Jumat, 15 Mei 2009

Diposting oleh Eka Suzanna di 04.52
TEMA : Remaja Disiplin Remaja Sukses
CERPEN

Karier =100, Cinta =100

Aku adalah seorang wanita karier. Seumur hidupku aku sama sekali tak peduli pada apapun selain bisnis dan karirku. Bahkan dalam hidupku belum mengenal kata cowok meskipun umurku sudah mulai masuk 25 tahun. Menurutku masih ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada memikirkan cowok, shopping di Mall, atau berbagai hal yang biasa dilakukan dan dipikirkan oleh cewek normal. Waktu yang hanya 24 jam nggak boleh disia-siakan hanya untuk hal yang bagiku konyol banget.
Karena sifatku yang sangat bukan cewek ini dan sok disiplin banget, aku dari SMA dijuluki wanita jepang. Wanita jepang ‘kan sangat disiplin dalam memanfaatkan waktu. Bahkan makhluk barat punya semboyan is Waktu Adalah Uang. Jadi nggak boleh disia-siakan. Apabila mengingat masa SMAku, aku benar-benar merasa telah menyia-nyiakan masa-masa yang menyenangkan.
“Stev, kamu yakin nggak mau ikut kami nonton? Soalnya satu kelas mau aku traktir nonton film,” ajak Rani yang saat itu lagi ulang-tahun.
Aku tersenyum dan lantas menggelengkan kepala. “Maaf ya, Ran. Aku nggak bisa. Hari ini aku sudah berencana mau ngerjain tugas Bahasa Indonesia di rumah teman. Seharusnya kamu mengajak aku dari dua hari yang lalu. Jadi aku bisa mencocokkan jadwal. Kalau mendadak seperti ini aku nggak bisa.”
“Ya jelas mendadak dong, Stev. Aku ‘kan baru niat ntraktir satu kelas tadi,” kilah Rani. “Memangnya rencana kamu nggak bisa ditunda? Bukannya tugas tersebut masih dikumpul empat hari lagi? Kamu bisa ngerjain besok.”
“Mau bagaimana lagi? Aku rencana ngerjain tugasnya hari ini dan nggak bisa ditunda. Lagipula kalau waktu yang ada cuma digunakan untuk nonton film sih, waktunya jadi terbuang sia-sia. Mendingan waktu tersebut digunakan hal penting seperti ini. Jadi untuk esok-esok hari kita jadi nggak kepikiran tugas lagi. Dan waktu besok bisa digunakan untuk hal penting lainnya lagi,” ceramahku seperti biasa. Rani hanya bisa geleng-geleng kepala.
“Sudahlah, Ran. Kamu nggak akan ada gunanya mengajak wanita jepang itu. Sekali dia bilang tidak, pasti akan selalu tidak. Buang-buang waktu saja meladeni ceramahnya. Kita ‘kan harus disiplin waktu. Karena waktu yang terbuang tidak akan bisa kembali lagi,” ledek salah satu temanku yang akrab dipanggil Priska. Aku tahu kalau maksud dari kalimatnya itu adalah menyindir aku. Tapi aku hanya bisa tersenyum pada mereka.
Dan masih banyak lagi rasa ungkapan kecewa yang diucapkan temanku setiap aku menolak ajakan mereka dengan alasan ada hal yang lebih penting daripada ajakan mereka. Bahkan hal itu terus berlangsung hingga aku masuk ke pendidikan yang lebih tinggi. Di kampus aku pun masih mendapat julukan wanita jepang. Dan julukan tambahan lagi.
“Stevi! Hari ini kamu bisa makan siang sama aku nggak?” Angga menawarkannya sambil tersenyum ramah. Tampang seperti itu sudah sering aku temui hampir setiap hari. Sehingga aku sudah hapal mimiknya di luar kepala. Cowok yang satu ini memang terkenal nggak gampang menyerah. Dia sampai nekat mencegat aku yang sedang buru-buru mau ke ruang dosen.
“Maaf, Ga. Jawaban aku sama seperti biasanya. Aku lagi sibuk, aku…”
“Ada janji ketemu dosen? Memangnya kamu nggak bisa sehari saja meluangkan waktu makan siang sama aku?” Angga mendesah kecewa.
“Hm, maaf. Aku sungguh nggak bisa. Aku harus buru-buru ke ruangannya. Kalau aku terlambat, dia akan marah.”
“Kalau besok, kamu bisa?”
“Hm,….”aku berpikir sebentar. Tidak lama kemudian aku menatap jadwal harian yang kutulis di notes. Notes yang sudah dua tahun lebih menemani hari-hariku.
“Duh, sekali lagi maaf,” aku menatapnya dengan pandangan sejuta maaf. “Besok aku sudah ada rencana mau ngajarin anak semester 1 tentang pelajaran Kimia. Dan yang ini sungguh-sungguh nggak bisa ditunda.”
Angga tersenyum kecut, “Kalau besoknya lagi?”
Aku kembali menundukkan kepala guna menatap notes kecil itu.
“Hm,…ma….”
“Maaf?” potong Angga kesal. “Mau sampai kapan kamu minta maaf cuma karena menolak ajakanku? Mungkin akan berjuta kali. Apa lagi alasan kamu? Mau ngeles-in anak orang? Atau mau menyusun laporan kuliah? Atau mau rapat dengan dosen? Aku tahu Stevi, kalau kamu asisten dosen. Tapi apakah kamu nggak bisa meluangkan waktu untuk hal-hal yang rileks?”
Aku menggeleng pelan, “Maaf. Besok aku diharuskan nemanin dosen menyusun laporan.”
Angga menghela napas. “Oke. Aku tidak bisa memaksa kamu,” dia lalu berlalu begitu saja meninggalkan aku. Beberapa temanku yang perempuan yang kebetulan menyaksikan peristiwa tersebut mencemoohku.
“Kamu itu bagaimana sih, Stev? Kamu tidak bersyukur sama sekali ya? Harusnya kamu bersyukur dong, ada seorang Angga yang sangat tertarik sama kamu. Padahal cewek lain jungkir-balik berusaha agar bisa dekat sama Angga. Kamu yang selalu diajaknya makan siang malah menyia-nyiakan kesempatan itu!”gerutu Anny.
“Iya. Kamu mau sampai kapan seperti ini? Asal kamu tahu, kamu itu seperti cewek berhati salju yang anti-cowok deh. Ingat, Stev. Hidup itu santai saja. Lihat saja kami. Nggak seperti kamu yang hidupnya penuh aturan dan waktu. Terlalu disiplin banget sih. Sesekali santai ‘kan nggak akan buat hidup kamu susah atau mati.” Melisa ikut-ikutan.
“Tapi ‘kan kalau mau sukses memang harus bersusah-payah dulu. Kalau kita selalu santai dan menyia-nyiakan waktu yang ada, kita nggak akan bisa sukses.”
Mereka berdua hanya mencibir mendengar tutur kataku.
“ Hanya satu nasehat untuk kamu. Jangan anti cowok, deh. Hidup kamu sesukses apapun pada akhirnya juga tetap akan butuh cowok. Kamu nggak mau jadi perawan tua ‘kan?” Aku terdiam mendengar ucapan mereka. Mereka nggak tahu, sebenarnya aku senang Angga mengajak aku makan siang. Tapi…..
Karena masa-masa remajaku itu sekarang aku berpikir. Sekarang umurku 25 tahun. Tapi sampai detik ini belum punya cowok. Aku ini seperti cewek yang sukses kariernya tapi dalam soal cintanya tidak sukses. Karier 100 dan cinta 0 besar!!!
“Hei, jangan ngelamun. Besok datang kepernikahanku ya.” Tiba-tiba Sherly datang ke ruangan kerjaku dan membuyarkan lamunanku.
Aku menatapnya, “Tapi…”
“Awas kalau nggak bisa. Aku nggak mau dengar alasan apapun!”ancam Sherly.
Aku jadi nggak tega sama sahabatku yang satu ini. Aku nggak mau membuat dia kecewa. “Hm, baiklah. Aku usahakan….” Aku tersenyum begitu melihat dia kegirangan karena aku tidak seperti biasanya. Hari ini aku bukan wanita jepang katanya.
“Bagaimana, Pak? Bolehkah saya izin agar rencana kita untuk besok ditunda sehari. Soalnya sahabat saya Sherly akan menikah. Saya tidak tega kalau tidak datang,” aku minta izin pada atasanku.
“Oh, tentu saja boleh. Selama ini kamu selalu disiplin soal pekerjaan dan hasil kerjamu selalu bagus. Dan lebih bagus lagi, kamu selalu menyerahkan segala laporan tepat waktu. Kamu benar-benar karyawati idaman saya. Saya sangat puas akan semua hal itu. Oleh sebab itu kamu saya izinkan.”
“Terimakasih, Pak.”
“Saya juga akan datang ke acara Sherly bersama putra saya. Dia baru saja datang dari luar negeri.Besok saya akan memperkenalkan dia padamu.”
Aku tersenyum. Entah kenapa aku merasa kisah cintaku juga akan sukses.
***
Aku mencium kedua pipi Sherly bergantian, “ Selamat ya…”
“Terimakasih,’ balas Sherly tulus. Saat itu dia terlihat cantik dengan gaun putihnya.
“Tapi maaf, Sher. Aku nggak bisa lama-lama. Setengah jam lagi aku harus pulang. Aku…”
“Nggak apa-apa,” potong Sherly. “Aku ngerti. Yang penting kamu mau datang.”
Setelah berbincang-bincang sebentar dengan karyawati yang lain, tidak lama kemudian aku buru-buru pamit untuk pulang. Saat itulah aku menabrak pundak seseorang. Dan dia cowok.
“Oh, maaf…”serunya duluan.
“An…gga?” aku terbelalak melihat cowok di depanku itu. Dia juga sama terbelalaknya. Kami pun tertawa bersama. Dari perbincangan kami, akupun tahu kalau dia adalah putra dari atasanku. Oh, dunia memang kecil.
“Ga, maaf ya. Aku harus pamit. Aku ada urusan.”
“Kamu nggak berubah ya? Lebih mentingin hal yang bagimu penting. Bahkan kamu masih saja selalu berkata maaf,” Angga tersenyum. “Tenang saja. Urusan kamu sama atasanmu sudah teratasi. Hari ini atasanmu lagi sibuk karena mendadak keluar negeri. Jadi dia membatalkan rapat denganmu. Dan dia mengatakan bahwa hari ini waktu kerjamu yang ada sepenuhnya menjadi hakku. Dan kamu harus mau aku ajak kemana saja.”
Angga membawaku keparkiran mobilnya dan tidak lama kemudian kami sudah jalan keliling kota. Aku terpaksa menurutinya karena ini ‘kan perintah atasan. Sebagai cewek jepang, apa yang diperintahkan atasan selalu aku turuti. Dan sejujurnya aku juga senang sih. Aku tidak menyangka,..langkah selanjutnya adalah karierku sukses dan kisah cintaku juga sukses. Karier = 100 dan Cinta = 100 juga deh!

SELESAI


KETERANGAN:

Ini karyaku kelas 3 SMP. Waktu itu aq masih bego dengan tanda baca, jadi banyak salahnya nii...cuma belum sempat aq edit. aQ ga mau merusak hasil karyaku sedikit punn jadi aq biarkan ajja deh begitu...hehe

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih kunjungannya~ :)

 

bOLLywood-giRL.coM © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor