Senin, 15 Juni 2009

Klinting-klinting dan nawung wulan

Diposting oleh Eka Suzanna di 23.10
Teater X-D from kelompok :
þ Annisah Amalia is Galuh Ajeng
þ Biana is Ibu Peri
þ Dina Novi is Nawung Maya
þ Eka Bhakti is Nawung Luna
þ Hendri Fauzi is Panji Inu Kertapati
þ Hotmauli is Klinting Biru
þ Muhaini is Nawung Wulan
þ Mila Mayangsari is Candra Kirana
þ Nurhasikin is Jaka Sembung
þ Rahmadina is Mbok Rondo
þ Sukma Wardani is Tante Menor
þ Sukmawati is Klinting Merah
ADEGAN 1
Di negeri khayangan Kahuripan, hidup para manusia khayangan. Dan ditamannya yang seindah surgawi, dua insan sedang memadu kasih.
Candra Kirana : “ Kanda, kanda harus berjanji pada Adinda, jangan…jangan…jangan pernah tinggalkan Dinda, kanda. “
Panji : “ Oh, Dinda. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku berjanji, , hidup dan matiku hanya untuk kamu. Aku akan selalu berada di sampingmu, selamanya, , aku akan menjagamu di bangun dan tidurmu, disemua mimpi dan nyatamu, ku akan menjagamu tuk hidup dan matiku, tak ingin-tak ingin kau rapuh….”
Kirana : “ Benarkah itu, Kanda?”
panji : “ Suer, Dinda. Bahkan seandainya Dinda menjadi burung yang akan terbang tinggi di sana, kanda rela menjadi bulu-bulu sayap yang selalu menyertaimu.”
Kirana : “ Kalau Dinda jadi awan, gimana? Awan ‘kan selalu bergerak ke berbagai tempat. Berarti kita akan berpisah dunk….”
Panji ; “ Tidak akan, Dinda. Karena Kanda akan menjadi angin yang selalu meniupmu kemana saja dan selalu menyertaimu.”
Kirana : “ Kalau Dinda menjadi bulan, bagaimana? Bukankah pada siang hari bulan tidak terlihat? Berarti kita gak akan ketemu dong…”
Panji : “ Tentu saja kita akan ketemu, Dinda. Karena Kanda akan menjadi bintang yang selalu mengitarimu dan menjagamu.”
Kirana : “ Kalau Dinda jadi Matahari?”
Panji : “ Kanda akan jadi jemuran dong….jadinya bisa hangat…’kan di sinari sama cahaya Dinda.”
Kirana : “ Hehehe…iya…kanda pinter. Tapi kalau Dinda jadi seekor keong gimana?”
Panji : “ Kanda akan jadi keong jantan. Trus menikah deh….”
Ditengah keasyikan peri kuning dan kandanya, datanglah Ibu peri yang sangat disegani.
Ibu Peri : “ Candra Kirana!!!”
Kirana : ( Kaget)
“ Bunda???”
Ibu Peri : “ Kamu ini nakal sekali ya….sudah berapa kali Bunda katakan? Jangan pernah dekat lagi sama dia! Kenapa kamu masih saja dekat sama dia???”
Kirana : “ Karena aku mencintainya, Bunda….”
Ibu Peri : “ TIDAK!! Bunda tidak merestui, you know?? Kamu hanya terpesona oleh ketampanannya!!”
Kirana : “ Oh, bunda…yang bunda katakan salah. Salah, bunda….aku….aku mencintainya setulus hatiku. Bukan karena ketampanannya. Cinta ini akan terus berguyur bunda, tiada henti…terus mengalir.”
Ibu Peri : “ BULSYIT!!! Heh, kamu Panji Dungu!”
Kirana : “ Panji Inu, bunda…”
Ibu Peri : “ Peduli amat! Mulut-mulut gue, terserah dong mau panggil Panji Dungu atau Panji Millenium! Yang jelas kamu sudah mempengaruhi putriku! Kamu manfaatkan parasmu yang menawan untuk memikat hati putriku. Karena itu, aku harus mengutukmu dan menjauhkanmu dari putriku selamanya. ABROKOKOK!!!!Tinggallah di dunia selamanya dan jadilah manusia!!!!!!!!”
AAAAAAAAAAAAAAAA…….,
Panji Inu pun tergelincir kebumi dan menghilang dari khayangan.
Kirana : “ Kanda….kanda…Oh, Kanda….bukankah kanda berjanji tidak akan meninggalkan Dinda? Hiks…hiks…”
Bunda : “ Yee…ini lagi. Kamu menangis atau bersyair puisi sih?”
Kirana : “ Huhuhu…aku menangis sambil bersajak dan bersajak sambil menangis. ……huhuhuh….Bunda, kamu adalah orang terkejam yang aku kenal di muka bumi ini…oh, kejam…kejam….kejam…Pedih..oh…Pedih….Cinta….Oooo…Cinta!!!!”
Bunda : “ Oh, Dinda…sangat salah kalau kamu mengatakan bunda adalah orang terkejam dimuka bumi ini…”
Kirana : “ Apanya yang salah dari kata yang keluar dimulutku ini?? Bunda memang orang terkejam….yang berani memisahkan dua hati satu cinta….itu adalah perbuatan yang lebih kejam daripada kematian.”
Bunda : “ Maksud bunda, bunda memang orang terkejam seperti yang kamu bilang. Tapi bukan di muka bumi, karena bunda tinggal dikhayangan.”
Kirana : “ Ya itu maksudku tadi. Bunda itu orang terkejam di muka khayangan ini! Aaaah….ngomong sama Bunda selalu tel-mi. Nyebelin!!!”
ADEGAN 2
Panji Inu yang terlempar ke bumi, terdampar di sebuah desa, yaitu desa Dadapan. Mbok Rondo yang sedang mencari ikan di pantai, menemukan Panji Inu.
Mbok Rondo : “ Astagfirullah……siapa pemuda ini? Kenapa dia bisa terkapar di sini??”
Panji : ( Merintih tak berdaya)
“ Haus……lapar…..”
Mbok Rondo : “ Kasihan orang ini. Sebaiknya aku bawa saja dia ke rumah. Bismillahhirahmannirrahim…”
( Memapah Jaka kerumahnya)
Setelah diberi segelas air, Jaka pun siuman dan kaget mendapatkan dirinya ada dirumah Mbok Rondo.
Panji : “Aku ada dimana?”
Mbok Rondo : “ Ini adalah rumah saya. Kenalkan, saya Mbok rondo. Saya menemukanmu sedang terkapar di tepi pantai. Karena merasa kasihan, saya membawamu pulang.”
Panji : ( Mengingat-ngingat kejadian)
“ Oh, iya….aku dikutuk oleh Ibu Peri dan menjadi manusia.”
Mbok Rondo : “ Hah, dikutuk? Astagfirullah…memangnya zaman canggih gini masih ada yang namanya kutuk-mengutuk?”
Panji : ( Menceritakan semuanya)
BLA>>>BLA>>>BLA>>>>
Mbok Rondo : “ Jadi, jadi, kamu seorang dewa????”
Panji : ( Narsis)
“ Ya…ya…begitulah Mbok. Tapi wajah mbok nggak usah sekaget itu. Sebenarnya dari tampang saya….sudah sangat familiar sekali kalau saya ini anak Dewa.”
( Mengusap-usap dagu dengan PD)
Mbok Rondo : “ Astagfirullah…aku tak menyangka wajah Dewa seperti ini. Padahal di buku selalu dikatakan, Dewa mempunyai wajah yang penuh pesona. Tapi kenapa ini, Astagfirullah……”
Panji : “ Saya memang penuh pesona…”
Mbok Rondo : ( menatap wajah jaka tak percaya)
“ Di khayangan wajah seperti ini dibilang penuh pesona…?Astagfirullah……padahal di dunia wajah seperti ini sangat bejibun sekali. Dapat ditemukan dengan mudah. Cakepan juga wajahnya si Mandra…atau si Haji bolot.”
“ Astagfirullah,….aku lagi-lagi menjelek-jelekan orang. Nggak boleh…”
( Bicara sendiri)
“ Ya sudah…kamu lebih baik mandi dulu sana…biar lebih segeran.’
Panji : “ Permisi ya, Mbok…”
Mbok : “ Eh, tunggu….jangan lupa baca doa dulu sebelum masuk kamar mandi.’
Panji : “ oke, Mbok…”
( Mau pergi)
Mbok : “ Eh, tunggu!! Jangan lupa baca doa waktu mau mandi….”
Panji : “ Beres…”
Mbok : “ Eh, tunggu….!! Jangan lupa sebelum membasuh muka baca doa dulu!!!”
Panji : ( Mulai jengkel)
“ O..k…e!”
Mbok : “ Eh, tunggu…!!!”
Panji “ APA lagi, MBOK????? Kalau gini terus kapan saya mandinya?? Iya, saya akan baca doa sebelum gosok gigi, sebelum kumur-kumur!!Sebelum pakai sabun, sebelum basuh air, sebelum berhanduk!!PUAS????”
Mbok : ( Nyengir)
“ Puas….”
Panji segera ke kamar mandi.
Mbok : “ Aku masih kepikiran…apa benar tampang kayak gitu anak Dewa? Ah, katanya anak dewa itu ‘kan penuh pesona….masa wajah tadi itu penuh pesona? Masih pesona juga Dono atau kasino….daripada dia. Ups, gue omongin orang lagi nih! Astagfirullah, nggak bae-nggak bae!”
Panji : “ AAAAAAA!!!!”
Mbok : “ Astagfirullah…..heh, kamu bikin kaget aja! Kenapa teriak-teriak? Cepat banget mandinya? Jangan-jangan kamu nggak baca doa selesai mandi ya? Nggak boleh gitu, jadi manusia itu harus berdoa….eh, iya. Kamu ‘kan bukan manusia…”
Panji : “ STOP dulu ceramahnya MBOK!!! MUKA saya MANA????”
Mbok : ( Bengong)
“ Muka lo? Ini!!”
( Menunjuk wajah jaka)
“ Yeee…muka sendiri kok lupa. Noh, yang ada dua matanya, satu hidungnya tapi dua lubangnya, satu mulutnya……kelihatan kan tuh? Ngapain dicari? Lagian muka dibawah standar komeng aja dicari-cari.”
Panji : “ Ini bukan muka saya!!! Muka saya mana???”
Mbok : “ Yeee…dasar sableng. Kalau ini bukan muka kamu, trus muka siapa? Muka gendruwo???”
Panji : “ Muka saya bukan ini. Nggak sejelek ini. Mana muka saya yang cakep dan penuh pesona itu!!?”
Mbok : “ Situ baru nyadar ya kalau jelek? Kalau saya mah sudah nyadar dari tadi.”
Panji : “ Saya berani sumpah ditimpuk uang sekoper deh, mbok…saya nggak boong. Muka saya tuh aslinya kayak Primus,, bukan kayak dakocan gini!!”
Mbok : “ Yee…kalau ditimpuk uang sekoper gw juga mau boong. Kalau gitu, kenapa ni muka jadi kayak dakocan gini? Ato jangan-jangan lo lupa baca doa sebelum bercermin tadi ya?”
Panji : “ Ga ada hubungannya!! Ini pasti gara-gara kutukan dari Ibu Peri. Dia sengaja membuat wajah saya jadi buruk supaya Candra Kirana nggak tertarik lagi sama saya….”
Mbok : “ Oh, anakku…sungguh malang nasibmu…sebaiknya untuk sementara waktu kamu tinggallah di sini. Anggaplah aku adalah Ibumu dan engkau anakku.”
Panji : “ Terimakasih Mbok…Kalau Mbok mau, Mbok bisa panggil saya Ande-Ande lumut saja. Biasanya Bunda saya memanggil saya begitu.”
Mbok : “ Tentu saja Mbok mau. Kamu ‘kan sudah jadi anak Mbok.”
ADEGAN 3
Jaka : “ Bu, , Jaka pulang!! Jaka mau makan!!! Lapaarrr!!!”
( Marah-marah)
“ Hellooo…orang-orang pada kemana sih?? IBU!!!”
Panji : “ Mbok sedang ke pantai mencari ikan…”
Jaka : “ Loj, kamu siapa? Kenapa bisa ada di sini?”
Panji : “ Ceritanya panjang,nanti biar Mbok saja yang cerita. Saya Panji Sumirang…anak angkat Mbok.”
Jaka : “ Hah, anak angkat? Maksud lo, lo saudara angkat gue gitu? Bah! Cari makan buat gue aja Mbok susah, pake bawa anak angkat segala!!! ”
Panji : “ HEH! Kamu jangan ngatain Mbok seperti itu. Dia itu Ibumu, , dia sangat baik padaku.”
Jaka : “ Dia memang baik padamu, tapi aku nggak bisa nerimamu! Pergi kamu dari sini!”
Panji : “ Nggak bakalan.”
Jaka : “ Heh! Lo mau ngelawan ya? Belum tau kalau gue jago main pedang!?”
( Mengambil pedang dan siap menyambit Panji)
Panji : “ Hwaahhh!!! AMPUN!!!!”
( Lari)
Jaka : “ Heh!! Mau kemana lo?? Aku Cuma bercandaaa!!!”
ADEGAN 4
Di negeri khayangan Kahuripan, Candra Kirana dan saudara-saudaranya, para bidadari sedang berkumpul.
Kirana : “ Oh…huhuhuhu……Kanda……kenapa kau nggak kembali-kembali…aku sangat merindukanmu…huhuhu..”
( Menangis)
Nawung Wulan : “ Oh, adekku malang adekku sayang…cup…cup…”
Nawung Luna : ( Menangis sekenceng mungkin)
“ Heehhhuuhuhuhu……Huhuhuhu….”
Nawung Wulan : “ Loh, Luna…kamu kenapa nangis?”
Nawung Luna : “ Aku sedih ‘kak…melihat Kirana sedih kayak gini….Huhuhuhu…”
Nawung Wulan : “ Cup…cup….sudah, diem ya adekku sayang adekku malang…jangan sedih. Yang harusnya nangis ‘kan Kirana bukan kamu.”
Nawung Luna : “ huhuhu…Pokoknya aku mau nangis…huhuhu…”
Galuh Ajeng : ( Sinis)
“ Alaahhh……ngapain sih pemuda seperti itu ditangisi?? Memang secakep apa sih dia? Nggak secakep Brad Pitt kan???”
Kirana : “ Kamu ‘kan belum liat tampangnya kanda Panji, kalau kamu liat pasti kamu tergila-gila!”
Galuh Ajeng : “ Bagaimana mau liat!? Kamu sama dia ‘kan kalau ketemu sembunyi-sembunyi, back street gitu loh!!”
Nawung Wulan : “ Husshh…sudah-sudah adekku. Kalian jangan bertengkar dong…kamu juga Galuh ajeng. Jangan ganggu Kirana. Dia lagi berduka cita.”
Galuh Ajeng : “ Berduka cita?? Hello…..!! Memang sudah ada yang meninggal ya???”
Nawung Wulan : “ Adekku, Ajeng sayang…’kan berduka cita tak harus karena ada yang meninggal..”
Nawung Luna : “ Huhuhuhu……”
Nawung Wulan : “ Loh, kamu kenapa nangis lagi Luna?”
Nawung Luna : “ Ngomong soal meninggal, , Luna jadi teringat sama…Ayahanda yang sudah tiada!! Huhuhuhu….Luna sedih!!!Huhuhuhu….”
Nawung Wulan : “ Oh…cup…cup….adekku sayang adekku malang……”
Kirana : “ Meninggal? Oh, Tuhan…apakah kanda Panji sudah meninggal? Kenapa dia belum ada kabarnya? Aku takut….aku takut dia kenapa-napa. Kalau sampai dia sudah tiada, lebih baik aku mati saja. Karena tanpa Kanda aku tidak akan bisa hidup. Dia sudah bagaikan oksigenku…dia sudah bagaikan rohku dan bagian hatiku. Tanpa dia, aku mau mati saja.”
Galuh Ajeng : “ Cape deh!! Sok puitis banget sih lo!!! Daripada mikir macam-macam, lebih baik lo susul aja dia ke bumi! Cari dia….daripada lo kayak orang gila gini!”
Kirana : “ Oh iya, Ajeng…kamu bener. Kenapa aku nggak terpikir nyusul dia saja ya? Kamu pinter!!”
Galuh Ajeng : “ Ya iyalah…AJENG!!! Makanya, kalau punya otak tuh dipake you know!?”
Nawung Wulan : “ Bagaimana caranya ke bumi? Kalian lupa ya? Kita para bidadari hanya bisa berada di bumi selama 6 jam. Sedangkan kalau ingin mencari Panji ‘kan harus berhari-hari…”
Kirana : “ Iya, aku lupa. Jadi gimana dong? Mencari kanda Panji selama 6 jam di bumi yang seluas itu mana cukup!”
Ajeng : “ Mikir dong!! Gunakan otak….gimana sih? Otak kok nggak dipake-pake!”
Nawung Luna : “ Hiks…huhuhuhu….”
Nawung Wulan : “ Kamu kenapa lagi, luna?”
Kirana : “ Iya, daritadi mewek terus…”
Nawung luna : “ Luna takut sama Kak Ajeng daritadi marah-marah. Pake bentak Luna segala…huhuhuhu…”
Ajeng : “ Yeee…sensi banget sih! Yang ngebentak kamu sapa? Nggak ada kok, kamunya aja tuh cengeng. Dasar cengeng!”
Kirana : “ Oi, sudah. Katanya mau mikir…”
Mereka semua pada mikir
Ajeng : “ Ini lagi! Daritadi baca buku aja kerjaannya! Bantu mikir dong!”
( Merampas buku bacaannya Nawung Maya)
Nawung Maya : “ Heh, kamu apa-apaan sih Jeng! Jangan main rampas buku orang seenaknya dong!”
Ajeng : “ hah, Orang? Kamu tuh bukan orang but bidadari!!”
Nawung Maya : “ Up to you lah! Yang jelas aku nggak suka kamu merampas buku aku sekasar itu! Kalau rusak gimana? Ini harganya Muahaaal tau!!’
( Mengambil kembali bukunya)
Ajeng : “ Kamu sih, bukannya ikut mikir malah baca buku melulu! Bosen tahu liatnya. Kayak patung hidup!!”
Nawung Maya : “ Yee…ngehina aja kamu bisanya! Dasar centil…biar gini-gini aku tuh ikut mikir juga tahu! Kamu nggak tahu ‘kan buku apa yang aku baca ini?”
Ajeng : ( Sinis)
“ Mana aku tahu. Aku ‘kan bukan kutu buku kayak kamu!”
Nawung Maya : “ Dalam buku ini dijelaskan mengenai cara agar bidadari bisa menjadi manusia untuk selamanya…”
Kirana : ( Tertarik)
“ Caranya gimana, May?”
Nawung Maya : “ Sebenarnya gampang, Cuma resikonya besar lho! “
Kirana : “ Apapun resikonya akan aku terima demi Kanda Panji!”
Ajeng : “ Cih…sok puitis!”
Nawung Maya : “ Hush, diam kau kijil! Caranya gini, untuk menjadi manusia harus mengucapkan mantra huhumamay babibebubo sebanyak 3 kali dan harus konsentrasi. Nanti kamu akan terlempar ke bumi dan jadi manusia deh. Tapi ada resikonya. Kamu akan berubah menjadi keong ketika hari menjelang malam dan berubah jadi manusia ketika mulai siang hari. Gimana?”
Ajeng : “ hah? Jadi keong? Ogah deh! Mending juga jadi bidadari. Daripada jadi keong? Mau tinggal di mana?”
Kirana : “ Nggak apa-apa deh, aku terima resiko itu.”
Nawung Wulan : “ Eh, jangan…kamu harus mikir-mikir dulu. Jadi manusia itu nggak gampang…”
Kirana tetap membaca mantra itu dan dia terlempar ke bumi. AAAAAAAa……
Nawung Wulan : “ Adeku Kirana……Kirana!!!”
Nawung Luna : “ Huhuhu…kakak Kirana…kenapa kakak membaca mantra itu? Huhuhu….”
Ajeng : “ Huh! Tuh anak memang goblok banget ya! Lebih milih jadi setengah manusia setengah keong daripada jadi bidadari cantik gini!!”
Nawung Wulan : “ Maya,….apakah kamu nggak punya mantra agar Kirana bisa kembali jadi Bidadari? Aku khawatir dia tidak mampu menjaga dirinya di bumi…”
Nawung Maya : “ Duh, aku belum pernah baca mantra penangkalnya kak…Memangnya ada ya?”
Nawung Wulan : “ Kamu ‘kan bidadari yang paling akrab dengan alam-alam di khayangan ini…Coba kamu minta bantuan mereka….”
Nawung Maya : “ Aku akan coba, kak…WAHAI PARA PENGUASA ALAM!!!! PANDANG AKU, TATAP MATAKU! TOLONGLAH BANTU AKU! BANTULAH KAKAKKU CANDRA KIRANA AGAR KELUAR DARI KETERPURUKANNYA! BANTULAH AKU, , BANTULAHHH!
Sebuah buku terjatuh di depan mereka. Nawung Maya segera mengambilnya.
Nawung Maya : ‘ Ini jawabannya…mantranya adalah Panji Inu harus mengatakan bahwa dia sayang pada Kirana, maka dia akan kembali menjadi bidadari. Tapi kalau lebih dari tiga hari Panji Inu tidak mengatakannya, maka Kirana akan menjadi keong selamanya! Gawat!!!”
Nawung wulan : “ kalau gitu kita harus memberitahu ini pada Kirana. Ayo kita susul dia ke bumi.”
ADEGAN 5
Kirana : “ Aku dimana ini? Apa aku sudah di bumi? Sepertinya hari sudah mau malam…Oh, aku harus tinggal dimana?”
( Mersakan getaran hebat pada tubuhnya)
“ Aaahhh…tubuhku kenapa? Tubuhku kenapa begini….duh, sakiiit!!! AAAAAA….”
( Berubah menjadi keong)
Seorang tante menor datang sambil bernyanyi-nyanyi melewati tempat itu.
Tante menor : “ wah, keong ini cantik sekali. Belum pernah aku melihat keong secantik ini! Wuih,kalau di jual ke kota bisa mahal nih harganya atau kalau dipajang di rumah pasti cantik. Aku bawa pulang ah!”
ADEGAN 6
Klinting Merah dan Klinting Biru menahan lapar di rumahnya.
Klinting Biru : “ Kak…lapar nih! Mama mana sih belum pulang-pulang!!”
Klinting Merah : “ Ya mana aku tahu! Kamu pikir aku nggak lapar apa?? Lapar juga tahu!!:
Klinting Biru : “ LAPAR!!! Lapar lapar lapar Lapaarrrrr!!!!”
Klinting Merah : “ Hush! Berisik tahu gak! Bikin perutku tambah lapar aja! Duh, sakit perut nih!!!”
Tante Menor : “ Mama pulang!!!”
Klinting Biru : “ Eh, itu suara Mama! Wah, makanannya dateng!!!”
( Mau menyambut mama)
Klinting Merah : “ Eh, enak saja! Aku dulu dong! Kamu anak kedua belakangan aja!”
Klinting biru : “ Sejak kapan ada aturan anak pertama dan anak kedua? Pokoknya siapa cepat dia dapat!!!”
Klinting Merah : “ Nggak bisa gitu dong. Aku anak sulung, kamu harus nurut kata-kata aku!!”
Klinting Biru : “ Ah, masa bodo!”
( Mau pergi)
Klinting Merah : ( Menarik Rambut klinting Biru)
“ Eh, tunggu!!”
Klinting biru : “ Adduh..!”
( Terjatuh)
“ dasar curang!”
Klinting Biru menjegal kaki klinting Merah hingga ikut terjatuh.
Tante Menor : “ Eh, ada apa sama kalian? Bertengkar lagi ya? Sudah dibilang kalau ditinggal berdua jangan kelahi!”
( Menjewer dua telinga anaknya)
Klinting Merah dan Biru meringis kesakitan.
Klinting Biru : “ Mama bawa apaan? Makanan ya?”
Tante Menor : ( Mengeluarkan keong)
“ Bawa ini!”
Klinting Merah : “ Hah? KEONG!? Yach, kirain bawa makanan! Kalau kayak gini sih mana bisa dimakan!!”
Mama : “ Eh, gini-gini kalau dijual Muahaal!!”
Klinting Biru : “ LAPERRR MAMA!”
Tante Menor : “ Mau makan? Ayo! Jangan mewek aja!”
Klinting Merah : “ Jadi Mama bawa makanan?? Bilang dong daritadi!”
ADEGAN 7
Ke empat bidadari saudara Candra kirana sudah tiba di bumi.
Ajeng : “ Sekarang kita harus cari dia kemana? Duh, mana di bumi panas banget lagi!! Kulit aku jadi kusam nih……Uh…rambut aku bisa rusak kena sinar matahari! Ya ampun!!! Panas banget sih di sini!”
Nawung Maya : “ Diam kau bawel! Centil banget sih…baru seperti itu saja sudah sibuk!”
Nawung Wulan : “ Sudah…sudah ade-adeku. Betul juga yang dikatakan Ajeng. Aku juga merasa gerah. Kita mandi dulu yuk di sungai…setelah itu baru kembali mencari Kirana.”
Nawung Luna : “ Kakak-kakakku. Sepertinya di situ ada sungai yang jernih. Kita mandi di sana saja. Sepertinya sepi…”
Mereka segera meletakkan selendang mereka dan mulai mandi di sungai. Jaka yang melihat selendang-selendang itu merasa tertarik dan ingin memilikinya. Dia juga merasa tertarik pada ke empat perempuan yang sedang mandi di sungai itu. Jaka mengambil selendang milik Nawung Luna dan membawanya pergi.
Nawung Wulan : “ Ya ampun Ade-adekku. Waktu kita hampir habis. Ini sudah mau enam jam. Kita harus segera kembali ke khayangan. Ayo, pakai selendang kalian. Tanpa itu kalian nggak akan bisa kembali ke khayangan.”
Nawung Luna : “ Hah? Selendang Luna hilang, kak…lho…kemana? Padahal tadi aku letakkan di sini! Huhuhu…kok nggak ada sih?”
Ajeng : “ Cari yang betul dong! Jangan cengeng!!”
Nawung Maya : “ Duh, kalau nggak kembali bisa gawat nih. Bunda akan marah!”
Nawung Luna : “ Hiks…tapi selendang Luna nggak ada. Luna nggak akan bisa kembali!”
Nawung Maya : “ Gini saja. Sementara kamu tinggal dulu di bumi. Nanti besok kami akan kembali membantu kamu cari selendang. Aku juga akan minta bantuan di khayangan…”
Nawung Luna : “ Nggak…huhuhu…Luna takut tinggal sendiri…”
Ajeng : “ Ih, cengeng! Kamu nggak akan kenapa-napa. Percaya deh, kami akan kembali besok! Gitu aja cengeng! Makanya kalau taruh selendang tuh hati-hati!”
Nawung Wulan : “ Maafkan kakak ya, luna…Kakak harus pergi dulu….”
Para bidadari kembali ke khayangan meninggalkan Luna yang masih menangis. Jaka yang lewat di situ heran melihat ada perempuan nangis.
Jaka : “ Lho, kamu salah satu gadis yang mandi di sungai tadi ‘kan?”
Nawung Luna : ( Melihat selendang yang dipegang Jaka)
“ Loh, ini ‘kan selendangku. Kamu mencuri ya! Dasar pencuri! Kembalikan!”
Jaka : “ Eits, enak saja…ini ‘kan aku yang nemu. Kenapa situ yang ngaku! Apa buktinya kalau ini selendangmu!?”
Nawung Luna : “ Huhuh…tolonglah kembalikan. Tanpa itu aku nggak akan bisa kembali ke khayangan.”
Jaka : “ Khayangan? Maksudnya tempat tinggalnya Ande-ande lumut?”
Nawung Luna : “ hah? Siapa ande-ande lumut?”
Jaka : “ itu saudara angkatku. Dia berasal dari khayangan. Nama aslinya sih Panji Inu Kertapati. Kamu kenal nggak sama dia? Kalau kamu memang dari khayangan pasti kamu kenal dia.“
Nawung Luna : “ Panji Inu Kertapati? Iya aku kenal dia. Tolong antar aku menemuinya.”
ADEGAN 8
Di Negeri Khayangan Ibu Peri sedang menunggu kedatangan para bidadari
Ibu Peri : “ Heh! Berani sekali ya kalian turun ke bumi tanpa sepengetahuan Bunda!!”
Nawung Wulan melindungi ade-adenya yang pada ketakutan.
Nawung Wulan : “ Maafkan kami bunda, , kami hanya ingin membantu Ade Kirana. .”
Ibu Peri : “ Huh! Anak itu lagi, anak itu lagi. Kenapa lagi dia??”
Nawung Wulan : “ Apa bunda tidak tahu kalau Kirana telah membaca mantra yang membuat dirinya menjadi setengah keong setengah manusia? Dan sekarang kami nggak tahu Kirana ada dimana, bun…”
Ibu Peri : “ APA? Kirana menjadi keong. . .??”
Nawung Maya : “ Iya, Bun…dan mantra penangkalnya hanya satu cara. Kakak Kirana harus mendengar pengakuan cinta dari Panji Inu sebelum tiga hari. Lewat dari tiga hari, maka Kirana akan jadi keong selamanya.. “
Ajeng : ( Jutek)
“ Dan sekarang sedang masuk hari ke dua. Dan kita belum menemukan Kirana ataupun yang namanya Panji Inu itu! Dan kita juga nggak tahu apakah mereka sudah bertemu. Kalau sampai lusa mereka belum bertemu, maka tamatlah riwayat Kirana dengan menjadi KEONG! Dan itu karena kesalahannya!”
Nawung Maya : “ Itu kesalahanmu goblok! ‘Kan kamu yang pake acara ngusulin ke Kak Kirana supaya menjadi manusia buat cari si Panji!”
Ajeng : “ Enak aja cantik gini dikatain goblok! Itu juga salahmu tolol! Yang ngasih mantra aneh itu ke Kirana, siapa? Kamu ‘kan!!? Kamu ‘kan??”
( Menoyor-noyor kepala Maya berkali-kali)
Nawung Maya : “ Eh, jangan pake noyor-noyor dong!”
( Menepis tangan Ajeng)
Ibu Peri : “ STOOPPPP!!!!!”
Seluruh Khayangan beserta isinya langsung bergetar hebat….
‘ HWAAAAA!!!!!!!”
Nawung Maya : “ Wuuuh…dasyat bun!!!”
Ibu Peri : “ Bunda marah!!! Kenapa kalian nggak segera kasihtau Bunda!!? Ayo, sekarang kita kembali ke bumi mencari Kirana!! Maya, cepat minta tolong penguasa alam untuk mencari Kirana !”
Nawung Maya : “ Siap! WAHAI PENGUASA ALAM!!! DENGAR-LAH KATA-KATA-KU! DIMANA?? DIMANA KAH CANDRA KIRANA BERADA? TUNJUKKAN PADAKU!TUNJUKKKAN LAHHHH!!!!”
Sebuah buku tebal jatuh di depan mereka.
Nawung Maya : ( Segera membuka)
“ Di sini menunjukkan, Candra Kirana sedang berada di desa sebrang Dadapan. Tepatnya di daerah ini nih!”
Ibu Peri : “ Tunggu apalagi? Ayo, berangkat sekarang!!!”
Ajeng : “ Hah!!? Ke bumi lagi!!? Ya, ampun……panasnya aja aje gile gitu! Duh!!Nie rambut bisa pecah-pecah nih! Padahal baru saja selesai creambath!!”
Ibu Peri : ( Mendadak terdiam)’
“ Kayaknya….kayaknya ada sesuatu yang kurang deh!!!”
Ajeng :“ Oh iya!!! Aku lupa pake parfum!”
Ibu Peri : “ Ajeng! Bukan itu maksud Bunda! Sekali lagi mulut kamu yang bawel so bawel itu ceriwis lagi, siap-siap aja Bunda sihir jadi cumi-cumi! Biar sekalian monyong 10 Cm!”
Ajeng : “ Ah! Jangan. Bun…ampun!!”
( Menutup mulutnya)
Ibu Peri : “ Biasanya ada suara –suara cengeng yang keluar! Tumben nich, nggak ada! Ayo, mana ade kalian Nawung Luna!?”
Semuanya terdiam dan gigit jari.
Nawung Wulan : “ Hm, Luna kami tinggal di bumi, bun…”
Ibu peri : ( Melotot)
Nawung Wulan : “ Soalnya selendang Luna hilang waktu kami lagi mandi di sungai. Karena tidak ada selendang, dia nggak bisa kembali ke khayangan….”
Ibu Peri : “ Makanya! Bunda sudah bilang, jangan main-main ke bumi! Sekarang bagaimana? Kalau selendangnya nggak ketemu, ade kalian nggak bakalan bisa pulang! Dasar tolol kalian semua!! Maya, cepat minta tolong pada Alam! Tanya kabar selendang, Panji dan Luna! Setelah itu kita cari mereka!”
Nawung Maya : ‘ WAHAI PARA PENGUASA ALAM! AKU SEDANG BINGUNG, HATIKU BERTANYA, , MOHON TUNJUKKANLAH PADAKU! DIMANA KAH LUNA DAN SELENDANGNYA BERADA? DAN DIMANAKAH KANDA PANJINYA KIRANA!? WAHAI TANGAN-TANGAN GAIBBB! RAIHKANLAH SEBUAH JAWABAN UNTUKKU! BERIKANLAH!”
Buku tebal kembali terlempar di depan mereka
Nawung Maya : “ hah!? Ternyata selendang, Luna dan Panji Inu sudah bertemu! Mereka ada di satu tempat!”
Ibu Peri : “ Lho, Kok bisa!? Ya sudah! Ayo kita susul mereka!”
ADEGAN 9
Panji Inu sedang mondar-mandir di rumah dan terlihat sedih.
Panji : “ Oh, Dinda……apakah kabarmu di sana? Aku sangat merindukanmu!”
Mbok Rondo : ( Menghampiri Panji)
“ Loh, kamu kenapa Ande-Ande Lumut? Kok, mukanya sedih gitu?”
Panji : “ Aku rindu dengan kekasihku Mbok……”
Jaka : “ ASSALAMUALAIKUM!!!”
Mbok n Panji : “ Waalaikum salaam….”
Jaka : “ Nih, Luna….ini yang namanya Panji…”
Nawung Luna : “ Hah? Huhuhuh…hiks…hiks……Kok mukanya gitu? Sereem….Luna takut…..”
Mbok : “ Loh, gadis ini siapa Jaka? Hm, , aaah….pacar kamu ya?”
Jaka : ( Malu-malu)
“ Ah, si Mbok. Ada-ada saja!! Ini, namanya Nawung Luna.”
Panji : “ Tunggu, , Nawung Luna?? Jangan-jangan kamu ade bungsunya Candra Kirana ya?”
Luna : “ Iya, bla---bla----bla! Huhuhuh….makanya, kamu harus bantu Kak Kirana! Tolong cari dia! Kami nggak tahu sekarang dia dimana….”
Panji : “ Baiklah, aku akan mencarinya. Aku akan membuka sayembara ‘ Bahwa Ande-Ande Lumut sedang mencari calon isteri’. Aku yakin, kalau Kirana mendengar ini, dia pasti akan datang menemuiku. Jaka! Tolong kamu segera umumkan pengunguman ini ke desa-desa.”
Jaka : “ Sip!!”
ADEGAN 10
Klinting Biru : ( Asyik berlipstik)
Klinting Merah : ( Asyik berbedak)
Tante Menor : ( Menimang-nimang keong)
“ wah, ini keong bagusnya diapakan ya? Dijual sayang….tapi kalau Cuma dipajang, , sayang juga! Padahal bisa dapet uang….”
( Ngomong sendiri)
Klinting Biru : “ Merah, tolong dong bantu aku pake lipstick nih! Ribet!”
Klinting Merah : “ Enak bener kamu nyuruh2! Aku ini kakakmu tau!!Lagian lipstick murahan aja dibangga2 kan segala!!”
Klinting Biru : “ Lho, kok jadi ngehina? Bedak kamu tuh juga murahan! Kalau dipake Cuma bikin muka gatel-gatel!”
Tante Menor : “ Stop! You…you…kok bandel banget sih! Kelahiiii aja! Bertengkar ajaa!”
( Menjewer dua telinga ankanya!)
PENGUNGUMAN!PENGUNGUMAN!
Tante Menor : “ Hah? Pengunguman apa tuh?”
Klinting Merah : “ Wah, kayaknya undangan nih! Yuk kita lihat!!”
( Lari keluar di susul Klinting Biru)
Tante Menor : “ Woi, anakku!! Duh, jangan keluar oi!! Muka kalian tuh jelek tau!!!”
Klinting Merah dan Biru kembali masuk membawa Jaka
Klinting Biru : “ Cepat, baca pengungumannya!”
Jaka : “ Sabar dunk! Nih, denger….” Seorang pemuda Tampan dari Desa Dadapan bernama Ande-Ande Lumut sedang mencari calon isteri! Bagi yang berminat ikut audisi silahkan dateng ke rumah Mbok Rondo segera!!”
Klinting Merah : “ Merah mau ikut!!! Mama! Ikut yuk!”
Jaka : “ Hahahaa…muka kayak gini aja mau ikut? Ngaca dunk!!!”
Klinting Biru : “ Heh, jangan ngehina ya! Kami ‘kan cantik-cantik!”
Jaka : “ hahaha…”
Tante Menor : ( Mengetuk kepala anaknya satu-satu)
“ makanya! Jangan kasih liat muka seperti itu ke orang-orang! Liat tuh muka, dah kayak badut aja! Bedanya, badut itu lucu, lo nggak! Sana cuci muka dulu!”
K. Merah dan Biru saling berpandangan dan sama-sama berteriak kaget melihat muka masing-masing. Mereka lalu keluar cuci muka.
Tante Menor : “ Btw, kalau janda boleh ikut nggak?”
Jaka : “ Oh, boleh. Siapa saja, asal dia wanita, bukan waria!”
Tante Menor : ‘ Kalau gitu antar kami bertiga ke sana!”
Jaka : “ Saya siap kasih tau jalan ke rumah Mbok Rondo asalkan ada imbalannya, hehe…”
Tante Menor : “ dasar matre lo! Ini aja imbalannya! Keong! Kalau dijual Muaahahaaall!”
Jaka : ( Mikir-mikir)
“ Gak,deh…gak minat! Gak sah pake imbalan deh, keongnya tinggal aja. Ayo, berangkat.”
ADEGAN 11
Keong kembali menjadi Kirana
Kirana : “ Kalau aku nggak salah denger, Kanda Panji sedang membuka sayembara. Pasti dia bermaksud mencari aku….aku harus ikut audisi ini. Tapi, aku nggak tahu jalan menuju ke sana……kalau gitu aku harus mengikuti pemuda dan tante menor itu.”
ADEGAN 12
Klinting Merah : “ Oi, Jaka! Kita harus lewat mana lagi nih? Jauh banget sih rumahnya Mbok Rondo itu! Dari tadi nggak nyampe-nyampe tahu!”
Klinting Biru : “ Iya nih! Cape tahu!”
Tante Menor : “ Jangan-jangan kamu nipu kami ya!? Mau ngerjain!!?”
Jaka : “ Weits! Jangan sewot dulu dong. Sebentar lagi nyampe kok. Yang penting ‘kan kalian akan menikah dengan Ande-Ande lumut…Dia lebih cakep dari Brad Pitt lho!”
Klinting Biru : “ Huh! Awas aja ya kalau ternyata dia lebih jelek dari Ucok Baba! Gue cincang-cincang lo ntar! Yuk, jalan lagi!!”
Mereka kembali berjalan. Di belakang Kirana menyusul.
Kirana : “ Duh, kok dari tadi jalan melulu sih nggak nyampe-nyampe! Kalau kayak gini mana keburu. Ntar lagi hari mau malam. Aku bakalan menjadi keong nih!”
( Badannya bergetar hebat)
“ Duh, badanku kenapa lagi? Pasti aku mau jadi keong lagi deh!!! AAAAAA!!!”
( Jadi keong)
Para Bidadari turun…
Nawung Wulan : “ Lihat, ada keong cantik!”
Ajeng : “ Pasti itu Candra Kirana!”
Ibu Peri : ( Mengambil keong dengan raut muka sedih)
“ Oh, anakku… … maafkan bunda sayang. Ini semua gara-gara Bunda.”
Nawung Wulan : “ Ini bukan salah Bunda, kok….”
Ajeng : “ Ini salah Ajeng….”
Nawung Maya : “ Baru nyadar lo centil!!?”
Ajeng : “ Huh! Diam lo kutu buku!”
Ibu Peri : “ DIAMMM!”
Semua terdiam
Nawung Maya : ( Menunduk)
“ Ini salah Maya kok….”
Ibu peri : “ Seandainya saja Bunda merestui hubungan Kirana dengan Panji Inu pasti nggak akan begini.”
Ajeng : “ Seandainya aku nggak menyuruh Kirana untuk ke bumi mencari Panji pasti nggak akan begini!”
Nawung Maya : “ Seandainya aku nggak meminta bantuan penguasa alam, pasti nggak akan begini…”
Ibu Peri : “ Seandainya Bunda nggak mengutuk Panji menjadi manusia, pasti nggak akan begini….”
Ajeng : “ Seandainya Ajeng nggak memberi ide agar Kirana jadi manusia, pasti nggak akan begini!”
Nawung Maya : “ Seandainya Maya nggak memberitahu mantra itu, pasti nggak akan begini!”
Ibu peri : “ Seandainya Bunda…”
Nawung Wulan : “ Duh, stop-stop-stop. Kalau harus ngomong seandai-andainya terus, kapan habisnya?? Yang sudah berlalu biarlah berlalu! Lebih baik kita bawa Kirana ke tempat Panji Inu dan menyuruhnya untuk mengatakan cinta pada Kirana sebelum terlambat. Ini sudah malam hari. Apabila lewat dari jam 12, maka Kirana akan menjadi keong selamanya. Bagaimana kalau seandainya Kirana menjadi keong?? Kalian mau!?”
Ibu Peri : “ Wah, jangan!! Sekarang kita harus ke rumah Mbok Rondo! Ayo!!”Ajeng : “ Cepet!!Cepet!! ini sudah jam 10. Dua jam lagi akan 3 hari!”
ADEGAN 13
Mbok Rondo sedang menyapu di rumahnya
Mbok : “ Jaka kemana sih? Jam segini kok belum juga pulang!!”
Jaka : “ ASSALAMUALAIKUM!!!”
Mbok : “ Waalaikumsalaam…”
Klinting Merah : ( Menyerobot masuk kegirangan)
“ Mana? Mana si gantengnya!? Aku sudah nggak sabar nih?”
Klinting Biru : ( Masuk sambil lari-lari)
“ Mana si Ande-Ande lumut?”
Klinting Merah : “ Heh! Kau ngapain ikut-ikut masuk, Hah?”
Klinting Biru : “ Ya mau ikut Audisi lah! Mau apalagi!?”
Klinting Merah : “ PERCUMA! Karena yang dipilih pasti aku! Because, , akulah wanita tercantik di desa ini!”
Klinting Biru : “ Eh, belum tentu! Dia nggak akan mau dengan wantita ember, cempreng and bawel kayak kamu!!”
Tante Menor : ( Masuk)
“ BERHENTI!! Kalian ini lagi-lagi berantem ya!!”
( menjewer)
“ Inget! Diantara kalian berdua, tidak akan ada yang jadi isterinya Ande-Ande lumut!”
Klinting Merah : “ Loh, kenapa Ma?Apa kami kurang cantik?”
Tante Menor : “ Bukan karena itu! Tentu saja kalian cantik-cantik. Sangaat…cantikk! Yaiyalah, siapa dulu Mamanya!”
( Membanggakan diri)
Klinting Merah dan Biru: “ Hoeweekk!”
Tante Menor : “ Karena…Hm! Karena dia akan menjadi Papa kalian!”
Klinting Biru : “ Hah!? Maksudnya Mama yang akan jadi isterinya!!?”Klinting Merah : “ Waahh!!! Mama jahat!! Mama kan sudah punya anak gadis! Masa mau ikut audisi!”
Tante Menor : “ yeee! Biarin! ‘Kan nggak ada peraturannya janda beranak dua nggak boleh ikut!”
Mbok Rondo : “ Oh, jadi kalian mau ikut audisi? Ya sudah, silahkan antri….saya akan panggilkan ande-ande lumut…”
Klinting Merah dan klinting Biru berebutan baris. Dan Tante Menor kembali menjewerin mereka satu-satu.
Mbok Rondo : “ Coba kalian tunjukkan letak kecantikan kalian. Saya mau liat sebelum kalian saya temukan dengan Ande-Ande lumut…”
Klinting Merah dan biru serta Tante menor mulai bergaya satu-satu.
Mbok Rondo : “ Putra ku Ande-Ande Lumut!! Di sini ada 3 wanita….. yang satunya janda dan dua anak gadisnya yang cantik-cantik tapi bawelnya minta ampun. Sedangkan yang janda dandanannya sangat menor! Mereka mau ikut audisi……”
Panji : ( Keluar)
“ mana Mbok? Apakah mereka secantik Candra Kirana??”
Tante menor dan anak-anaknya teriak melihat muka Panji yang sangat jelek.
“ HWAAAAAA!!!!!”
Tante menor : “ Nggak jadi deh aku ikut audisi!! CANCEL!CANCEL!!!”
Klinting Merah : “ Betul Ma!!! Betul! Kami juga nggak mau punya Papa kayak gini!”
Klinting Biru : “ Katanya lebih cakep dari Brad pitt!!!! Dasar penipu lo! Gue cincang-cincang lo ya!!!”
( Mencekik-cekik Jaka)
Jaka : “ Hok!Ohok!!! Tolooong….aku bisa mati nih!”
Nawung Luna : ( Keluar menolong)
“ Eh, jangan! Bisa mati anak orang…… jangan lakukan tindakan criminal di sini!”
Mbok Rondo : “ Bagaimana anakku? Apakah mereka yang kamu cari…”
Panji : “ Bukan…Candra Kirana lebih cantik dari mereka. Saya nggak mau dengan mereka! Mukanya jelek-jelek gitu! Ada yang Menor pula!”
Tante menor : “ Heh! Nyindir lo ya!!?”
Klinting Merah : “ Kayak mukamu cakep-cakepnya aja! Muka kayak dakocan gitu sok-sok mau cari wanita lebih cantik dari kami! Kami juga OGAH ma kamu! Mendingan juga sama Jaka.”
Panji : “ Eh, jangan ngeledek ya! Lo ‘kan belum tahu bagaimana muka gue kalau sudah berubah jadi keren!”
Klinting Biru : “ Iya juga, masih cakepan Jaka. Aku sama Jaka aja ah, daripada cape-cape kesini nggak dapet apa-apa. Mending sama jaka…”
Klinting Merah : “ Eh, kok kamu ikut-ikut sih! Yang duluan bilang mau sama Jaka ‘kan aku! Pokoknya aku yang sama Jaka!”
Klinting Biru : “ Ih, aku!”
Jaka : “ Waduuh, seumur-umur baru kali ini ada cewek-cewek cantik memperebutkan aku!”
Para Bidadari datang….
Nawung Luna : “ Bunda!? Kakak-kakakku?? Huhuhu….Luna kangen!!”
Ibu peri : “ Oh, anakku…”
( Merangkul Luna)
Ajeng : ‘ keongnya mana? Keong! Cepet…10 menit lagi jam 12!!!!”
Nawung Wulan : ( Mengeluarkan keong)
“ Panjinya mana?”
Panji : “ Saya panji…kalian kenapa bisa ada di sini…Kirana mana?”
Ajeng : “ Hah!!? Jadi ini yang namanya Panji!? Oh my god! Apanya yang cakep!? Mata Kirana sudah buta ya!??”
Nawung maya : ( Menyumbat mulut Ajeng)
‘ diem bawel!”
Nawung wulan : ‘ Panji, Kirana sudah menjadi keong. Dan untuk menjadikannya manusia, dia harus mendengar kata bahwa kamu cinta padanya. Ayo, katakanlah padanya. Karena kalau kamu tidak mengatakannya hingga jam 12 nanti, dia akan menjadi keong selamanya!”
Nawung Maya : “ Jangan diem aja! Cepat bilang! 5 menit lagi nih mau jam 12! Kamu mau Kirana jadi keong selamanya!!?”
Panji : ( Ragu-ragu)
“ Ah, masa sih keong ini Kirana? Nggak percaya! Kalian pasti nipu aku ‘kan? Aku tahu kalian tidak merestui hubunganku dengan Kirana! Tapi jangan ngerjain aku dong. Nggak mungkin Kirana menjadi keong! Aku nggak mau ah…ngapain bilang cinta sama Keong? Cintaku Cuma untuk dinda!”
Nawung Maya : “ 10 detik lagi!!!! 10….9…8….7….6………5…….4…..3…2….1……”
Ibu Peri : ( Nangis)
“ Kirana!!!!!!”
Nawung Luna : “ kakak Kirana!!!!”
( menangis sejadi-jadinya)
Ajeng : ( Membentak Panji)
“ Ini semua gara-gara kamu! Dasar cowok nggak tahu diri! Gara-gara kamu Kirana jadi keong selamanya!”
Panji : “ Jadi dia beneran Kirana? Kalian gak membohongi aku?”
Nawung Maya : “ Ya nggaklah. Buat apa bohongin kamu. Kamu baca nih mantra. Kirana sudah membaca mantra itu yang membuat dia jadi keong. Kalau lebih dari 3 hari dia nggak mendengar kata cinta dari mulutmu, dia akan menjadi keong selamanya! Dan sekarang sudah lewat 3 hari!”
Panji : “ Jadi……jadi Kirana……Kirana….Oh…Dinda maafkan Kanda…..Ibu peri, kasih tahu saya bagaimana caranya agar dapat mengembalikan Kirana?”
Ibu Peri : “ Tidak ada caranya. . . .ya sudahlah, mungkin sudah takdirnya Kirana menjadi keong. Ini juga kesalahan bunda……kami akan membawa keong ini ke khayangan. Ayo anak-anak mari kita pulang.”
Jaka ; “ HaH? Nawung Luna juga mau ikut pulang…?”
Nawung Luna : “ Iya, jaka…aku juga mau pulang. Karena selendangku sudah aku temukan…..makasih ya sudah mengembalikan selendangku….”
Jaka : “ Kamu jangan pulang. Tetaplah di sini, menikahlah denganku….aku mencintaimu sejak pertama melihatmu di sungai……”
Nawung Luna : “ maaf Jaka…aku harus pulang. Dan aku juga sama sekali nggak mencintaimu…”
( Mau pergi)
Jaka : “ Tolonglah jangan pulang!”
( Memegang selendang Luna)
Galuh Ajeng : “ Ih, pemaksa banget sih lo! Lepaskan selendang ade gue! Dia ‘kan sudah bilang nggak mau sama kamu! Lagian nyadar dong, muka kamu seperti apa? Kok berani sekali jatuh cinta sama Bidadari! Ngaca dong, ngaca….”
Terjadi tarik-tarikan antara Jaka dan Ajeng dalam memperebutkan Luna.
Ajeng : ( Merampas buku Maya)
“ May, jangan baca buku aja dong. Bantu nih, bantu! Ni orang keras kepala tau gak!”
Nawung Maya : ( Ikut membantu)
Nawung luna : “ Huhuhu….aku jangan ditarik-tarik dong! Saakiiiiit!!! STOOOP! Kamu juga Jaka, aku pokoknya nggak mau sama kamu.”
Jaka : “ Tapi aku sayang ma kamu.”
Nawung Luna : “ Emang gue pikirin!?”
Ajeng : “ Denger tuh, Emang gue pikirin!!!”
Jaka : “ Oke! Silahkan pergi! Aku juga nggak butuh kamu para Bidadari gila! Bidadari jelek! Masih banyak yang lebih cantik daripada kalian!!”
( Marah)
Para Bidadari tetap pergi tanpa memedulikan Jaka. Jaka terlihat sangat sedih. Panji dan mbok rondo berusaha menghibur.
Klinting Merah : “ Udahlah! Cuma gitu aja sedihnya seperti mau mati! Masih banyak gadis cantik di desa ini. Nih contohnya, , kalian sama aku saja! Aku ‘kan nggak kalah cantik ama bidadari tadi!”
Jaka dan Panji : “ Iya juga ya!!!”
( Mendekati Klinting Biru)
“ Kalau gitu kamu sama aku ya!”
Klinting Merah : ( mencak-mencak)
“ Lho!Lho!lho! Kok ke situ sih! kesini tau!”
( Menarik Jaka dan Panji)
Jaka : “ Yee…aku maunya sama klinting biru.”
Panji : ‘ Lho, kok sama? Kamu sama Merah aja, biar Biru ma aku!”
Jaka : “ Nggak bisa gitu dong! Kamu ‘kan cintanya ma Kirana. Nggak boleh selingkuh dong….”
Panji : “ kamu sendiri? Kamu ‘kan cintanya Ma Nawung luna!? Kok cepet betul berpindahnya….”
Jaka : “ Terserah aku dong. Pokoknya sekarang aku maunya sama Klinting biru.”
Panji : “ Gak bisa ya!”
Klinting Merah : ( Ribut sendiri)
“ Eh!!Eh!! Kenapa jadi memperebutkan Biru!? Harusnya ‘kan aku!! Mama…kok mereka lebih milih Biru sih!!?”
( merengek-rengek)
Tante Menor : “ Itu berarti dia lebih cantik dari kamu! Hehe…memang biru kayak Mama, cantik!”
Sementara klinting Merah ngomel-ngomel, Biru diperebutkan oleh Jaka dan panji.
k. Biru : “ Berhenti!Berhenti, henti, ti,ti!!!!’
( Melepaskan keduatangannya yang ditarik-tarik)
“ sakit tau! Memangnya kalian pikir aku boneka apa ditarik-tarik!? Dan kamu panji, kamu ‘kan sudah tahu dari awal, kalau aku tuh milih Jaka daripada kamu!”
Jaka : “ Yeah!!”
( Kegirangan)
K. Biru : “ Aku nggak bakalan mau sama muka Dakocan kayak kamu.”
Panji ; “ Tapi mukaku lebih ganteng dari dia yang aslinya…”
K. Biru : “ Ga percaya! Bye!!!”
( Bersama Jaka pergi keluar)
K. merah ; “ Makanya ‘kan ku bilang, pilih aku!! Sekarang tahu sendiri ‘kan? Adekku ga mau sama kamu!”
Panji : “ Oh, kalau gitu aku sama kamu aja ya….kamu nggak bakalan nolak aku ‘kan?”
K. Merah ; “ Ih, enak aja! Tadi aku mau sama kamu, kamunya lebih milih klinting Biru. Sekarang aja, baru deh mau sama aku. Memang aku cewek apaan!!?”
Panji : “ Ya…ayolah……kalau kamu jadi kekasihku, aku akan turutin semua kemauanmu.”
K. Mera h : “ Ehy, mw coba ngerayu ya!!? Gak bisa-gak bisa. Kamu tuh ketahuan banget bukan cowok setia! Tadi katanya cinta sama Kirana, trus Klinting Biru. Sekarang sama aku! Ntar siapa lagi?? Mama aku!??atau cewek-cewek lain!? Nggak lah yau!”
Klinting merah dan tante menor pergi dari rumah Mbok Rondo.
Panji : “ Ah! Lagi-lagi di tolak! Kenapa sih dari awal cintaku selalu saja kandas di tengah jalan!? Sebel! Sama Bidadari gagal, sama gadis juga gaga!“
Panji : “ Kalau begini, apakah lebih baik aku sama janda aja? Oh, ya!! Sama Tante Menor aja!! Tante MEnoRrRR………..”
( Mengejar tante menor)
END
PESAN : Setiap manusia mempunyai hak asasi. Dia berhak menentukan apa yang dia inginkan. Oleh karena itu, kita tidak boleh memaksakan kehendak pada orang lain, karena itu akan dapat berakibat fatal pada diri kita dan diri orang lain.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih kunjungannya~ :)

 

bOLLywood-giRL.coM © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor