Senin, 15 Juni 2009

Naskah Kartu Mati

Diposting oleh Eka Suzanna di 22.51
Teater :
Cerita Oleh : Eka Bhakti
KARTU MATI
ADEGAN 1
Seorang gadis duduk menyendiri di taman. Gadis itu sedang bermain sendiri dengan tumpukan kartu di tangannya.Seorang gadis bernama Rina muncul di taman dan merasa heran melihat gadis itu.
Rina : ( Menghampiri)
“ Hei, apakah kamu orang baru di sini?”
Jeni : ( Tersenyum)
“ Iya…kenalkan, namaku Jeni. Aku datang dari Belanda, tapi aku asli warga Indonesia. Aku nginap di rumah kontrakan yang ada di belakang taman ini.”
Rina : ( Duduk di sebelah Jeni)
“ Aku Rina. Boleh aku tahu apa yang kau pegang itu?”
( Menunjuk kartu-kartu yang dipegang Jeni)
Jeni : “ Kartu ini adalah kartu ramalan kuno yang diajarkan secara turun-temurun pada orang-orang tertentu di Belanda. Maksudnya orang-orang yang punya konsentrasi tinggi.”
( Memberikan setumpukan kartu itu pada Rina)
“ Sekarang coba pejamkan matamu dan kocoklah kartu itu.”
Rina : ( Menuruti perintah Jeni)
Jeni : “ Bayangkan seseorang yang ingin kau ramal hidupnya. Ucapkan namanya berkali-kali dalam hati, sambil kau kocok terus kartu tersebut.”
Tidak lama kemudian….
Jeni : “ Buka matamu.”
( Mengambil setumpukan kartu itu dari tangan Rina)
Jeni mengambil tiga buah kartu secara acak. Ada yang dari atas, tengah dan bawah. Dia menatap ketiga kartu itu bergantian dengan saksama.
Jeni : “ Kau lihat kartu pertama ini.”
( Menunjukkan sebuah kartu)
“ Ini adalah kartu yang kuambil dari tengah dan disebut kartu main. Di situ tergambar langit biru. Dan dua kartu lainnya yang kuambil dari atas dan bawah juga bergambar sama.”
( Memperlihatkan dua kartu lainnya)
“ Itu berarti, orang yang kau bayangkan tadi akan mendapat suatu kebahagiaan. Baik dalam hal karier, keuangan dan apapun.”
( Memandang Rina dengan penasaran)
“ Memangnya siapa yang kau bayangkan, kalau aku boleh tahu?”
Rina : ( Agak ragu menjawab)
“ Papaku…”
( Buru-buru berdiri untuk pamit)
“ Hm, aku pulang dulu ya. Sudah sore, nih…”
Jeni : ( Buru-buru menahan tangan Rina)
“ Tunggu.”
( Memberikan setumpukan kartu ramalan tersebut ke tangan Rina)
“ Anggap saja ini kenangan dariku. Besok aku akan kembali ke Belanda.”
Rina : “ Oh, iya. Thanks…”
( Buru-buru keluar dari taman sambil membawa kartu-kartu itu)
ADEGAN II
Rina masuk ke rumahnya dengan napas tersengal-sengal.
Rina : “ Cewek tadi agak serem juga. Masa dia bisa meramal sih? Nggak mungkin banget gitu loh!!”
( Meletakkan kartu-kartu itu begitu saja di atas meja)
Papa : ( Masuk ke rumah)
“ Papa pulang..”
Rina : ( Mencium tangan Papa)
“ Hai, pa…mau aku buatkan kopi?”
Papa : “ Oh, nggak usah. Mama mana? Papa ada kabar gembira nih…”
( Terlihat gembira)
“ Papa baru saja naik pangkat!”
Rina : (Kegirangan)
“ Yang benar, Pa?! Asyik dong!!..Ma! Mama !!”
( Heboh memanggil Mama)
Mama : ( Datang tergopoh-gopoh)
“ Duh, ada apa sih!? Kelihatannya heboh banget! Mama lagi goreng ikan, nih…”
Papa : “ Papa ada kabar gembira, Ma…tadi Papa baru saja di angkat jadi wakil Direktur perusahaan.”
Mama : “ Wah, yang benar Pa?Duh, Papa…selamat ya!!”
( Memeluk Papa dengan gembira)
“ Papa hebat deh!! Kalau begini, gajinya tambah naik dong. Kalau gajinya naik, kita bisa sering-sering makan ayam dan daging dong ya…nggak perlu makan Ikan mulu!”
Rina : ( Mengendus-ngendus)
“ Eh, Ma….BTW, ni bau gosong apaan ya?”
Mama : (Panik)
“ Oalla!! Mama lupa kalau lagi goreng ikan!! Yach, gosong deh!!”
( Lari ke dapur)
Papa : “ Ya ellah, Mama! Goreng ikan saja gosong. Gimana ntar goreng ayam?”
( Menyusul masuk ke dapur)
Rina : “ Ah, Mama. Ada-ada saja…..”
( Geleng-geleng kepala dan mengambil kartu-kartu di atas meja)
“ Tapi kalau dipikir, ramalan cewek tadi bener juga. Ternyata ini kartu ramalannya ajaib juga. Besok aku coba ramal teman-teman di kelas ah!”
ADEGAN III
Di kelas Rina mempromosikan kartu-kartu tersebut ke teman-temannya.
Lina : “ Coba, bagaimana ramalanmu mengenai cowokku, Roni?”
Rina : “ Kau tutup dulu matamu dan bayangkan Roni dalam hati. Sambil menyebut-nyebut namanya, kau kocok terus kartu-kartu itu.”
Lina : ( Menuruti perintah Rina)
Rina : “ Sekarang buka matamu.”
( Mengambil kartu-kartu itu dari tangan Lina dan mengambil tiga kartu secara acak)
“ Hm…bila aku lihat-lihat, Roni itu sedang berduka, sedih, dan kecewa. Yach, sejenis itulah…”
Tak lama kemudian, seorang teman mereka masuk ke kelas dengan heboh dan panik.
Riko : “ Gawat!!Gawat!!”
Lina : ( Kesal karena kaget)
“ Duh, Riko! Kamu kenapa sih? Kayak orang gila aja tahu gak?”
Riko : ( Mengatur napas)
“ Jangan kaget lo dengarnya ya…baru saja ada kabar, cowok lo, Roni, dengan temannya kecelakan!!”
Lina : ( Histeris)
“ Apa!? Bagaimana bisa kecelakaan?”
Riko : “ Mereka tabrakan dengan bus! Roni sih selamat, tapi temannya meninggal…”
Lina : ( Panik)
“ Trus, Roni bagaimana?”
Riko : “ Dia dirawat rumah sakit…”
Lina : ( Menarik Riko ke luar kelas dengan tergesa-gesa)
“ Antarin aku ke sana!!”
Rina yang ditinggal sendirian masih ternganga tak percaya.
Rina : “ Astagfirullah…Ramalan ini lagi-lagi terjadi nyata! Benar-benar di luar akal…”
( Menatap ragu-ragu kartu itu)
“ Apakah sebaiknya aku mencoba meramal driku ya?”
( Memejamkan mata dan mengocok-ngocok kartu tersebut. Lalu mengambil tiga kartu dengan acak dan mengamatinya)
“ Oh my god!”
( Melempar kartu-kartu itu dengan syok)
“ Kenapa kartu yang keluar semua berwarna hitam? Bukankah itu kartu mati?”
( Ketakutan)
“ Ini ramalan gila!! Aku nggak mungkin akan meninggal…”
( Menenangkan diri)
“ Tenang Rina….tenang…Ini hanya game kuno.”
( Berpikir sebentar dan kembali takut)
“ Tapi kenapa ramalannya selalu tepat? Oh, tidak mungkin…”
Arin : ( Masuk ke kelas dan menatap Rina dengan heran)
“ Loh, kamu kenapa? Kok pucat? Sakit ya..”
( Memeriksa suhu badan Rina)
Rina : ( Menepiskan tangan Arin)
“ Maaf Rin! Tapi aku mau pulang. Tolong nanti izinkan aku ya…”
( Mengumpulkan setumpukan kartu itu lalu mengambil tas dan berlari keluar kelas)
ADEGAN IV
Di rumah, Rina memandang kartu-kartu itu dengan ketakutan.
Rina : “ Kenapa aku coba berkali-kali, kartu yang keluar selalu sama?”
( Gemetar ketakutan)
Mama : ( Mendekati Rina)
“ Rin, kamu kenapa? Sakit, nak?”
Rina : ( Menggeleng)
“ Nggak kok, Ma..”
Mama : “ Ada teman-temanmu datang. Mama suruh masuk ya?”
Rina : ( Mengangguk)
Mama keluar dari ruangan dan tak lama kemudian tiga orang teman Rina masuk.
Arin : “ Rin, kamu benaran nggak apa-apa?”
( Khawatir)
Molly : “ Iya, kata Arin kamu tadi pucat di kelas. Kamu sakit apa sih? Kok sampe izin gak ikut pelajaran terakhir?”
Arin : “ Teman-teman di kelas membicarakanmu loh….”
Rina : “ Aku nggak sakit, kok. Hanya lagi gak mood sekolah. Pingin di rumah saja.”
Arin : “ Tapi sikapmu berubah, Rin. Tingkahmu juga aneh. Sepertinya ada sesuatu deh…”
Rina : ( Tertawa)
“ Ya..orang berubah ‘kan wajar. Iya ‘kan?”
Arin : ( Mengangguk)
“ Iya sih…”
Rina : “ Jadi kalau aku berubah, itu juga wajar aja toh?”
Molly : “ Tapi a pa tanpa sebab? Pasti ada sebabnya ‘kan?”
Rina : “ Memang ada, kok…”
A, M, N: “ APPA?”
Rina : “ Karena setiap hari usiaku makin berkurang, dan aku ingin melakukan hal-hal yang berarti. Itu lah yang ingin aku renungkan di rumah…”
Nela : ( Menggerutu)
“ Ih…omonganmu kayak orang mau mati saja deh!”
Rina : “ Yee…setiap orang ‘kan bakal mati dan bisa kapan saja. Nggak salah dong kalau aku mikirin hal itu?”
Molly : “ Tapi ‘kan bukan berarti kamu berubah gini? Seperti orang mau meninggal saja.”
Rina : “ Memang begitu. Ramalan itu sudah mengatakannya. Aku akan meninggal dalam waktu dekat.”
Nela : “ Hah? Ramalan?”
Arin : ( Mengambil tumpukan kartu tersebut)
“ Pasti gara-gara ini ‘kan? Aku sudah dengar dari beberapa teman di kelas, kalau kamu meramal mereka dengan ini.”
( Menggelengkan kepala)
“ Ya, ampun…Rina. Kamu kok percaya dengan benda takhayul gini sih?Ini semua tuh bohongan.”
Rina : ( Ngotot)
“ Ramalan itu nggak mungkin bohong!”
( Mau menangis)
“ Dia sudah membuktikan, banyak ramalannya yang menjadi nyata! Dan mengenai ramalan kematianku, itu pasti benar!”
Nela : ( Menghela napas)
“ Aku tahu, Rin. Kami nggak akan bisa menasehati kamu dengan cara begini. Kamu ‘kan orangnya keras kepala. So, kamu harus ikut kami…”
Rina : “ Hah? Kemana?”
Nela : “ Ke pengajian….”
ADEGAN V
Tiga temannya membawa Rina ke sebuah pengajian. Di sana mereka bertemu dengan seorang gadis berjilbab.
Nela : “ Nah, kenalkan ini adalah kakak pembinanya di sini sekaligus anak rohis. Namanya Kak Azizah.”
Rina : ( Mengulurkan tangan)
“ Rina…”
K. AZ : “ Azizah…”
( Menatap Rina)
“ Oh, jadi ini teman kalian itu?”
Arin : “ Iya ‘kak….Rina, dengan kak Azizah kamu bisa diskusikan apa saja yang ingin kamu ketahui.”
Molly : “ Iya, kamu bisa bertanya-tanya mengenai ramalan tersebut dan Kak Azizah akan memberikan jawabannya.”
Rina : “ Begini, kak….Ada seorang gadis dari Belanda yang memperkenalkan pada saya tentang game kuno. Yaitu kartu-kartu ramalan. Saya coba beberapa kali, kartu itu selalu memberikan ramalan yang tepat. Ketika saya mencoba ramal diri sendiri, selalu diramal mati. Sudah dua hari ini saya meramal tentang kematian saya, tapi belum terjadi. Padahal biasanya hasil ramalan selalu terjadi dalam sehari setelah diramal.”
K.AZ : ( Tersenyum)
“ Rina…perlu kamu tahu. Ramalan itu omong-kosong. Hanya orang bodoh yang percaya ramalan tersebut.”
Rina : “ Tapi beberapa kali ramalan itu benaran terjadi.”
K. AZ : “ Kalaupun begitu, itu hanya kebetulan. Hal yang terjadi sengaja dipadukan dengan ramalan.”
Rina : “ Tapi, bagaimana dengan ramalanku terhadap Roni, pacarnya Lina?”
Molly : (Tertawa)
“ Oh, itu…ha..ha,…ha….ya ampun, Rin…Roni tuh gak kenapa-napa. Dia masih sehat wal-afiat. Temannya juga. Semua yang kamu dengar dari Rico, itu Cuma bohongnya Riko saja.”
Rina : ( Melongo)
“ Hah?”
Arin : “ Iya, Rin…kamu sih pake acara pulang duluan. Jadinya waktu itu nggak tau deh kisah selanjutnya. Saat itu, Lina ulang-tahun. Mereka ingin buat surpraise untuk Lina dengan mengatakan cowoknya masuk rumah sakit. Padahal, setelah tiba di rumah sakit, justru Lina dapat kue ulang-tahun dari Roni.”
Rina : ( Menutup mulutnya tak percaya)
“ Ya ampun…kok kalian nggak cerita ke aku sih soal itu?”
Nela : “ Kami nggak tahu kalo masalah Roni dan Lina ada sangkut-pautnya dengan ramalan itu…”
Rina : “ Trus bagaimana dengan ramalan gadis itu mengenai kebahagiaan papaku? Papaku benar-benar naik pangkat kok…”
( Masih penasaran)
K. AZ : “ Itu juga kebetulan. Papamu naik pangkat ‘kan karena kerja kerasnya selama ini, Rin…bukan karena kartu itu.”
Rina terdiam seperti sedang berpikir
]Rina : “ Iya juga ya, kak….semuanya memang kebetulan.”
Arin : ( Menggoda Rina)
“ Jadi sekarang bagaimana? Apa kamu masih mau nyiapin pemakaman buat kamu besok?”
Rina : ( Tersipu malu)
“ Apaan sih…”
Nela : ( Mengacungkan kartu-kartu itu di depan Rina sembari menggoda)
“ Mau aku ramalin?”
Rina : “ Nggak! Aku nggak mau gunakan kartu itu lagi….Meskipun dia memang dapat menyibak rahasia Tuhan, biarlah aku nggak tahu rahasia itu dan tetap jadi rahasianya. Yang penting ada satu rahasia yang aku tahu, bahwa waktu hidup setiap manusia ada batasnya. Dan gunakanlah waktu yang ada untuk hal-hal yang berarti.”
Arin : “Ceiilleh….lagakmu kayak Kak Azizah aja deh, kalau lagi cearamah.”
Molly : “ Ngutip khotbah dimana, jenk…:?”
( Meledek)
Rina : “ Ada deh…”
END
Tokoh-Tokoh:
1. Rina
2. Jeni
3. Papa
4. Mama
5. Lina
6 Riko
7. Arin
8. Molly
9. Nela
10. Kak Azizah

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih kunjungannya~ :)

 

bOLLywood-giRL.coM © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor