Senin, 15 Juni 2009

Mantra Raden Adnan

Diposting oleh Eka Suzanna di 22.33
TEATER :
MANTRA RADEN ADNAN
CERITA OLEH : EKA BHAKTI
Tokoh-tokoh :
- Raden Ajeng Sukma Ayu Santilaga
- Raden Adnan Pranggala
- Nyi Nani
- Prabu Santilaga ( Ayahanda)
- Ndoro Ratu Santilaga ( Ibunda)
- Raden Ayu Kesuma Retno
ADEGAN 1
Sudah setahun ini, terjadi perang antar kerajaan Santilaga dengan kerajaan Pranggala akibat adanya kesalahpahaman. Padahal sejak dulu kedua kerajaan ini bersahabat. Raden Ajeng Sukma Ayu Santilaga merasa kesal, karena dia tidak diizinkan oleh Ayahandanya, Prabu Santilaga untuk ikut berperang melawan kerajaan Pranggala.
Sukma Ayu : “ Uh…aku mau ikut perang, Nyi Guru!”
Nyi Nani : “ Apa? Yang benar saja kamu?”
Sukma Ayu : “ Huh, guru pasti juga berpendapat sama seperti Ayahanda, menganggap anak perempuan sepertiku tak pantas untuk ikut berperang.”
( Cemberut)
“ Pokoknya mulai besok, Sukma akan ikut melawan pasukan Kerajaan Pranggala!”
Nyi Nani : “ Baiklah, kalau itu memang kemauanmu, guru tidak dapat melarang. Tapi, besok bertarunglah dengan Raden Adnan, Pangeran Negeri Pranggala. Kalau kamu kalah, berarti kamu harus belajar banyak darinya. Dia memiliki mantra sakti yang harus kamu pelajari.”
Sukma Ayu : “ Ah, kesaktian apa sih yang dimiliki Raden Adnan? Aku tak peduli!!”
ADEGAN 2
Keesokan harinya, Raden Ajeng Sukma Ayu Santilaga, mengadakan perang terbuka dengan Raden Adnan di sebuah taman.
Sukma Ayu : “ Ayo, kalau kamu memang gentle-man, kamu harus berani melawanku!!”
( Menyerang dengan pedang)
Raden Adnan : ( Tersenyum sinis)
“ Aku akan meladeni keinginanmu, tuan puteri!”
Mereka berdua bertarung sengit. Terrnyata yang dikatakan Nyi Nani benar, Raden Adnan memang sangat sakti. Sukma Ayu langsung terdesak dan terjatuh.
Raden Adnan : ( Menghunuskan pedangnya ke arah perut Sukma Ayu)
Sukma Ayu : ( Memejamkan mata, pasrah menerima kekalahan)
Raden Adnan : ( Menyarungkan kembali pedangnya sambil tersenyum sinis)
Sukma Ayu : “ Loh, kenapa kamu tidak membunuhku?”
Raden Adnan : “ Sebab nyawamu terlalu berharga untuk perang yang konyol dan sia-sia ini.”
( Pergi meninggalkan Sukma Ayu)
Nyi Nani : ( Menghampiri Sukma Ayu dan membantunya berdiri)
“ Kamu tidak apa-apa, sukma Ayu?”
Sukma Ayu : ( Kesal)
“ Uh! Aku kesal sekali karena tidak dapat mengalahkan Raden Adnan!”
Nyi Nani : “ Tepati janjimu, Sukma. Bila kamu kalah, kamu harus cari dia, dan pelajari mantera saktinya.”
Sukma Ayu : “ Tapi bagaimana caranya, guru?”
Nyi Nani : “ Menyamarlah jadi seorang pemuda bernama Guntur. Lalu bekerjalah di Istana Negeri Pranggala sebagai tukang kebun.”
Sukma Ayu : “ Oh, iya. Benar juga…”
ADEGAN 3
Setelah itu, setiap pagi Sukma menyiapkan pupuk dan menyiram kebun mawar Raden Adnan.
Raden Adnan : “ Guntur, maukah kamu menemani aku jalan-jalan keliling perumahan?”
Sukma Ayu : ( Heran)
“ Mau ngapain, Tuan? Dan kenapa Tuan memakai pakaian seperti ini?”
Raden Adnan : “ Aku memang sengaja menyamar jadi rakyat biasa kalau ingin berkeliling mengawasi seluruh rakyatku. Ayo, kita jalan sekarang.”
Mereka berdua berjalan kaki
Raden Adnan : “ Lihatlah, Guntur. Rakyatku kelaparan karena kerajaan terlalu sibuk mengurus perang. Hhhh.. sesungguhnya aku benci perang, aku benci menyakiti orang!”
Sukma Ayu : “ Kalau tuan membencinya, kenapa tuan ikut berperang?”
Raden Adnan : “ Terpaksa Guntur, itu bukan keinginanku. Kalau tidak diperintah oleh Ayahanda, aku nggak akan mau. Justru aku ingin perang ini berakhir tanpa harus ada yang kalah dan menang. Aku mau kerajaan berdamai seperti dulu, agar rakyat-rakyatku tidak ada yang menderita.”
( Mengusap mukanya)
“ Ya sudahlah. Aku kembali ke Istana duluan.”
( pergi meninggalkan Sukma Ayu yang termenung)
Sukma Ayu : ( Bicara sendiri)
“ Benar yang dikatakan Raden Adnan. Tidak ada gunanya berperang. Hanya akan membuat rakyat menderita. Tentu rakyat di negeriku juga menderita seperti ini. Oh, aku menyesal tak pernah memikirkan nasib rakyatku, malah lebih mementingkan peperangan. Hati Raden Adnan sungguh mulia. “
( Tersenyum sendiri)
“ Sepertinya aku sudah jatuh hati padanya. Aku kagum pada sikapnya yang baik dan sederhana itu. Kalau begini sih, demi Raden Adnan aku rela bekerja jadi tukan kebun selamanya untuk mengurus bunga-bunga mawarnya.”
ADEGAN 4
Suatu ketika, ketika Sukma Ayu sedang bekerja di kebun, datanglah rombongan dari Kerajaan Belerang. Raden Adnan pun berkenalan dengan Raden Ayu Kesuma Retno, Putri Mahkota Negeri Belerang.
Raden Adnan : “ Guntur, berhentilah dulu bekerja. Kenalkan ini adalah Raden Ayu Kesuma Retno, Putri Mahkota dari Negeri Belerang.”
Guntur : ( Menunduk hormat)
“ Selamat datang, tuan puteri…”
Retno : “ Terimakasih atas sambutannya. Apakah kamu sudah lama bekerja di sini, Guntur?”
Guntur : “ Sudah mau satu bulan, tuan puteri.”
Retno : “ Jangan terlalu banyak bekerja, beristirahatlah sejenak. Raden Adnan, jangan terlalu sering menyuruh Guntur. Kasihan dia, kelihatannya sangat lelah.”
Raden Adnan : “ Haha…aku tidak menyuruhnya. Dia sendiri yang mau bekerja. Dia memang tukang kebunku yang sangat rajin.”
Retno : “ Baiklah, aku harus segera pulang. Kereta kuda sudah menungguku di depan. Sampai jumpa, Guntur.”
( Pergi)
Raden Adnan : “ Bagaimana? Dia oke banget ‘kan Guntur?”
Guntur : “ Maksudnya oke dalam hal apa Tuan? Hayoo, tuan jangan berpikiran macam-macam loh…”
( Tersenyum kaku)
Raden Adnan : “ Hahaha…ya ya ya, dia oke banget. Tutur katanya sopan, bicaranya halus, pinter dan cantik lagi. Menurutmu aku dengan dia serasi nggak?”
Sukma Ayu : ( Tersenyum kaku)
“ Serasi banget, tuan….”
Raden Adnan : ( Berdehem)
“ Ehm,…kenapa kamu jadi kaku begitu, Guntur? Oh ya, kamu harus makin rajin merawat mawar-mawarku ini. Sebab aku akan mempersembahkan mawar-mawar ini pada gadis pujaan hatiku.”
( Pergi)
Sukma Ayu : ( Menangis)
“ Aku mencintaimu, Raden…aku juga ingin kamu bahagia!! Demi kamu, aku akan merawat mawar-mawar ini dengan baik, meskipun nanti bukan dipersembahkan untukku, tapi untuk Retno.”
ADEGAN 5
Sukma Ayu makin rajin merawat kebun mawar itu. Agar Raden Adnan dapat memetiknya untuk gadis pujaan hati. Menjelang panen mawar, Raden Adnan sangat gembira.
Raden Adnan : “ Terimakasih, Guntur. Mawar-mawarku mulai mekar. Aku akan meminang gadis pujaan hatiku dengan beberapa tangkai mawar!”
( Sedih)
“ Tapi, aku tidak mungkin menikah selama negeriku masih berperang dengan negeri Santilaga. Andai saja aku memiliki strategi perang kerajaan Santilaga, dan bisa mengalahkan mereka, tentu perang akan berakhir.”
Sukma Ayu : “ Tuan jangan bersedih, suatu saat perang ini pasti akan berakhir.”
Raden Adnan meninggalkan Sukma Ayu sendirian.
Sukma Ayu : ( Tercengang)
“ Strategi perang? Haruskah aku mencuri strategi perang negeriku? Tapi, aku sangat mencintai Raden Adnan, aku rela melakukan apa saja untuknya termasuk mencuri strategi perang negeriku sendiri. Aku harus menyelinap pulang ke negeriku.”
ADEGAN 6
Sukma Ayu mengendap-endap di taman Istana Santilaga. Pada saat dia melihat Ayahanda dan Ibundanya akan memasuki taman, dia segera bersembunyi.
Ibunda : “ Bagaimana ini Ayah? Strategi apa lagi yang harus kita lakukan untuk menghadapi Pasukan Kerajaan Pranggala?”
Ayahanda : “ Aku dan Perdana Menteri sudah melakukan perundingan. Kami sepakat untuk mengadakan penyerangan mendadak pada malam hari, di saat kerajaan Pranggala lengah.”
Ibunda : “ Apakah itu tidak akan mengganggu ketentraman Rakyat?”
Ayahanda : “ Sebenarnya itu juga yang aku khawatirkan. Oleh karena itu lah kita mengatur strategi agar kita bisa mengalahkan mereka dan perang ini segera berakhir. Strategi ini jangan sampai terdengar oleh mereka, bisa gawat!”
Ibunda : “ Terserah Ayahanda sajalah. Ibunda tidak mau ikut campur. Sekarang sudah malam, lebih baik kita tidur agar besok bisa lebih segar…”
Ketika Ayahanda dan Ibundanya masuk ke dalam Istana, Sukma Ayu keluar dari persembunyian.
Sukma Ayu : “ Oh, jadi itu strategi Ayahanda. Aku harus segera memberitahu Raden Adnan!”
ADEGAN7
Sukma Ayu menghadapi Raden Adnan di kerajaan Pranggala
Sukma Ayu : (Napasnya tersengal-sengal)
“ Tuan…tu..an…”
Raden Adnan : “ Ada apa Guntur? Kenapa kamu tersengal-sengal begitu, dan mukamu terlihat pucat..?”
Sukma Ayu : ( Bergumam)
“ Tidak…aku tidak boleh berkhianat! Aku tidak boleh membongkar strategi perang Ayahku!!”
Raden Adnan : “ Kamu bicara apa?”
Sukma Ayu : “ Bukan apa-apa, Tuan. Permisi..”
( Lari meninggalkan Raden Adnan)
Raden Adnan : “ Hei, Guntur! Bukannya kamu mau bicara, Hei! Hei!”
ADEGAN 8
Malam itu juga Sukma Ayu kembali pulang ke Negeri Santilaga.
Sukma Ayu : “ Sukma mohon, Ayah…hentikanlah peperangan ini. Berdamailah dengan Kerajaan Pranggala. Apakah Ayah tidak kasihan dengan para rakyat yang menderita akibat perang ini??”
Ibunda : ( Membelai rambut Sukma)
“ Apa yang Sukma bilang benar Ayah. Sudah lama kita mengabaikan rakyat kita. Mereka semua telantar, sudah saatnya kita berhenti berperang dan memikirkan rakyat kita.”
Ayahanda : “ Baiklah anakku, Ayah setuju dengan pendapatmu. Memang sudah lama Ayah memikirkan untuk berdamai.”
Sukma Ayu : “ Terimakasih, Ayah…”
ADEGAN 9
Akhirnya setelah melakukan perundingan, kerajaan Santilaga dengan Kerajaan Pranggala berdamai. Lalu sepucuk undangan dari Kerajaan Pranggala tiba di kerajaan Santilaga.
Ibunda : “ Lihat, ada surat undangan dari Kerajaan Pranggala.”
Ayahanda : ( Membaca)
“ Wah, katanya Raden Adnan akan menikah. Kita diundang ke negeri Pranggala!”
Sukma Ayu : “ Aku tidak mau ikut, Ayah…”
Ayahanda : “ Kenapa? Kamu ‘kan juga di undang….”
Sukma Ayu : “ Tapi Sukma tidak mau ke sana Ayah. Sukma nggak mau melihat pernikahan Raden Adnan.”
Ibunda : “ Eh, tidak boleh begitu Sukma. Kamu ‘kan sudah diundang. Tidak sopan, kalau kamu menolak undangan ini. Apapun alasanmu, kamu harus tetap ikut!”
Sukma Ayu : (Cemberut)
“ Bunda…”
ADEGAN 10
Mereka akhirnya berangkat ke negeri Pranggala. Setiba di gerbang Istana Kerajaan Pranggala, Sukma tertegun tak percaya melihat dia disambut dengan beberapa tangkai mawar.
Raden Adnan : ( berlutut di hadapan Ayahanda dan Ibunda)
“ Izinkanlah saya meminang putri kalian, Raden Ajeng Sukma Ayu Santilaga.”
Sukma : “ Bukankah Raden akan meminang Raden Ayu Kesuma Retno?”
Raden Adnan : “ kata siapa? Aku ‘kan Cuma bilang, aku akan meminang gadis pujaan hatiku dengan beberapa tangkai mawar. Siapa yang bilang kalau gadis pujaan hatiku itu adalah Retno? Kamulah gadis pujaan hatiku itu, Raden Ajeng Sukma Ayu. Putri yang cerdas, berani, dan sangat mencintai negeri dan rakyatnya. Aku bangga padamu, karena kamu tidak mau menghianati negerimu, ya ‘kan Guntur?”
( Mengedipkan mata)
Sukma Ayu : “ Darimana kamu tahu kalau aku yang menyamar jadi Guntur?”
Raden Adnan : ( Terkekeh)
“ Hehe…dari siapa lagi kalau bukan dari dia?”
( Menunjuk Nyi Nani )
Sukma Ayu : “ Guru!?? Jadi…kalian sudah saling kenal ya?”
Nyi Nani : “ Hahaha…Kamu sudah mendapotkan mantra sakti yang kamu cari Sukma! Mantra itu bernama…mantra CINTA!”
Retno : ( Muncul)
“ Iya, Sukma. Benar yang dikatakan Nyi Nani. Cinta adalah mantra yang sangat sakti. Karena hanya cintalah yang dapat menghentikan perang dan mengakhiri kebencian…Selamat ya buat cinta kalian berdua…”
Sukma : “ Retno, kok kamu bisa ada di sini?”
Retno : “ Ya iyalah…Masa sepupuku mau menikah dengan gadis secantikmu, aku tidak datang?”
Raden Adnan : “ Sukma, Retno ini adalah sepupuku. Jadi aku tidak mungkin menikah dengannya. Sekarang, Will you marry me?”
( Berlutut di depan)
Sukma : “ Yes, I will.”
Pernikahan pun berlangsung dengan meriah. Setelah itu, tidak adalagi peperangan yang membuat Rakyat menderita. Karena kini para rakyat merasa bahagia mendapatkan pasangan pemimpin baru yang sangat bijaksana dan memperhatikan mereka.
THE END

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih kunjungannya~ :)

 

bOLLywood-giRL.coM © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor