, Tuan. Permisi..”
( Lari meninggalkan Raden Adnan)
Raden Adnan : “ Hei, Guntur! Bukannya kamu mau bicara, Hei! Hei!”
ADEGAN 8
Malam itu juga Sukma Ayu kembali pulang ke Negeri Santilaga.
Sukma Ayu : “ Sukma mohon, Ayah…hentikanlah peperangan ini. Berdamailah dengan Kerajaan Pranggala. Apakah Ayah tidak kasihan dengan para rakyat yang menderita akibat perang ini??”
Ibunda : ( Membelai rambut Sukma)
“ Apa yang Sukma bilang benar Ayah. Sudah lama kita mengabaikan rakyat kita. Mereka semua telantar, sudah saatnya kita berhenti berperang dan memikirkan rakyat kita.”
Ayahanda : “ Baiklah anakku, Ayah setuju dengan pendapatmu. Memang sudah lama Ayah memikirkan untuk berdamai.”
Sukma Ayu : “ Terimakasih, Ayah…”
ADEGAN 9
Akhirnya setelah melakukan perundingan, kerajaan Santilaga dengan Kerajaan Pranggala berdamai. Lalu sepucuk undangan dari Kerajaan Pranggala tiba di kerajaan Santilaga.
Ibunda : “ Lihat, ada surat undangan dari Kerajaan Pranggala.”
Ayahanda : ( Membaca)
“ Wah, katanya Raden Adnan akan menikah. Kita diundang ke negeri Pranggala!”
Sukma Ayu : “ Aku tidak mau ikut, Ayah…”
Ayahanda : “ Kenapa? Kamu ‘kan juga di undang….”
Sukma Ayu : “ Tapi Sukma tidak mau ke sana Ayah. Sukma nggak mau melihat pernikahan Raden Adnan.”
Ibunda : “ Eh, tidak boleh begitu Sukma. Kamu ‘kan sudah diundang. Tidak sopan, kalau kamu menolak undangan ini. Apapun alasanmu, kamu harus tetap ikut!”
Sukma Ayu : (Cemberut)
“ Bunda…”
ADEGAN 10
Mereka akhirnya berangkat ke negeri Pranggala. Setiba di gerbang Istana Kerajaan Pranggala, Sukma tertegun tak percaya melihat dia disambut dengan beberapa tangkai mawar.
Raden Adnan : ( berlutut di hadapan Ayahanda dan Ibunda)
“ Izinkanlah saya meminang putri kalian, Raden Ajeng Sukma Ayu Santilaga.”
Sukma : “ Bukankah Raden akan meminang Raden Ayu Kesuma Retno?”
Raden Adnan : “ kata siapa? Aku ‘kan Cuma bilang, aku akan meminang gadis pujaan hatiku dengan beberapa tangkai mawar. Siapa yang bilang kalau gadis pujaan hatiku itu adalah Retno? Kamulah gadis pujaan hatiku itu, Raden Ajeng Sukma Ayu. Putri yang cerdas, berani, dan sangat mencintai negeri dan rakyatnya. Aku bangga padamu, karena kamu tidak mau menghianati negerimu, ya ‘kan Guntur?”
( Mengedipkan mata)
Sukma Ayu : “ Darimana kamu tahu kalau aku yang menyamar jadi Guntur?”
Raden Adnan : ( Terkekeh)
“ Hehe…dari siapa lagi kalau bukan dari dia?”
( Menunjuk Nyi Nani )
Sukma Ayu : “ Guru!?? Jadi…kalian sudah saling kenal ya?”
Nyi Nani : “ Hahaha…Kamu sudah mendapotkan mantra sakti yang kamu cari Sukma! Mantra itu bernama…mantra CINTA!”
Retno : ( Muncul)
“ Iya, Sukma. Benar yang dikatakan Nyi Nani. Cinta adalah mantra yang sangat sakti. Karena hanya cintalah yang dapat menghentikan perang dan mengakhiri kebencian…Selamat ya buat cinta kalian berdua…”
Sukma : “ Retno, kok kamu bisa ada di sini?”
Retno : “ Ya iyalah…Masa sepupuku mau menikah dengan gadis secantikmu, aku tidak datang?”
Raden Adnan : “ Sukma, Retno ini adalah sepupuku. Jadi aku tidak mungkin menikah dengannya. Sekarang, Will you marry me?”
( Berlutut di depan)
Sukma : “ Yes, I will.”
Pernikahan pun berlangsung dengan meriah. Setelah itu, tidak adalagi peperangan yang membuat Rakyat menderita. Karena kini para rakyat merasa bahagia mendapatkan pasangan pemimpin baru yang sangat bijaksana dan memperhatikan mereka.
THE END

Terima kasih kunjungannya~ :)

 

bOLLywood-giRL.coM © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor